"Ibu?"
Suzy, yang sedang membawa nampan ditangannya menoleh, menatap Hana yang berdiri dengan rambut acak-acakan pasca bangun tidur. Hana mengusap-usap matanya menggunakan tangan kecilnya sambil menatap Suzy dengan pandangan bertanya.
"Where's daddy?" Tanya Hana. Menatap sekeliling dan tidak mendapati Myungsoo dimanapun. Biasanya, saat pagi begini Hana akan melihat Myungsoo duduk di kuris makan sambil membaca koran, atau menatap tab yang berisi pekerjaan lelaki itu. Namun sekarang kursi yang biasa diduduki Myungsoo, kosong.
"Ayahmu harus pergi ke kantor pagi-pagi sekali, sayang. Jadi, sarapanmu biar Ibu yang menemani saja ya? Mm?"
Hana mengeluh, "Bahkan, Ayah tetap bekerja walaupun dua hari lagi adalah Hari Natal. Sepertinya pekerjaannya lebih penting di bandingkan Aku dan Ibu."
Suzy tersenyum lembut, kedua tangannya bergerak mengusap puncak kepala Hana pelan, "Apa yang dilakukan Ayahmu itu untuk kebahagiaan Hana nantinya..."
"Aku iri dengan Ae Ra yang bilang kalau dia dan keluarganya akan merayakan malam natal di Paris." Hana memanyunkan bibirnya, kemudian menatap Suzy, "Apakah kita akan liburan juga, Ibu?"
Suzy tersenyum getir sambil mengusap puncak kepala gadis kecil itu sebagai jawabannya.
Sudah hampir dua minggu paska Hana keluar dari rumah sakit dan saat ini kondisi Hana sudah membaik dari sebelumnya. Bagi anak seusia Hana, uang bukanlah hal yang menjadi prioritas pertama mereka, tetapi keberadaan keluarga nya lah yang terpenting. Merayakan Natal bersama di suatu tempat seperti yang Hana katakan juga terdengar begitu bagus, namun bagaimana iya harus mengatakannya? Ketika semua nya ada dan bisa dipenuhi, tetapi waktu Myungsoo lah yang tidak dapat diluangi...
Panggilan telepon yang di terima Myungsoo tadi pagi sudah cukup menjelaskan kalau lelaki itu tidak dapat merayakan hari raya Natal bersama-sama. Ada masalah di Madrid yang harus diselesaikan—dan Suzy fikir itu masalah yang cukup rumit karena sampai menyenabkan sang CEO turun tangan.
***
"Apa tidak bisa kalau asistenmu saja yang kesana?" Tanya Suzy dengan nada merajuk sambil mengusap-usap perutnya. Pertanyaan ini sudah dilontarkan empat kali sejak dua jam yang lalu. Myungsoo menghela nafasnya, tangannya bergerak menyentuh kedua sisi pundak Suzy dengan lembut sambil menatap mata itu, "Aku janji sebelum perayaan malam natal, tubuhku sudah kembali di Seoul bersama kalian. Hmm?"
Suzy mengerucutkan bibirnya, "Putri kita dan calon adiknya," tangannya bergerak mengelus otomatis perutnya yang berisi, "Ingin Ayahnya tidak kemana-mana dan menemani mereka menhias rumah dan lampu natal..."
Myungsoo menaikkan alisnya, lalu berujar dengan nada menggoda, "Jadi, hanya anak-anakku saja yang tidak ingin aku pergi?"
Suzy, yang bingung lantas menatap lelaki itu dengan pandangan bertanya nya.
Myungsoo berjalan selangkah, menggerakkan jemarinya untuk menyentuh dagu sang isteri, "Kau tidak?" Lalu mengusap bibir bawah Suzy dengan gerakan seduktif.
"Aniyo." Suzy menggigit bibirnya, ketika merasakan jemari tangan Myungsoo yang lainnya sudah bergerak mengusap punggungnya yang dilapisi kamisol bewarna hitam, dengan sekuat tenaga Suzy melanjutkan perkataannya yang tertunda, "Aku tidak mau merindukan seseorang yang tega pergi walaupun dia tahu jika sekarang sudah memasuki hari natal."
"Aku merindukanmu..." Myungsoo menggantikan jemari yang berada di bibir Suzy dengan bibirnya. Mengecupnya dengan pelan, "May I?"
Suzy menggeleng, namun menikmati perlakuan Myungsoo padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER
FanfictionMemiliki hidup yang indah, Karir yang sesuai dengan passion nya, Sahabat yang super cerewet dan juga, kekasih hati. Kekasih yang sering dikatakan oleh sahabatnya sebagai 'lelaki Amerika' Suzy. Namun, siapa sangka jika orang tua dan kakak Suzy begitu...