BAB 24. Kunang-kunang Malam

25.3K 1.7K 76
                                    

"Im first right?" Migel mengulum senyuman saat Manda menutup matanya dengan lengan yang terbebas dari lumpur. "So cute, Manda," Migel membawa Manda kepelukan.

"Aku malu," Ringis Manda semakin menekan wajahnya di dada Migel. Lelaki itu tertawa kecil. "Kamu, ih,"

"Ahh.. Nyamannya," Migel menghembuskan nafasnya pelan. Meletakkan dagunya di atas kepala Manda. Tangan kanannya mengelus rambut perempuan itu.

Setelah adegan yang bisa di bilang sukses romantis di bawah sunset. Hari semakin gelap. Manda mencuci kakinya di genangan air yang mengalir. Sementara Migel sudah duduk di saung, mengambil beberapa gambar melalui ponsel. Belut yang Manda dapatkan lumayan, Ia menghampiri Migel, sifat ceroboh membuat kakinya terpeleset di batu saat ia melangkah, Manda mencoba mempertahankan keseimbangan, gagal. Pantatnya mendarat di tanah.

"Gue bilang jalan yang bener, udah tau batunya lumutan. Pasti licin, Manda. Jatuh, kan?" Migel memasukkan ponsel ke saku celana, ia menyentuh lengan Manda untuk membantunya berdiri. Manda cemberut.

"Batunya nggak bilang kalau lumutan, mana aku tau," Migel mengerutkan keningnya. "Iya aku salah," Lanjutnya.

"Mana yang sakit?"

"Nggak sakit," Manda menggeleng.

"Yakin?" Manda mengangguk percaya diri. "Coba jalan," Migel melepaskan tangannya, menantang Manda. Perempuan itu dengan percaya diri mengangkat kaki kirinya, berakhir dengan ringisan yang membuat wajahnya menjadi masam seketika. Migel menghembuskan nafasnya pelan. "Gue bilang apa," Migel membantu Manda untuk duduk di saung. Ia berjongkok sementara Manda duduk di sana. Memijat dan memutar pergelangan kaki Manda.

"Keseleo biasa," Gumamnya pelan.

"Kalau batu itu manusia, udah gue patahin kakinya," Manda kembali merona, kalimat receh selalu berhasil membuat perempuan itu bersemu. Migel tertawa pelan.

"Kamu, ih. Udah jangan ledekin terus akunya,"

Migel menggeleng geli. Ia memutar tubuhnya. "Naik," Manda mengerutkan keningnya, Migel memutar kepalanya ke belakang. "Naik, gue gendong,"

"Ih, nggak mau! Aku berat,"

"Cepetan naik, nanti kemaleman," Manda mendengus.

"Nggak, aku bisa jalan," Manda menampakkan kakinya di tanah. "Aku bisa jalan sendiri."

"Lama, keburu malem." Tanpa aba-aba, Migel langsung melingkarkan tangannya di lutut Manda, Ia berdiri tegap membuat Manda langsung melingkarkan tangannya di leher Migel karena takut jatuh terjelembab ke belakang. Manda membuka mulutnya kaget. "Rata juga," Ujarnya geli. Manda mengendurkan tangannya. Ia mendengus pelan. Migel mengambil ember yang berisikan belut kecil, menentengnya di belakang tangannya yang menahan bobot tubuh Manda.

"Berat lo berapa?"

"Kenapa?"

"Gue kayak gedong kapas," Spontan, Manda menjitak kepala Migel. Migel terkekeh pelan.

"Maaf, nggak sengaja."

Migel melepaskan satu tangannya, memberikan tumpuan tubuh Manda dan ember pada tangan kirinya, mengambil ponsel lalu menyerahkan pada Manda. "Senterin jalan," Manda mengangguk, tangan kirinya melingkar di leher Migel, tangan kanannya menggenggam ponsel sebagai penerang, hari semakin gelap.  Manda memilih diam. Menempelkan pipinya di belakang pundak Migel. Menatap anting putih yang menempel di telinga Migel. "Migel?" Panggilnya pelan.

"Em?"

"Kamu suka sama aku?" Migel mengangguk. "Suka sama cinta sama nggak?"

"Beda,"

Don't Touch Her!!  [SUDAH ADA VER. EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang