23

4.2K 565 74
                                    

Suzy memasangkan mantel salju hingga melingkupi seluruh tubuh gadis kecil cantik yang berdiri dengan tenang itu. Tangannya bergerak memakaikan tudung kepala dengan aksen bulu-bulu putih disisinya, lalu tersenyum puas. "Hana sudah hangat?"

Gadis kecil itu mengangguk, "Ne. Apa kita akan berangkat sekarang, Ibu?" Tanya nya kemudian.

Suzy melihat kearah luar. Hujan salju masih terus turun walaupun tidak selebat hari sebelumnya, sepertinya suasana seperti ini akan terjadi hingga akhir tahun. Kemudian, matanya melirik jam di ponselnya, "Ayahmu baru akan istirahat satu jam lagi."

Hana cemberut sambil mengeluh, "Aku bosan, Ibu. Disini juga sudah tidak ada orang lagi..."

Suzy memandangi sekeliling ruangannya yang memang sudah kosong. Jam selesai mengajar sudah berakhir sejak satu jam yang lalu, disamping musim salju dipengujung tahun ini jadi mereka lebih memilih menghangatkan diri di rumah masing-masing. Tapi, alih-alih pulang kerumah, Hana malah mengajak Suzy untuk datang ke perusahaan sang Ayah karena ayahnya sudah berjanji untuk membelikannya rumah barbie sebagai kado natal dan Hana meminta supaya dia sendiri yang memilih hadiah tersebut.

"Baiklah, ayo kita pergi ke Ayahmu." Ucap Suzy. Dan langsung mendapat seruan senang dari Hana.

***

Myungsoo menghela napasnya gusar, menampik keinginan hatinya untuk menyeret wanita yang duduk di sofa di ruangan khusus tamu ini keras-keras. Sepertinya semakin menjadi model ternama, sifat bebal dan menjengkelkan Naeun semakin besar. Myungsoo sendiri heran, kenapa ia bisa setuju menikahi Son Naeun saat itu. Mengingat apa yang Suzy ceritakan padanya hari itu, pastilah Naeun sudah meracik dan membumbui ceritanya sendiri, Dan Myungsoo tidak suka itu.

"Kenapa kau bilang pada Suzy bahwa kita saling mencintai?" Tanya Myungsoo dengan ekspresi datar.

Naeun menatap kuku-kukunya yang sudah terpasang nailarts cantik, lalu menatap Myungsoo, "Apakah aku salah?"

"Ne."

"You always screaming my name and tell me that you loved me ketika setiap waktumu datang." Naeun berucap menggoda, ia berdiri, lalu duduk disebelah Myungsoo dan mencondongkan diri arah lelaki itu.

"Son Naeun!" Teriak Myungsoo murka. Matanya menggelap dengan rahang yang mengeras. Ntah kenapa, dirinya menjadi risih kala Naeun dekat-dekat dengannya. Tangannya mencoba mendorong Naeun kebelakang agar menjauh darinya, namun suara yang didengarnya membuat kedua sosok itu menghadap kearah yang sama. Pintu.

***

"Appa!" Seru Hana dengan senang saat Suzy membukakan pintu ruangan yang di tunjukan Jang biseo padanya. Dia bilang Myungsoo sedang ada di ruangan itu sejak tadi, namun sekretarisnya itu tidak mengetahui dengan pasti apa yang dilakukan atasannya di dalam ruangan tersebut. Sebuah senyuman cantik dan sama indahnya terukir diwajah kedua wanita berbeda usia itu, namun senyuman itu pula perlahan menghilang ketika melihat pemandangan didepan mereka.

Suzy masih berdiri dengan tubuh kaku, matanya terpaku pada tangan Myungsoo yang berada di pundak Son Naeun, juga pada tubuh model itu yang terlalu dekat dengan tubuh suaminya.

Kedua tangan Suzy mengepal dengan erat, matanya memerah dan satu airmata jatuh melalui pipinya, dan diikuti dengan perutnya yang tiba-tiba mual. Dengan gerakan impulsif, Suzy berbalik lalu berlari menuju area luar gedung dengan teriakan Hana yang bertanya sang Ibu hendak kemana, lalu ikut berlari sambil menangis ketika melihat Suzy meneteskan airmata dan berlari pergi.

Myungsoo melihat hal itu lantas mendorong Naeun menjauh dengan gerakan kasar, kakinya ikut menyusul keluar kedua perempuan yang kini berlari saling menyusul ke arah lobi perusahaan.

AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang