Duh, kalian berisik banget sik? :))
Aku sedih loh dibilang jehong:( kenapasiyy aku kok dibilang jehong? Kemarin kan belum ending. Kata siapa udah ending? Aku aja belum bikin author's note kok :p***
"Suzy!?" Myungsoo menguncang pelan tubuh penuh bulih keringat yang terbaring di sampingnya. "Suzy, bangun!" Mata tajamnya terus menatap khawatir sang isteri. Pasalnya, ini sudah jam dua malam berarti hari sudah hampir pagi. Lelaki itu begitu lelah ketika asisten Baek menelponnya untuk rapat direksi disaat badai salju di luar sana sedang menggila. Bahkan, beberapa jalan terpaksa ditutup karena salju menutupi sebagian besar jalan raya.
Myungsoo menatap kedua kelopak mata yang mulai terbuka perlahan itu, dan tangannya otomatis menahan diri ketika tanpa di duga Suzy beringsut memeluknya. Dengan erat.
"Kau bermimpi buruk?" Tanya Myungsoo. Tangannya mengusap rambut Suzy dengan lembut, berharap itu akan memberikan efek tenang untuknya.
Suzy mengangguk. Kedua tangannya yang melingkar dileher Myungsoo semakin mengerat. Mimpi itu terasa nyata. Bahkan, dia bisa merasakan bekas airmata nya yang mengering di kedua pipi. Mimpi buruk yang pertama kali dialaminya dan Suzy tidak ingin mendapatkan mimpi buruk itu.
"Tenanglah, sayang... Itu hanya mimpi." Myungsoo mencoba melepaskan pelukan, lelaki itu ingin melihat keadaan wanitanya. Namun, Suzy semakin mengeratkan pelukan mereka. "Tidak!" Kepalanya menggeleng-geleng.
Myungsoo menghela nafas, "It just a dream, baby."
"But, it feels real." Air mata kembali turun dari pelupuk mata Suzy. Myungsoo dapat merasakan kaus yang dikenakannya sedikit basah.
"Tapi itu hanya mimpi, Suzy. Ayo kita kembali tidur, huh?"
Myungsoo merasakan gelengan kepala Suzy. Kemudian menghela nafasnya sekali lagi, "Apa yang kau mimpikan?"
Ada jeda beberapa saat sebelum Suzy menjawab pertanyaan Myungsoo dengan nada sedih dan juga jemarinya meremas kaus yang dipakai suaminya, "You died."
Myungsoo menaikan kedua alisnya. Sedikit terkejut karena Suzy memimpikannya. Tapi, jenis mimpi yang sedikit mengerikan juga, pikirnya.
"Kenapa bisa?" Tanya Myungsoo.
Suzy kembali mengeratkan pelukannya sambil berujar, "Kecelakaan pesawat." Suzy terisak, "Mulai sekarang, aku melarangmu berpergian keluar negeri untuk alasan apapun!" Lanjutnya.
Myungsoo tersenyum kecil, tangannya kembali mengelus kepala Suzy dengan lembut, "Baiklah, baiklah. Sekarang kita kembali tidur, Oke?"
"Jika aku tidur, mimpi itu akan datang lagi." Ucap Suzy pelan.
"Tidak, aku akan memelukmu sepanjang kau terlelap supaya mimpi itu berganti dengan yang indah-indah. Call?"
"Aku bisa tidur dengan posisi seperti ini." Jawab Suzy lagi, sepertinya wanita itu tetap enggan untuk kembali berbaring tidur.
Myungsoo menghela nafas, ntah sudah berapa kali. Ia mencoba bersabar dengan isterinya yang tiba-tiba seperti ini, "Kita bisa saja tidur dengan posisi seperti ini, tapi ketika kau bangun nanti tubuhmu akan sakit semua, Suzy."
Suzy menguarkan pelukan mereka, kemudian menatap Myungsoo, "Kau tidak akan meninggalkanku, kan?"
Myungsoo tersenyum, tangannya mengusap sisa-sisa airmata di pipi Suzy dengan lembut, "Aku tidak akan meninggalkanmu. Ayo, kita harus tidur." Kemudian Myungsoo menghela Suzy supaya berbaring dengan tangannya sebagai bantal untuk wanita yang sudah menjadi isterinya itu.
***
Jam sudah menunjukan pukul sebelas siang saat suara ketukan pintu terus saja terdengar berikut dengan suara kepala pelayan di rumah mereka. Suzy menggerutu kesal, kedua kelopak matanya sama sekali tidak mau berkompromi. Kepalanya pusing, mungkin saja efek semalam. Dengan menghela nafas kesal, Suzy menjawab saat suara kepala pelayan itu kembali terdengar, "Ya, kau aku akan segera turun. Tolong bibi katakan padanya Jo untuk menunggu." Ucap Suzy dengan suara serak.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER
FanfictionMemiliki hidup yang indah, Karir yang sesuai dengan passion nya, Sahabat yang super cerewet dan juga, kekasih hati. Kekasih yang sering dikatakan oleh sahabatnya sebagai 'lelaki Amerika' Suzy. Namun, siapa sangka jika orang tua dan kakak Suzy begitu...