"Sejong-ah, gomawo!" Suzy langsung menghampiri Sejong yang baru saja keluar dari bilik tempatnya mendonor. Ada perasaan lega yang menghampirinya ketika melihat Sejong mau menolong gadis kecil kesayangannya itu yang memang benar-benar membutuhkan bantuan. Siapa yang mengira jika Sejong juga ternyata sedang berada di rumah sakit yang sama dengan tempat Hana di rawat, Suzy bahkan sempat mengira jika lelaki itu sudah kembali ke Manhattan.
Sejong mengangguk pelan, kedua matanya memerhatikan wajah Suzy yang berantakan, juga sisa darah yang masih membekas ditelapak tangannya. Kedua bola mata yang selalu bersinar bahagia itu redup dan sembab, Sejong yakin jika Suzy telah menangis selama berjam-jam sebelumnya. Tangannya hendak bergerak mengusap sisa air mata diwajah Suzy otomatis berhenti ketika melihat beberapa pasang mata yang sejak tadi mengawasi. Sejong menekan keinginannya itu dengan merepalkan telapak tangannya. Beberapa pasang mata itu seolah berbicara jika akan melakukan sesuatu hal diluar nalar jika ia sampai menyentuh permata yang sedang berdiri dihadapannya.
Tanpa melihat dengan jelas pun, lelaki itu tahu mata-mata milik siapa saja yang sedang menatapnya itu. Disisi kanan, adalah Jiyong dan Lisa. Diikuti dengan kedua orang tua yang diyakininya adalah orang tua dari Myungsoo, dan juga Kim Myungsoo. Sedangkan yang berdiri sedikit agak menjarak dari mereka adalah para mengawal dari Jiyong dan juga asisten pribadi Myungsoo.
Hatinya mencelos, bahkan untuk membenci Suzy saja dirinya tidak mampu. Kenyataan yang membawa hubungan mereka kandas adalah pilihannya. Dan, jika Suzy akhirnya menikah dengan seseorang, itu adalah konsekuensi yang harus ia terima, bukan?
Sejong menghela napas, "Aku harus ke lantai dasar untuk mengurus sesuatu hal." Ucapnya, "Kau bisa memanggilku jika Hana membutuhkan darah lagi."
Suzy mengangguk, lalu mengucapkan terima kasih kembali. Matanya kemudian menoleh kearah Myungsoo yang sedang menatap tajam kearahnya, Suzy memberikan kode agar Myungsoo mengucapkan kata terima kasih juga kepada Sejong. Bagaimanapun, Sejong telah berjasa dalam upaya menyelamatkan nyawa Hana, jadi bagaimana bisa lelaki itu malah berdiri mematung sambil menatap tajam dia dan Sejong?
Myungsoo mengerutkan keningnya, tampak enggan mengikuti apa yang diminta Suzy. Namun, tak urung mengikutinya saat melihat ekspresi kesal di wajah sembap Suzy.
Ia membawa kedua tangannya melipat didepan dada, "Aku berterima kasih karena kau memiliki golongan darah yang sama dengan Hana, Sejong-ssi."
Sejong memandang lelaki itu dengan banyak pertanyaan berkecamuk dikepalanya. Namun, itu bukanlah urusannya. Maka yang dilakukannya ialah mengangguk sambil tersenyum formal. Lalu, lelaki itu pamit, kakinya melangkah untuk berjalan meninggalkan koridor hingga kemudian tubuh Sejong hilang didalam lift.
***
"Oh my god, Anak cantik! Kau semakin terlihat kurus semenjak di rawat di Rumah Sakit sayang..." Jo melenggangkan kakinya mendekati ranjang di ujung ruangan sambil memeluk bare bears berukuran besar. Kedua matanya menatap kasihan sosok Hana yang terbaring di ranjang dengan infus ditangan serta perban yang melingkari kepalanya. Tangannya terulur memberikan boneka yang di pegangnya itu di sisi tubuh Hana, "Ini, Gege bawakan panda kesukaanmu. Nanti ketika kau sudah keluar dari tempat menyebalkan ini, Gege akan membelikan dua teman lainnya. Okey?"
Hana tersenyum senang, "Jinjja? Gomawo, Gege!"
Jo tersenyum. Matanya memindai ke sekeliling ruangan, dan kosong. Tidak ada satupun yang berada didalam kamar itu selain mereka bertiga; Hana, Suzy dan Diri sendiri. Kening Jo mengerut, bukankah ini hari sabtu yang berarti seluruh penduduk Korea Selatan sedang libur bekerja? Kenapa batang hidung CEO hot itu tidak kelihatan juga?
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER
FanfictionMemiliki hidup yang indah, Karir yang sesuai dengan passion nya, Sahabat yang super cerewet dan juga, kekasih hati. Kekasih yang sering dikatakan oleh sahabatnya sebagai 'lelaki Amerika' Suzy. Namun, siapa sangka jika orang tua dan kakak Suzy begitu...