08

5K 625 75
                                    

Dua puluh menit tanpa macet berlebih akhirnya Suzy dan sopir yang menjemput wanita itu sampai di sebuah rumah besar yang nampak seperti sebuah mansion megah di kelilingi pohon pinus nan teduh disekitar rumah itu, rumah yang bertuliskan nama marga Kim di papan kayu berukir moderen dengan corak senada yang terpajang di samping pintu utama.

Suzy tidak sempat mengagumi desain mewah rumah itu karena ada yang lebih menyita pikirannya.

Hana.

Myungsoo tadi menelpon dan meminta tolong Suzy untuk datang ke rumahnya karena Hana demam tinggi hingga membuat seluruh tubuhnya panas. Kakek dan Nenek Hana yang merupakan Ayah dan Ibu Myungsoo, tinggal terpisah di Gwangju karena mereka ingin menikmati masa tua mereka dengan tenang. Sedangkan, Bibi yang menjaga Hana sekaligus asisten di rumah ini sedang cuti karena anaknya akan menikah.

"Nyonya Suzy?"

Suzy mengangguk. "Ya."

"Silahkan langsung naik ke lantai dua. Kamar nona Hana ada di sayap kiri, dan tuan Kim sudah menunggu disana." Ucap seseorang yang sudah menunggu Suzy di pintu itu.

Suzy mengikuti interuksi. Ketika wanita itu tiba di depan pintu besar bewarna putih dengan corak ukiran bunga krisan ditengah-tengahnya, Suzy menarik handle pintu itu dan langsung melihat Hana yang sedang tertidur pulas diatas ranjang.

Suzy melangkahkan tungkainya mendekat, "Bagaimana keadaan Hana?" Tanyanya dengan nada khawatir. Tangannya bergerak memegang dahi gadis kecil yang terbaring di ranjang itu untuk menyamakan dengan suhu tubuhnya.

Tubuh diatas ranjang itu menggeliat, kemudian kedua kelopak mata itu terbuka perlahan dengan sayu, "Suzy saem?" Sapa Hana, suaranya terdengar lemah.

"Iya Hana, Ini Ibu..." Suzy mengusap lembut tangan Hana.

"Aku sudah memberikan obat penurun panas, tapi sepertinya tidak berefek apapun karena panasnya tak kunjung turun," suara berat milik Myungsoo terdengar rendah disampingnya.

Suzy menoleh, "Kau sudah menelpon dokter?"

Lelaki itu mengangguk, "Sudah. Tapi dokter pribadi kami sedang melaksanakan pelatihan selama tujuh hari di LA dan baru kembali besok siang." Myungsoo melihat mata Suzy yang melirik kearah kertas pembungkus obat di meja kecil di samping tempat tidur, kemudian kembali berbicara, "Dokter memberitahuku obat penurun panas yang bisa dicari di apotek."

Suzy kembali menyentuh kening gadis kecil yang kini kembali terlelap itu dengan lembut, "Semoga saja besok pagi panasnya sudah turun." Gumam Suzy. Ketika wanita itu hendak berdiri dan melepaskan genggaman pada Hana, tiba-tiba saja tangan kecil itu menahannya. Tidak kuat, namun terasa.

Suzy memandangi tangannya yang kini berada di genggaman jemari mungil itu dengan raut wajah terkejutnya, lalu suara Myungsoo kembali terdengar, "Hana tadi memanggil namamu dalam tidurnya. Sepertinya dia merindukan kau."

Wanita itu mengerjapkan mata dua kali. Namun tak urung sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil karena tanpa dia duga, ia mendapati dirinya sendiri juga merindukan gadis kecil itu. Ntahlah, terlepas dari Hana adalah anak didiknya, kebersamaan mereka selama 3x24 jam itu mungkin saja penyebab kerinduannya pada gadis kecil itu.

***




Suzy menutup dengan perlahan pintu kamar Hana saat akhirnya ia bisa melepaskan tangannya dari genggaman gadis kecil itu. Dituruninya undakan tangga itu satu persatu sampai pada yang paling dasar, matanya menoleh ke sekeliling ruangan utama rumah megah Myungsoo untuk mencari keberadaan lelaki itu. Namun, Suzy tidak menemukan clue. Tadi, Myungsoo pamit kepadanya akan menunggu Suzy di luar, namun sekarang sosok itu malah tidak terlihat dimana-mana.

AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang