03

4.7K 625 66
                                    

Suzy memutar bola matanya dengan bosan ketika suara hembusan napas Jo terdengar begitu keras sampai mendenging di kedua telinganya.

Ia lalu masuk kedalam walk in closet untuk mengganti pakaian yang dipakai nya mengajar tadi dengan dress bertali spagetti dengan corak bunga krisan bewarna peach sepanjang lutut. Tangannya bergerak mengkuncir rambutnya berbentuk cepolan acakan.

"Kontrol napasmu, Jo Kwon." Ucap Suzy. Namun, bukan Jo namanya jika lelaki itu menurut. Alih-alih mengikuti ucapan Suzy, Jo malah histeris, "Oh, Tuhan! Kau pasti sedang menguji imanku saat ini." Katanya, sambil memutar rekaman suara di tape recorder yang dipegangnya.

Suzy menatap Jo dengan pandangan ngeri. Tadi, sewaktu Jo mengabarkan sudah kembali dan meminta Suzy untuk menyusulnya di Bandara, Suzy tidak tahu kalau otak Jo atau mungkin ada hantu yang merasuki Jo hingga lelaki itu bertingkah seratus persen lebih aneh dibanding biasanya.

"Yya, Hentikan. Kau membuatku takut, Jo!" Suzy berjalan keluar kamarnya. Jo mengikuti. Lalu kedua nya duduk bersebelahan di sofa di ruang tengah Apartemen Suzy.

Dilihatnya kembali sosok lelaki yang duduk disebelahnya dan kini sedang tersenyum seperti orang bodoh. Aigoo, ada apa dengan Jo?

"Aku yakin perusahaanmu tidak akan mempromosikanmu jika kau terus menyengir seperti orang bodoh begitu, Jo." Ujar Suzy mengejek.

Jo mendengus, kembali mendengarkan suara berat pemilik Bluzt co. Saat rekaman itu berhenti di akhir, Jo baru menyadari dua pertanyaan titipannya tidak ada yang terjawab. Tubuhnya dengan gerakan cepat berbalik menghadap Suzy, "Kenapa pertanyaan spesialku tidak ada jawaban, Suzy?"

Sejenak Suzy diam, lalu rautnya menampilkan kekesalan balas menatap Jo. Karena pertanyaan yang katanya 'special' itulah Suzy harus menahan muka didepan Myungsoo. Temannya, yang juga pernah menjadi mantan kekasihnya saat di Junior High School dulu.

"Yya, karenamu aku malu di hadapan Myungsoo!" Gerutu Suzy.

"Biasanya juga kau tidak punya malu." Jawab Jo dengan memutar bola matanya, dan pada detik berikutnya, tangan Suzy sudah mendarat memukul bahu lelaki itu dengan bertubi-tubi,

"Mwo? Yya!"

"Hentikan, Suez! Oh my god! Kau bisa merusak kulitku yang mulus ini." Jo mengaduh kesakitan sambil tangannya bergerak melindungi wajahnya agar tidak terkena pukulan Suzy. Namun, Suzy mengacuhkannya dan semakin memukul sahabatnya itu dengan kesal.

Seperti ini lah, walaupun kedua sahabat itu sudah hampir menginjak kepala tiga, tetapi sikap mereka menunjukan kalau mereka seperti masih kepala dua. Meskipun begitu, setelahnya, tidak akan ada yang menyimpan kesal diantara keduanya.

"Berterima kasih dan minta maaflah kepadaku, maka aku akan berhenti menghujanimu pukulan." Ujar Suzy. Yang tanpa diduga, langsung direspons cepat oleh Jo, "Arraso. Aku minta maaf, Suez."

Suzy berhenti memukulnya.

Lalu, Jo kembali menambahkan, "Meskipun aku tidak salah, aku akan tetap minta—yya! Aku hanya bercanda." Jo bergerak menjauh saat ia melihat tangan Suzy hendak mulai untuk memukulnya kembali.

Suzy mendengus.

"Aku heran kenapa lelaki Amerika itu masih saja tertarik denganmu, Suzy." Jo berguman sambil mengelus lengannya akibat ulah Suzy.

Dengan tatapan kesalnya, Suzy berkata dengan percaya diri, "Tentu saja karena dia mencintaiku."

"Yeah, melihat kelakuanmu yang semakin bar-bar ini, aku yakin jika dia memang mencintaimu, Suzy."

AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang