"Aku berharap banyak padamu untuk proyek ini, Mr. Yang." Myungsoo menjabat tangan Sejong dengan seulas senyum formal.
"Bluzt Co. Bisa mempercayai aku dan tim ku," tukas Sejong penuh percaya diri.
Myungsoo melirik jam tangan dipergelangan tangan kirinya, kemudian kembali menatap rekannya, "Asisten Baek akan mengantar anda ke Daegu untuk melihat lokasinya."
Sejong mengangguk, "Baiklah."
"Aku harus kembali ke ruanganku, seseorang telah menungguku disana," Myungsoo tersenyum, kemudian melanjutkan kalimatnya secara eksplisit, "Dia bisa mengamuk jika aku terlalu lama membuatnya menunggu."
Sejong terkekeh, mengerti apa yang dimaksud oleh Myungsoo barusan, "Kutebak pasti perempuan."
"Ya. Kekasihku."
Lagi, Sejong mengangguk. "Baiklah, Mr. Kim."
Myungsoo lalu berjalan mendekati pintu keluar, namun seolah teringat sesuatu kakinya berhenti dan tubuhnya berbalik mengarah menghadap Sejong dan asistennya yang kini sedang membereskan dokumen-dokumen penting mereka, "Ah, Mr. Yang?"
Sejong menoleh, "Ya?"
"Bluzt co. Sudah menyiapkan penginapan untukmu yang dekat dengan lokasi selama proyek ini berlangsung. Jadi, kau tidak perlu repot untuk bolak-balik antara Daegu-Seoul."
Sejong tercenung beberapa saat sebelum mengulas senyumnya, "Ne khamsahamnida, Mr. Kim."
Myungsoo kembali berbalik arah dengan sudut bibir yang terangkat ke atas. Kemudian kembali berjalan menuju lift untuk menghantarkannya kepada wanita yang sudah menunggunya di ruang kerjanya.
***
Suzy menatap pemandangan kota Seoul dari dalam ruang kerja Myungsoo dengan ke kaguman. Ini adalah kali keduanya menginjakan kaki di sarang lelaki itu setelah jeda cukup lama. Sebenarnya, ia juga sedikit tidak percaya akan apa yang terjadi dalam hidupnya ini. Jika bukan karena Jo Kwon yang memaksanya menggantikan lelaki itu untuk mewawancarai CEO Bluzt mungkin sampai saat ini dia dan Myungsoo belum bertemu.
Tidak, mungkin saja mereka bertemu di pesta pertunangan Jiyong dan Lisa. Dan, mungkin dia akan berakhir seperti ini juga meskipun dengan awal yang berbeda.
Tubuh Suzy menegang saat merasakan tangan seseorang melingkari perutnya dengan hembusan napas yang terasa menyalurkan udara menggigil di telinga kanannya.
"Maafkan aku membuatmu menunggu lama..."
Suara itu...
Itu adalah suara bass milik Myungsoo. Dengan kaku, Suzy menoleh ke samping, segera kedua manik mata mereka berdua bertemu.
"A-apa yang kau lakukan?!" Ucap Suzy tercekat.
Tangannya beralih keatas punggung tangan Myungsoo. Mencoba untuk menyingkirkan tangan kekar itu jauh-jauh dari dirinya karena efek yang di timbulkannya begitu terasa panas , juga aneh menurut Suzy. Tapi, kedua tangan yang melingkar itu mengerat, menandakan bahwa si empunya tangan enggan untuk mengindahkan keinginan Suzy.
"Hm, so relaxing." Gumam Myungsoo sambil mengeratkan pelukannya. Suzy berdiri kaku ketika merasakan kepala Myungsoo menyusup diantara lekukan lehernya. "Wangimu seperti sumber air di gurun pasir. Menyejukkan."
Suzy menahan napasnya. Busana yang dipakainya kali ini tidak seperti kemarin. Dress tanpa lengan setinggi lutut bewarna hitam dengan bagian bawah yang sedikit mengembang yang di padukan dengan parka bewarna abu-abu. Tubuhnya masih menegang sampai Myungsoo menjauhkan diri dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER
FanfictionMemiliki hidup yang indah, Karir yang sesuai dengan passion nya, Sahabat yang super cerewet dan juga, kekasih hati. Kekasih yang sering dikatakan oleh sahabatnya sebagai 'lelaki Amerika' Suzy. Namun, siapa sangka jika orang tua dan kakak Suzy begitu...