Menelanjangi Perasaan.

5.3K 277 9
                                    

Aku mengusap kasar air mata yang terus membasahi pipiku, aku patah hati akut, sudah berapa lama aku tidak menangis? bahkan berpisah dengan Dani, aku tidak seperti ini.
Ini patah hati terhebat bagiku, Dirga sangat jahat, tapi apakah benar Dirga yang jahat? Atau memang Namira yang terlalu banyak berharap?

Aku mengendarai lili dengan gila-gilaan, setelah aku melampiaskan kekesalan ku padanya, aku pergi begitu saja diiringi tatapan kaget penghuni kantor Dirga, aku bersyukur tidak diseret security karena sudah melukai bos besar mereka.

Aku terus terusan membunyikan klakson meminta jalan pada mereka yang aku temui, tak peduli mereka pejalan kaki, pengendara motor, angkot bis, pokoknya jalanku harus mulus sampai rumah!

Akhirnya setelah melewati beberapa saat menegangkan karena aku mendapat umpatan dari para supir angkot sampai lili dipukul dan digedor-gedor, aku tiba dirumah, aku memarkirkan lili asal dan membuka gerbang.

Aku melotot melihat sebuah Jeep berhenti dibelakang lili, sialan! Mau apalagi dia?

Aku menghampirinya saat ia baru turun dari jeepnya, luka cakaran yang belum mengering masih menghiasi wajah tampannya.

"Mau apalagi hah?" Bentakku padanya.

"Kita harus bicara Nam."

"Sana pergi! aku gak mau bicara bicara."

Akhirnya aku masuk kerumah, membiarkan pintu lili masih terbuka dan pintu pagar yang tidak tertutup, aku melesat menuju dapur meminum air putih sebanyak-banyaknya sampai kemejaku ikut basah karena aku minum dengan terburu-buru.

Aku mendengar suara mobil masuk ke garasi, membuatku kembali menangis, mengapa ia menyusul ku kesini? Apa ia tak puas melihat kerapuhan ku dikantornya? Apa ia ingin menertawakan kerapuhan ku?

Dirgantara disana menutup pintu dan berjalan kearahku, aku langsung membelakanginya, mengusap air mataku yang lagi-lagi menetes, aku tak tahu semengerikan apa diriku saat ini karena terus menangis.

"Namira.."

"Aku tau ga, aku tau kamu kecewa setelah tau semuanya dari Diana, makanya kamu berhenti hubungi aku, tapi tolong ga, tolong jangan sakiti aku lebih dari ini."

"Nam.."

Aku mengangkat tangan kananku, memintanya untuk berhenti bicara, aku hanya ingin aku yang bicara saja. Aku hanya ingin didengar. Egois memang tapi itulah yang aku butuhkan.

"Aku memang wanita murahan, aku memang selingkuhan, tapi demi tuhan aku menikah dengannya didepan penghulu dan dia yang mengajakku menikah, dia yang memintaku menjadi istri sirinya sampai dia yang juga tak mau melepaskan ku."

"Aku wanita murahan ga, aku perebut suami orang, tapi tolong jangan buat aku semakin murahan dengan.."

"Berhenti berkata kamu wanita murahan Namira!" Sentak Dirga, aku terkejut lalu berbalik kearahnya. Saking terkejutnya aku memegang dadaku sendiri.

"Tapi memang itu kenyataannya Dirga, semua memandangku seperti itu, aku wanita murahan, perusak rumah tangga orang, bahkan orang yang aku harap percaya dan juga dia pernah bilang percaya padaku saja mengkhianatiku, aku bisa apa Dirga!" Jeritku histeris dan kembali memukuli dadanya namun dengan kekuatan lemah.

"Dengarkan penjelasanku Namira Tristian!" Dirga menahan tanganku dan menatapku dalam, "dia sepupuku, Veronika! Dia anak dari tanteku, adik ibuku, memang kami terlihat mesra itu karena sejak kecil ia diasuh oleh ibuku, ibu Veronika meninggal saat melahirkannya, itu sebabnya kami dekat, bahkan sangat dekat, karna kami diasuh oleh orang yang sama, dan kami tinggal satu atap sampai ia memutuskan kuliah di Amerika."

the secondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang