"Ayah nggak suka sama dia," Manda menoleh. "Dia nggak cocok sama kamu," Lanjut ayah tanpa menatap anaknya. Tangan dan kakinya dengan lincah memegang sebuah alat untuk menggemburkan tanah, sedangkan Manda membersihkan tanaman liar di sekitar. "Kamu harus jauh-jauh dari dia,"
Manda menyeka keringatnya dengan punggung tangan. Menaikkan sedikit topi yang di pakainya. "Kenapa Ayah nggak suka?"
"Dia nggak baik buat kamu,"
"Bagaimana Ayah tau baik atau tidaknya seseorang? Tampilan seseorang bukan terlihat dari sampul luarnya. Semua penjahat saat ini menggunakan pakaian jas lengkap dan rapi," Ayah menghentikan aktivitasnya. "Migel nggak sama dengan tampilan luarnya, dia beda."
"Kamu suka?" Manda bungkam. "Ayah tau pandangan lelaki. Cara dia menatap kamu, ayah tau apa yang di pikirannya. Dia nggak baik,"
"Ayah bahkan belum berbicara sama dia," Manda tersenyum. "Migel nggak seperti apa yang Ayah pikirkan."
"Kamu nggak boleh suka, Ayah tau yang baik dan nggak baik buat kamu. Setelah kamu selesai kuliah, Ayah minta kamu pulang,"
"Manda harus cari kerja, Yah. Kalau Manda pulang, buat apa Manda kuliah? Ilmu Manda nggak ke pake jadinya. Manda akan cari kerja di kota untuk memperbaiki ekonomi kita,"
"Manda nggak usah kerja," Manda mengerutkan keningnya. "Renob mau lamar kamu setelah kamu lulus," Bagaikan bom waktu. Manda terdiam di tempatnya. Tiba-tiba semuanya kosong, pikirannya, sekelilingnya dan hatinya. "Renob lelaki yang pas buat kamu. Dia baik dan suka sama kamu,"
Manda membasahi bibirnya. Berjalan mendekati Ayah. "Dulu Ayah nggak suka sama Renob, kenapa-maksud Manda-kenapa Ayah-" Manda kehabisan kata-kata.
"Dia baik sama keluarga kita," Manda menatap sendu. "Dia lelaki yang pas buat kamu,"
"Tapi Manda nggak suka sama Renob," Lirihnya.
"Cinta akan datang sendirinya saat kamu bersama orang itu. Apa yang kamu harapkan pada lelaki yang tidak bisa konsisten seperti dia?
"Ayah.." Panggilnya pelan.
Jika Ayah sudah memutuskan suatu kalimat mutlak jangan harap Manda bisa menyela ataupun membantah. Ayah yang membesarkannya, menjaganya dan memberikan apa yang Manda butuhkan. Ayah tidak pernah absen dalam memastikan kebahagiaan anaknya. Tapi kali ini, Manda tidak yakin dengan kebahagiaannya. Manda memang ingin menikah dengan lelaki yang baik, bukan Renob orangnya. Manda hanya menganggap Renob sebagai temannya, tidak lebih.
"Sudah, jangan di bahas lagi. Kamu harus jauh-jauh dari dia sebelum dia sakitin kamu-"
"Namanya Migel, Ayah,"
"Ayah gak perduli. Kamu sebaiknya pulang, Cuaca akan semakin terik."
Manda menghembuskan nafasnya pelan. Tersenyum kecil lalu keluar dari sawah, mencuci kakinya di bebatuan. Manda menatap Ayah sekali lagi sebelum pergi. Manda sengaja ikut Ayah ke sawah sejak pagi, ia rindu suasana kebersamaannya sewaktu kecil. Di lepasnnya topi bulat yang terbuat dari rotan. Menentengnya. Rambutnya yang tergerai di terpa angin. Berkibar seperti bendera. Tangannya terbuka, menyentuh rerumputan yang tingginya sepinggang. Bersenandung kecil membuat orang yang memperhatikannya dari tadi tersenyum kecil.
Manda melompat. Ada sebuah genangan besar sebagai perbatasan antara jalan dan sawah. Bibir Manda tercetak sempurna saat matanya melihat Migel di ujung jalan. Manda menghampiri lelaki itu dengan semangat. "Loh? Kansa ke sekolah nggak bawa sepeda?"
"Tadi gue yang antar dia. Katanya mau pamer sama temen-temen," Manda menggelengkan kepalanya mendengar cerita Migel tentang adiknya. Migel menekan bel sepeda, "Mau jalan?" Manda mengangguk semangat. Meletakkan kakinya di sisi-sisi tengah ban belakang, meletakkan tangannya di leher Migel. "Kamu mau lihat air terjun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch Her!! [SUDAH ADA VER. EBOOK]
Romance#29 in Romance [05 Desember 2017] #43 in Romance [04 Desember 2017] #55 in Romance [22 November 2017] [BEBERAPA PART DI PRIVAT. HARUS FOLLOW DULU, THANKS] "JANGAN SENTUH DIA, BANGSAT!!!?" -Miguel Triosmidreas- "MIGEL JANGAN!" -Allamanda Cassiopeia- ...