BAB 3. Cap Kepemilikan

50.1K 3.4K 100
                                    

Kulit kacang berserakan. Bukus dan Cup Mie Instan menumpuk di kotak sampah ataupun wastafel. Kotak Pizza yang di pesan seminggu yang lalu masih berada di meja. Kaleng minuman di seluruh sudut ruangan hingga menyempil di sofa.

Baju, kaset, bantal ataupun putung rokok menjadi pemandangan keseharian Apartemen Migel. Wajah awal Apartemen yang putih bersih dan mengkilap menjadi pembuangan sampah.

"Gel?! Astaga lo belum bangun juga!?" Romeo membuka selimut yang menutup tubuh Migel. Menarik terbuka gorden kamar membuat Migel mengumpat kasar. "jam sebelas, Gel. Semua orang udah mau cari makan siang, lo makan pagi aja belom,"

"Ngapain, sih!?" Migel menendang bantal yang menghalanginya berjalan. Membasuh mukanya dan menggosok gigi.

"Lo gak berniat nyewa pembantu buat membersihkan rumah lo yang super duper sebelas dua belas sama kayak pembuangan sampah?"

"Kenapa gak lo aja? Itung-itung bayar hutang."

"Ya ampun, Gel. Gue kan udah minta maaf, duit lo juga udah balik lagi, kan? Gue itu mikirin lo, Gel. Gak mau sahabat gue yang tercinta ini hidupnya gembel," Migel melempar handuk di pundaknya ke wajah Romeo. "eh, acem tai!"

"Lo gak mikir, badan gue remuk buat ngumpulinnya?" Romeo mengikuti Migel keluar dari kamar. "bersihin apartemen gue."

"Gue ada kelas siang ini. Lo gak mau masuk lagi?"

"Menurut, lo?"

"Serah lo, Gel. Gue masih mau pake toga," Romeo mengambil kacang di atas meja. "Livesey nelpon gue, nanyain lo karna gak kelihatan sebulan ini. Gue jawab aja kalau lo gak keluar ring,"

Migel merebut snack kacang di pangkuan Romeo, mendorongnya dengan kaki hingga Romeo terjatuh di lantai. Migel langsung mengambil tempat. "Santai, bro! Aduh sakit anjing. Dorongan lo itu ibarat tendangan, Gel!"

Migel tidak perduli. Ia menghidupkan televisi untuk mengisi kekosongan. "Belum ketemu lagi sama cewek yang lo ceritain waktu itu?"

"Em."

"Penasaran asli gue," Romeo berdiri. Mengalungkan tasnya. "Gue pergi kampus dulu. Tuh, gue beliin makanan. Kurang perhatian apa gue sama jomblo kayak lo,"

Kepergian Romeo membuat Migel kembali menggulung tubuhnya di bawah selimut. Perutnya sudah kenyang menambah nyenyak tidur seharian lelaki itu.

Seperti itulah aktivitas Migel saat siang. Ketika malam, ia baru memutuskan untuk meninggalkan apartemen.

Sudah dua bulan ia absen kampus. Sebenarnya Migel tidak tertarik dengan bangku kuliah. Ia benci membaca. Selama sebulan ini, setiap malam ia habiskan di atas ring. Mengembalikan tabungan nya yang akhirnya terkumpul kembali.

Sekarang tidak ada yang bisa mengaturnya, menyuruhnya ini dan itu. Dengan uang sendiri, ia bisa membeli apartemen ataupun makan untuk lima tahun ke depan.

Migel mengerjapkan matanya saat pemandangannya menjadi gelap sekarang. Mencari ponselnya untuk melihat jam berapa sekarang.

Dengan ling lung, Migel berjalan menghidupkan semua lampu apartemen. Membasuh tubuhnya sebelum pergi.

Langit sudah berubah. Bintang bertaburan seperti sedang merayakan sebuah pesta. Migel memikirkan motornya di salah satu kafe yang ramai pengunjung.

Don't Touch Her!!  [SUDAH ADA VER. EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang