BAB 9. Sedikit Candaan

37.2K 2.4K 78
                                    

Lonceng pintu masuk Horison berbunyi pertanda ada yang masuk atau keluar. Tempat makan mewah yang strategis ini menjadi basecame Migel sejak SMA. Masuk Horison seperti rumah sendiri. Bangunan tiga tingkat itu memanjakan setiap pengunjungnya.

"In here, Bro!" Migel yang memang sedang mencari keberadaan seseorang langsung tertuju pada satu suara, Migel mengangguk. Ia menarik tali tas Manda menghampiri Romeo.

Manda menurut. Mengikuti Migel dan senyuman lebar tercetak. "Hai, kak."

"Hai, adik kecil." Sapa Luna seperti biasa. Tersenyum hangat padanya.

"Kenalin, Dia Romeo, pacarnya Luna." Migel menunjuk Romeo malas.

Dengan senang hati Romeo mengulurkan tangannya terlebih dahulu dan di sambut Manda senang. "Romeo. Panggil ayang, sayang, beb, cinta, terserah."

Manda tertawa kecil. "Allamanda, panggil Manda aja."

"Cantik, sama kayak orangnya. Pantes Migel sembunyiin selama ini."

"Udah, lepasin. Modus lo." Migel menendang kaki Romeo yang langsung melepaskan jabatan tangannya.

"Sakit sayang." Geram Romeo mengelus kakinya.

Manda duduk berhadapan dengan Luna, Migel di sebelahnya. "Brayn, Mana?"

"Tadi gue jemput di apartemen lo. Ngebo dia, katanya males ngeliatin orang pacaran." Romeo mengaduk minumannya, ia beralih pada Manda dan tersenyum manis. "Lo gak takut sama dia, Man?"

Manda menoleh, ia tersenyum lalu mengangguk. "Takut, serem."

"Tuh dengerin, jangan serem jadi orang."

Migel menghembuskan nafasnya. Menarik buku menu. "Mau pesan apa?" Manda mendekat, membaca menu yang ada di sana. Setelah membaca lama, ia tidak terlalu mengerti.

"Ikut kamu aja." Jawab Manda akhirnya. Migel mengangguk lalu memanggil pelayan. Menyebutkan pesanannya.

Tidak perlu menunggu lama, lima menit kemudian pesanan datang. "Kak Rome kuliah?" Mendengar panggilan Manda membuat ketiganya tersedak. Tanpa aba-aba, secara kompak mereka menenguk minuman masing-masing.

"Kak Rome," Luna tertawa keras.

"Panggilan yang keren." Romeo mengedipkan sebelah matanya. Manda tersenyum kikuk. Sementara Migel menggelengkan kepalanya.

"Kuliah, kok," Romeo kembali memasukkan nasi ke mulutnya. "Kenapa?"

"Terus kenapa kamu nggak?" Manda beralih menatap Migel. Yang mendapat pertanyaan menyandarkan punggungnya ke belakang.

"Nah, Paksa kuliah, Man. Susah banget kalau gue yang bilang. Siapa tahu dia luluh sama lo."

"Kak Rome juga jurusan HI? Atau beda?"

"Beda, gue bisnis. Katanya lo Managemen? Nanti bisa diatur buat jadi sekertaris pribadi gue." Romeo menaik turunkan alisnya.

Manda mengangguk semangat.

"Kalau dapet izin dari gue." Migel angkat bicara

"Emang lo siapa? Suaminya? pake acara ngelarang."

Migel mengerutkan alisnya, melirik Romeo. "Najis."

"Lo nggak kuliah, Man?"

"Nggak ada jadwal, Kak Luna sendiri?"

"Di paksa bolos nih,"

Manda tertawa kecil.

Romeo dan Luna pasangan yang sangat serasi. Yang satu cantik, yang satu ganteng. Jujur saja. Bagi Manda, Romeo tidak kalah tampan dari Migel meski Migel lebih unggul. Ada yang membedakan antara Migel dan Romeo. Meski sifatnya terlihat tidak ada bedanya, Romeo memilih tidak melukis bagian tubuhnya. Jika dulu Manda berfikir orang bertato tidak jauh-jauh dari Narkoba, preman, dan kejahatan. Nyatanya Migel membuat pandangan Manda terbuka pada orang-orang yang mempunyai hobi seni.

Don't Touch Her!!  [SUDAH ADA VER. EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang