11

4.3K 589 49
                                    

Terminal kedatangan selalu saja ramai sama seperti biasanya. Suzy, melangkahkan kakinya dan berdiri tepat bersama orang-orang yang juga memiliki niat seperti dirinya. Menunggu. Ntah itu keluarga, kerabat atau sama sepertinya. Yang sedang menunggu orang yang dicintai.

Bersama Sejong, Bandara menjadi tempat penuh makna bagi Suzy. Bandara bukan hanya sekadar tempat pemberhentian, tempat kedatangan, or whatever you name it, tetapi lebih dari itu...

Dimana Suzy menyadari makna lain dari bandara. Bersama Sejong, Bandara menjadi tempat penghantar rindu. Menunggu dan ditunggu. Dua hal yang saling berkaitan erat sebagai pengertian dari bandara itu sendiri baginya.

Dan sekarang, here she is...

Menunggu kekasih Amerikanya keluar dari pintu kedatangan. Suzy menyampirkan rambut nya yang kini sudah memanjang kembali itu kebelakang telinga, kedua tangannya bergantung pada sling bag bewarna putih ganding dengan aksen rantai pada tali panjangnya. Matanya fokus kedepan, mencari tubuh yang sudah di kenalnya dengan baik itu. Dan, ketika postur jangkung itu keluar dari balik pintu kedatangan, Suzy tersenyum. Tangannya bergerak keatas dengan melambai-lambai agar Sejong melihatnya.

"Sudah kubilang jika aku yang nanti akan menemuimu di apartemen..." Sejong memeluk Suzy dengan erat saat keduanya telah berhadapan.

Suzy membalas pelukan itu tak kalah eratnya. Tingginya hanya sampai di dada Sejong, membuat Suzy harus mendongak untuk menatap Sejong, "Aku sudah terlalu merindukanmu, Sejong..."

Sejong menunduk dan untuk pertama kalinya setelah pelukan itu, kedua mata mereka saling bertemu. Diusapnya puncak kepala Suzy dengan lembut menggunakan tangan kanan, "I miss you too, baby." Dilanjutkan dengan satu kecupan mendarat di kening Suzy.

Suzy tersenyum. "Aku lebih menyukai kau mengatakan hal itu menggunakan bahasa Korea, Yang Sejong."

Sejong menaikkan alisnya, "Biasanya kau tak pernah keberatan."

"Iya, tapi rasanya akan lebih sampai ketika kau menggunakan bahasa nasionalmu. Aku meminta ulang..." Suzy mengerucutkan bibirnya.

Sejong terkekeh. Tangannya menyingkirkan rambut halus Suzy yang menutupi sebagian pipi wanita itu kebelakang, "Which one?"

"Ha?"

"Kau ingin aku mengulang bagian yang mana?" Ucap Sejong dengan suara rendah, "Bagian ketika aku mengatakan aku juga merindukanmu atau ketika aku mengecup keningmu?"

Pipi Suzy memerah, "Both of them. But, don't forget to use a Korean language." Jawabnya.

Kemudian Sejong mendaratkan bibirnya diatas bibir Suzy selama beberapa detik sebelum bergumam,

"Bogosipeoyeo, Bae Suzy."

***

Suzy memerhatikan Sejong dari samping yang sedang menyibukkan dirinya pada spatula dan wajan didepannya. Apron bewarna hitam melekat dengan pas pada tubuhnya dibarengi dengan wajah serius Sejong yang membuatnya semakin terlihat tampan.

Selain bisa membuat hatinya jatuh cinta, Sejong juga bisa membuat perut Suzy merasakan apa yang hatinya rasakan. Suzy penasaran apa yang tidak bisa dilakukan lelaki itu karena segala hal dapat ditangani oleh tangan ajaib lelaki itu. Saat dulu ia ingat pernah mengatakan pada Sejong jika doraemon memiliki kantung ajaib di perutnya, tapi Sejong memiliki tangan ajaibnya. And that's right...

Sejong menghidangkan dua porsi Spaghetti with Roasted Veal Meatballs di atas kitchen bar apartemen nya yang langsung membuat kedua mata Suzy berbinar senang layaknya anak kecil yang diberi sekantung penuh permen warna-warni.

Melihat itu, Sejong tersenyum. Lelaki itu lalu mengambilkan satu garpu untuk Suzy dan satu lagi untuk dirinya, kemudian duduk di kursi sebelah wanitanya.

"Kau pasti sangat merindukan masakanku, ya?" Sejong terkekeh saat mendapati Suzy masih melihati makanan didepannya dengan berbinar.

Suzy menoleh, "Ini tidak adil. Bagaimana bisa kau begitu mahir dalam melukis dan juga memasak, Sejong?"

Sejong tersenyum, "Kau pernah mengatakan hal itu, Suzy."

"Aku iri. Aku saja wanita tidak bisa memasak sepertimu..."

Sejong tersenyum, "Memangnya wanita harus selalu bisa memasak?"

Suzy mencebik, diraihnya ponsel miliknya kemudian memfoto masakan yang dimasak Sejong barusan, setelah itu matanya menatap Sejong, "Tidak. But, everyone in this world selalu berpikir jika seorang wanita harus pandai di dapur. Kebanyakan dari mereka menilai jika wanita tidak bisa memasak akan menjadi apa."

"A more convetional people." Suara Sejong mengalun lembut, membuat Suzy menaikan kedua alisnya, "Mengapa kau berkata begitu?"

Sejong tersenyum, "Just eat this, darling. Jika semua orang didunia ini menganut faham 'every woman belongs to the kitchen' maka Akulah seseorang yang tidak akan pernah memaksamu untuk seperti itu. Denganku, kau selalu bisa memilih apapun yang kau mau, Suzy."

That's Sejong with his sweets words. Jika kalimat bisa membuat seseorang tewas maka Suzy sekarang sudah pasti sedang berada di surga.

Tanpa bisa menahan senyumannya, Suzy kembali memfokuskan matanya kearah spaghetti didepannya, "Sejong..." panggil Suzy dengan mata masih menatap piring didepannya, "Aku merasa sayang untuk memakan ini." Ia mendesah.

"Makanlah. Aku akan sering membuatkanmu makanan selama aku berada disini." Tukas Sejong. Yang langsung di sambut dengan anggukan senang, segera Suzy melahap makanannya.

***

"Kau bisa menginap disini," Suzy menyandarkan kepalanya dipundak Sejong.

Netflix sedang menyiarkan siaran yang Suzy sendiri tidak tahu apa judul siaran itu, tadi, dirinya hanya memilih random tanpa tahu siaran apakah itu. Ini sudah satu jam berlalu sejak acara makan spaghetti buatan Sejong dan kini keduanya sedang duduk santai di sofa yang menjadi saksi...

Suzy menggelengkan kepalanya pelan, menepis ingatannya tentang kejadian waktu itu. Malam itu. Disini. Bersama Myungsoo.

Dan dia seperti wanita jalang karena menikmati apa yang diperbuat Myungsoo kepadanya.

Oh my...

"Kau sedang menggodaku, hm?"

"Ha?"

Bad respon. Suzy meruntuki dirinya sendiri karena terlambat mencerna apa maksud dari ucapan Sejong barusan.

"Kau menyuruhku untuk menginap disini tadi."

Pipi Suzy merona merah. Wanita itu bahkan tidak menyadari kalau dirinya mengatakan hal itu kepada Sejong. Oh my god. Dirinya sekarang sudah seperti wanita murahan saja...

"Aku tidak mengatakan hal itu!" Elak Suzy. Membuat Sejong terkekeh sambil mengacak puncak kepala Suzy. "Yeah, mungkin aku hanya salah mendengarnya saja."

Suzy tersenyum. "Ne, kau pasti salah mendengar. Geunde, perusahaan seperti apa yang akan menjadi mitramu itu, Sejong-ah?" Tanya Suzy.

Saat di New York kemarin dirinya tidak sempat menanyakan hal itu karena insiden tertangkap basah oleh Jiyong. Dan hari setelahnya dan dalam panggilan atau sebuah pesan Suzy juga tidak ada membahas hal itu.

"Bluzt co. Kau tahu?"

What?

"Mwo?" Suzy bertanya lagi. Seolah pendengarannya barusan merupakan kesalahan.

"That company. Itu adalah perusahaan besar dan..."

"Aku paham." Ucap Suzy. "Kau tadi bilang apa nama perusahaannya?" Suzy memastikan.

"Bluzt co."

Waktu tiba-tiba saja terhenti ketika ia—untuk kedua kalinya mendengar lebih jelas nama perusahaan itu dari mulut Sejong.

Dan Suzy rasa ia akan pingsan detik ini juga.

***

Di tayangkan ulang karena sudah di
-REVISI-

AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang