04

3.9K 617 53
                                    

Langit New York begitu cerah saat Suzy menginjakkan kakinya di area luar airport. Suzy memandang kearah langit biru dan sedikit menyipitkan matanya saat sinar matahari dengan serta-merta langsung menembus kearah mata. Dengan cekatan dipakainya kacamata hitam merk kenamaan dunia pemberian sang kakak pada ulangtahun nya bulan lalu.

Tangannya bergerak merogoh ponsel dari dalam tas bewarna pastel dengan tali serupa ikatan besi yang sedang in di dunia fashion. Yeah, tidak heran kalau semua barang branded yang dipakai Suzy terdapat dari mana, karena memang ia berasal dari keluarga kaya dan juga penghasilannya dari mengajar, plus Suzy jugalah pemilik TK itu.

Suzy, mendial nomor kontak assiten sang kakak di ponselnya. Lalu, membawa benda persegi itu ke telinga kanannya. Menunggu sir Gordon mengangkat panggilannya.

"I'm sorry Mrs. Bae, untuk keterlambatannya. Kau tahu, jalanan New York begitu padat."

Suzy langsung menjauhkan ponselnya dari telinga ketika mendengar suara beraksen khas yang tak asing sedang mengalun di sampingnya, wanita itu lantas menoleh. Kemudian tersenyum lega. Walaupun kedua orangtua beserta kakaknya berada dan menetap di New York, hal itu tidak lantas membuat Suzy memahami kota dengan julukan 'the big of apple' itu.

"It's okay, sir. Aku belum menunggu lama." Suzy tersenyum ramah saat melihat raut bersalah yang kini memenuhi lelaki paruh baya berdarah Amerika itu.

"Sekali lagi saya meminta maaf, Mrs. Bae." Lelaki itu menunduk beberapa detik sebelum menegakkan kembali tubuhnya. Lalu, kembali berbicara, "Kemarikan koper anda, biar saya yang membawanya."

Suzy menyerahkan koper bewarna merah mudanya kepada sir Gordon, dan dengan cekatan lelaki itu segera memasukan koper itu kedalam bagasi mobil, setelahnya lelaki itu menggiring Suzy untuk masuk kedalam melalui pintu penumpang.

***

Suara kegaduhan nampak terjadi di depan mereka ditambah klakson mobil yang berbunyi secara beruntun memekakan telinga, cuaca New York yang panas menambah ketegangan suasana.

"Biasa, Mrs," Suzy menatap lelaki tua yang baru kembali masuk. Sir Gordon tadi pamit keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi di depan sana, "Terjadi keributan antara supir taksi masalah berebut pelanggan." Sambung Sir Gordon, lalu lelaki itu memakai safetybelt nya kembali.

Well, apapun yang tidak pernah terpikirkan akan terjadi di Seoul, maka disini akan kita temukan keributan akibat hal-hal sepele. Jadi, jika kau sedang mengalaminya, maka berarti kau sedang berada di New York City.

Mungkin ini jugalah yang membuat Suzy tetap betah di negaranya, dengan budayanya, dan tentu saja... Dengan adanya teman spesial. Lelaki yang di sebut Jo dengan julukan 'lelaki Amerika' itu, mereka merupakan teman satu SMA saat dulu. Namun ketika kuliah, keduanya harus menjalani hubungan jarak jauh karena Suzy harus ikut keluarga ke AS dan melanjutkan study yang revelan dengan pekerjaannya sekarang disana.

Empat tahun menjalani masa pacaran dengan ponsel dan macbook tak membuat cinta mereka sirna, jadi, setelah lulus kuliah Suzy memutuskan kembali ke Korea Selatan—bersama Jo yang memang memiliki darah Korea, karena kedua orangtua Suzy tidak mengizinkan wanita itu sendirian—dan mendirikan sebuah lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak di Seoul. Namun, tak di nyana ternyata Tuhan berkehendak lain, tiga bulan kepindahan Suzy, kekasihnya itu malah mendapat promosi karir di Manhattan.

"Well, this place is never changes. Aku terkadang merindukan hal ini disetiap ketenanganku, sir." Ucap Suzy sambil tersenyum. Sir Gordon menatap wanita itu melalui pantulan cermin dan ikut tersenyum bersama.

AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang