BAB 26. Salam Kebencian

25.6K 1.8K 96
                                    

"Kak, mau lewat mana?" Kansa menahan tangan Migel. Melihat sekelilingnya dan menarik Migel menjauh, bersembunyi di sudut pagar. "Jangan lewat depan Kak, kita lewat belakang aja. Banyak penjagaan di depan,"

"Gue nggak biasa main belakang,"

Kansa menelan salivahnya dengan susah payah. Ia tidak mengerti bagaimana Kakaknya bisa di sukai oleh lelaki semacam Migel. Menurut Kansa, Manda bukan orang yang suka tebar pesona. Lalu bisa memikat orang seganteng Migel itu bagaimana caranya?! Kansa harus mengetahui resepnya dari Manda.

"Lo tunggu disini aja," Kansa terdiam. Menatap punggung kekar dengan gagahnya memasuki rumah paling mewah di kampung.

Setelah makan malam. Migel memaksa Kansa untuk menunjukkan dimana rumah Renob. Sebenarnya Kansa tidak ingin memberitahunya, tapi melihat Migel yang tidak bisa duduk diam membuat Kansa kasihan. Migel bahkan tidak makan sedikitpun saat makan malam. Kekuatan cinta memang luat biasa, itulah pikir Kansa. Kansa suka keberanian Migel, Sungguh Laki banget!! Menggelengkan kepalanya. Pikirannya semakin ngelantur membayangkan Migel. Ia memilih menunggu di sudut pagar, tidak ingin mengambil resiko.

Sampai di depan pintu, Migel dihadang dua lelaki. Tubuhnya memang kekar, namun masih kalah tinggi dengannya. "Gue mau ketemu sama yang punya rumah,"

Kedua lelaki dihadapan Migel saling beradu pandang. Salah satu antara mereka akhirnya masuk ke dalam. Tidak menunggu waktu lama lelaki itu keluar dan Renob di belakangnya. Renob terkejut melihat Migel.

"N-ngapain, e-loh di rumah gu-eh?!" Tanya Renob gugup.

Migel membasahi bibirnya sebentar. Ia maju satu langkah, meletakkan tangan kanannya di bahu pengawal Renob. Renob mengerjapkan matanya takut. "Dalam perjanjiannya, tertulis lo bisa nikah sama dia kalau orang tuanya nggak bisa membayar hutang dalam waktu yang ditentukan?"

"I-iya!"

"Di kertas tersebut tidak ada tulisan lo boleh bawa dia sebelum jam sembilan pagi," Renob menelan salivahnya. Sebenarnya Migel tidak membaca seluruh point yang tertulis di kertas, melihat ekspresi Renob yang mati kutu, apa yang dikatakan Migel benar adanya.

"Gu-eh hanya mencegah kemungkinan terburuk kalau Manda akan kabur. Lagi pula, orang tuanya nggak akan sanggup membayar uang sebesar itu,"

Migel menghembuskan nafasnya. Ia benci orang cupu. "Orang tuanya emang nggak sanggup, tapi gue yang akan bayar," Renob mulai panik. "Sekarang gue tanya dimana Manda,"

"N-ngak B-bisa!" Halangnya. "Manda nggak boleh ke mana-mana. Kalau e-loh mau bayar, Mana uangnya?" Migel mengerutkan keningnya. "Gu-eh minta sekarang!"

"Dengan senang hati gue kasih," Tanpa aba-aba. Migel mengapit leher kedua lelaki di samping kiri dan kanannya. Memberikan pukulan ringan yang sama sekali tidak memerlukan tenaga. Hanya gerakan tangan, kedua orang itu terlempar ke rerumputan. Renob menelan salivahnya. Ia berjalan mundur dengan gemetar. "Sini, gue kasih,"

"S-saya bisa laporin kam-mu!"

Migel menarik kera baju Renob. Kesabarannya habis. "Bawa Manda ke hadapan gue sekarang atau gue patahin leher lo,"

Renob mengangguk cepat dengan tubuh gemetar. Migel menghempaskan tubuh cungkring Itu. Renob langsung berjalan ke ruangan dimana ia mengurung Manda, Migel mengikuti dari belakang.

"Buka," Ucap Migel saat keduanya sudah berdiri di depan pintu. Renob mendesah pelan, membuka pintunya jika Migel tidak menendangnya duluan. Renob melotot, tubuhnya terdiam kaku dengan tangan ingin membuka pintu. Ia menatap pintu kamarnya di rusak oleh Migel. Takut bercampur kesal. Pintu tersebut terhempas ke dinding dengan keras. Perempuan yang terkunci di kamar itu berdiri kaget.

Don't Touch Her!!  [SUDAH ADA VER. EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang