Lagi... Lagi... Belum di di edit 😂
Namira Tristian
Sebuah nama yang membuat aku semakin tidak paham, aku merasa jantungku berdebar lebih kencang setelah menamparnya tadi, aku begitu takut menyakitinya, aku terlalu brengsek setelah dengan kurang ajarnya menyakiti hatinya, aku kini melukai fisiknya, aku menamparnya! Aku hanya takut suatu hari nanti Sheril juga ditampar oleh seorang lelaki.Aku masih terdiam dikamar sampai mendengar sebuah suara, suara mobil yang semakin menjauh, aku berlari kencang mencoba mencegahnya, namun nihil, aku sudah tidak melihat lili terparkir.
"Namira kemana?"
"Sudah pergi pak."
Tolol! aku juga sudah tau dia pergi tua Bangka, atau aku yang salah bertanya?
"Maksudnya kearah mana?"
"Belok kanan pak."
Oh tidak aku yang seperti orang tolol saat ini, gerbang masuk komplek rumah kan memang belok kearah kanan!
"Mana kunci motor!'
"Motor bapak?"
"Motor yang ada disini kan motor mu, kalau motor saya untuk apa saya minta kunci sama kamu!"
Aku dibuat semakin kesal dengan kelakuan satpamku ini, motor yang terdekat dengan pos satpam adalah motornya, masa iya aku harus mengeluarkan dulu motorku yang ada di garasi?
Setelah aku menyambar kunci motor itu, segera aku melesat menyusul Namira untuk memastikan dia baik-baik saja, aku menarik rem dalam karena melihat lili terparkir depan taman, baru saja aku akan turun, lili sudah beranjak maju, mungkin saat ini bukanlah saat yang tepat untuk bertemu dan menjelaskan semuanya.
Dengan jarak yang terjaga, aku mengikuti lili, seakan Dewi Fortuna memihak padaku, Namira tidak memasuki jalan tol namun menggunakan jalan protokol.
Setelah sampai didepan rumahnya, Namira tidak langsung turun, ia sempat Dian beberapa menit, ah sialan! Namira turun dengan hanya menggunakan kemeja tanpa lengan yang basah, apa yang ia lakukan tadi?
Aku mengedarkan pandanganku, melihat situasi apakah ada yang melihat Namira dalam kondisi seperti ini, nyatanya lagi-lagi aku lah siberuntung itu, komplek rumahnya sepi membuat aku bernafas lega.
°
Mataku terkunci saat melihat dirinya, Namira Tristian sedang menatapku dengan sorot mata yang tak bisa ku artikan, aku merindukannya, sungguh.. sebagai manusia kita sering kali membuang waktu, menyia-nyiakan waktu, saat kita masih bisa bersama berjalan beriringan, tidak ada kata syukur yang kita ucapkan kepada sang pencipta, barulah ketika kita kehilangan, kita meraung, bertanya mengapa kita harus menerima cobaan seperti ini?
Bedebah sekali kau Dirgantara!
"Ayo mas!"
Sial! Tatapan Namira semakin tidak terbaca saat Medi memanggilku, kenapa dia senang sekali memanggilku mas sih!
Medi..
Adalah seorang gadis yang sejak ia memakai seragam SMA sudah tergila-gila padaku, ia sempat beberapa kali mengutarakan perasaannya secara tersirat, awalnya aku cukup tertarik padanya, dia muda, berbakat, kaya dan cantik, siapa yang tak mengenal Medi, pengusaha muda yang sedang naik daun, dengan darah Belanda yang mengalir ditubuhnya siapapun pasti aku tertarik padanya.Seperti aku saat itu, namun ada beberapa hal yang membuat aku merasa bahwa ketertarikan ku ini bukan untuk menjadikannya pendamping, hanya sebuah rasa kagum pada dirinya, apalagi dia tidak peduli pada Sheril, putriku, itu lah kunci utamanya.
Setelah kami melakukan meeting dengan Iyus, aku segera menuju pantri aku ingin kopi, sepertinya kopi hitam bisa membantuku meredakan pening dikepalaku yang rasanya mau pecah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
the second
Romance#565 in romance 110818 Warning 17+ Aku sudah menerimanya, bila jalan hidupku memang begini, mengandalkan lekuk tubuhku untuk mencari perhatiannya. Menjadi istri kedua bukanlah hal yang mudah, cinta, harta dan cemburu melebur menjadi satu. Sangat sul...