05

4.6K 615 62
                                    

"Tunggu, tunggu. Suzy, kau belum menjawab pertanyaan Oppa mu. Jadi, Kau dan Myungsoo saling mengenal?" Suara Bae Jiyong seolah memang ingin mengganggu indera pendengaran Suzy sejak tadi, ditambah dengan lima jemari milik Jiyong yang kini bergerak menahan pergerakan Suzy saat hendak naik keatas kamar.

Mereka telah berada di rumah kediaman keluarga Bae di New York, yang artinya, pesta pertunangan telah usai. Dan Bae Jiyong, sang kakak yang juga seseorang yang mempunyai hajat itu bukannya berpikir waras dengan mendrop tunangannya pulang dengan selamat, malah sibuk menanyai hal yang tidak penting begini.

Suzy memberi Jiyong pandangan kesal. Kemudian melepaskan pergelangan tangan yang di cekal sang kakak, dan menjawab sambil lalu, "Mm. Myungsoo merupakan temanku saat di Junior High School."

"Dan?"

Dahi Suzy mengerut tidak mengerti sambil membeo, "Dan?"

Jiyong mengedikkan bahu, "Kukira ada kelanjutan dari ucapanmu itu, adik."

Nah. Tipikal seorang Bae Jiyong. Selalu menerka-nerka apa yang terjadi diantara Suzy dan teman-teman lelakinya. Apakah Jiyong berpikir kalau Suzy merupakan gadis murahan, eh?

"Tidak ada kelanjutan apapun." Suzy berdusta.

Wanita itu sungguh malas menjelaskan apapun yang akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru. Jiyong merupakan lulusan psikologi dan juga management bussiness dalam waktu bersamaan. Ia juga merupakan lulusan terbaik di dua Universitas berbeda, di tahun yang berbeda pula. Keinginan nya adalah menjadi seorang psikolog, namun karena Jiyong paham apa yang harus dilakukan seorang anak tertua dari keluarga makanya ia mengambil Management bussiness sebagai program studinya, dan baru kuliah di jurusan yang lelaki itu inginkan pada tahun ketiganya. Kau tau seorang ambisius? Nah, itu adalah contoh nyata Bae Jiyong.

Namun, sepertinya Jiyong masih belum percaya, lelaki itu bahkan menatap Suzy dengan tatapan yang membuat Suzy kesal, "Apa lagi sekarang?"

"Mungkin saja kau sedang berbohong seperti yang kau katakan saat kau mengenalkan mantan kekasihmu padaku dulu."

Oh my god. Mantan kekasih?

"Yya, Oppa! Dia masih kekasihku."

Jiyong memicing, "Nah, dapat!" Ucap Jiyong sambil menunjuk sang adik, "Kau belum memutuskan lelaki itu, eh? Kau lupa apa yang dikatakan Eomma dan Appa? Kau—" suara Jiyong tertelan karena kelima jemari Suzy yang berusaha keras menutup mulut lelaki itu.

Suzy tidak habis pikir kenapa ia bisa kelepasan seperti ini, di depan kakaknya pula. Suzy mendesah frustasi, padahal ia sudah berhasil menyembunyikan hal itu selama hampir tiga tahun belakangan ini dan dengan kecerobohannya sendiri ia malah membuka rahasianya di depan Jiyong.

"Hsst! Diamlah, kumohon..." Bisik Suzy. Matanya langsung berpaling untuk memerhatikan kondisi sekitar. Dan sepertinya ia harus bernapas lega karena kedua orang tua mereka tidak ada di sekitar.

Jiyong diam. Matanya memerhatikan lurus kearah mata sang Adik, membuat kewaspadaan Suzy menurun dan melepaskan bekapan tangannya dimulut Jiyong. Namun, pada saat itu terjadi, suara Jiyong memekik satu oktaf lebih keras lagi, "Eomma! Appa! Uri Suzy—aw!"

Jiyong mengelus lengannya yang terkena cubitan Suzy dengan rintihan suara mengaduh.

"Yya, kau tidak boleh sembarangan mencubit orang, Suzy." Gerutu Jiyong.

Suzy memutar bola matanya, "Aku tidak sembarangan mencubit orang."

"Lantas, ini?"

"Kau pantas menerimanya." Sembur Suzy dengan nada acuh.

AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang