"Man?! Ini udahan apa belum? Warnanya aneh."
Manda meletakkan sendok yang ia genggam ke atas piring usai mencicipi kuah sup. Menghampiri Luna. "Ini gosong Kak." Manda tertawa. Mematikan kompor dan mengangkat Perkedel jagung yang berubah warna menjadi coklat kehitaman.
"Pait dong." Ujar Luna lemas. "Gue nggak ada bakat sama sekali didapur."
"Kok gitu aja nyerah? Orang sukses berawal dari kegagalan juga, Kak." Luna tertawa kecil, mengusap kepala Manda. "Nih, Kasih sama Kak Rome."
"Lihat tampilannya aja dia pasti ngoceh. Romeo itu ribet. Nggak kayak Migel yang nggak suka ribet," Luna menggeleng. Meletakkan beberapa panci dan piring ke wastafel. "Lo aja, tapi jangan bilang buatan gue."
Manda mengangguk. Sebelum itu, ia menuangkan sup iga sapi ke mangkuk besar. Luna tidak berhenti memuji semua masakan Manda dengan kagum. Melepas apron, Manda membawa sepiring perkedel ke ruang tengah. Dimana Romeo dan Migel sedang bermain Ps.
"Anjirr! Itu makanan apa batubara?!" Ejek Romeo saat Manda meletakkan piring ke meja. "Katanya lo bisa masak?" Romeo meletakkan stik Ps. Menghentikan permainannya.
Manda menggaruk tengkuk lehernya. "Cicip dulu, Kak." Romeo menggeleng. Manda beralih menatap Migel dengan penuh pengharapan.
"Gue kenyang." Migel menjawab. "Rom, makan."
Romeo menoleh dengan kening berkerut. "Kenapa nggak lo aja? Itu masakan cewek lo. Hargai Manda yang udah buatnya. Nggak tau diri banget. Kalau gue jadi lo, gue makan masakan cewek gue sendiri." Ejeknya.
"Itu masakan gue." Luna bersuara. Menghempaskan tubuhnya ke sofa single dengan semangkuk kecil sup ditangannya. Mengangkat kedua kakinya santai. "Makan." Perintahnya. Romeo mengangkat satu alisnya. "Perkedel jagung itu masakan gue, bukan Manda. Seperti apa kata lo, hargai masakan cewek sendiri. Jadi makan." Romeo tersedak ludahnya sendiri. "Makan. Sayang,"
Migel tertawa kecil, mendorong lengan Romeo dengan kakinya. "Makan, habisin. Hargai cewek lo yang udah susah payah masakin. Kalau gue jadi lo. Gue habisin masakan cewek gue sendiri." Migel mengambil satu perkedel dan ia masukkan dengan paksa ke mulut Romeo. Luna tertawa keras.
"Anjirr! Itu arang bukan perkedel!" Pekik Romeo usai meludah ke kamar mandi. Menarik dua tissue, mengelap sisa air disekitar mulutnya.
Manda tertawa pelan, kembali ke dapur. Menuangkan sup untuk Migel dan Romeo
"Ini baru namanya makanan," Romeo menunjukkan dua jempol tangannya pada Manda. "Udah cantik, pinter masak, lengkap deh. Sayang cowoknya bangsat." Migel mengerutkan alisnya, menatap Romeo. "Kenyataan."
"Kak Brayn Mana?" Manda memberikan segelas minuman pada Migel. "Aku nggak lihat dari tadi."
"Lagi Drift."
"Apa itu Drift?" Tanya Manda menerima gelas yang Migel berikan. Isinya tinggal setengah. "Ajak Kak Brayn ke sini. Aku udah sisahin supnya."
"Drive Rightly In False Turn." Luna menjawab. "Semacam mengendarai mobil, tapi pake teknik. Iya kan, Yang?" Romeo mengangguk. "Pengemudi yang suka mengendarai mobilnya miring, terus muter-muter, banyak deh tekniknya."
Manda manggut-manggut. "Terus, kamu nggak ikut?"
"Bukan hobi." Migel mengarahkan sesendok sup ke mulut Manda yang diterima Manda senang hati.
"Terus hobi kamu apa selain main sama cewek?"
Migel tersedak. Mengambil paksa gelas ditangan Manda yang belum diletakkan ke meja oleh perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch Her!! [SUDAH ADA VER. EBOOK]
Romance#29 in Romance [05 Desember 2017] #43 in Romance [04 Desember 2017] #55 in Romance [22 November 2017] [BEBERAPA PART DI PRIVAT. HARUS FOLLOW DULU, THANKS] "JANGAN SENTUH DIA, BANGSAT!!!?" -Miguel Triosmidreas- "MIGEL JANGAN!" -Allamanda Cassiopeia- ...