Patah Hati

4.2K 230 2
                                    

Namira POV

"Tante kok bisa disini? Katanya ini makan malam keluarga? Apa karyawan papa dikantor harus dibawa ke acara keluarga Tan? Oh iya sampai kapanpun Tante akan tetap jadi tantenya aku kan?"

Kata itu terus berputar dikepalaku, senyumku yang awalnya merekah tiba-tiba hilang, Sheril.. anak remaja yang aku sayangi jauh sebelum aku menyayangi Dirga menolakku secara tidak langsung, aku sudah ingin menangis, mataku terasa panas, tapi demi sisa-sisa harga diriku, aku bertahan, aku mengusap cincin yang Dirga berikan padaku.

Setelah mengatakan demikian, Sheril pamit pulang, kenapa kamu mematikan hidup Tante nak?

"Sepertinya saya juga harus pulang." Aku bangkit karna sudah tak tahan, aku tak mungkin menangis didepan Dirga, aku tak mau Dirga membelaku dan menyakiti hati Sheril.

Sheril hanya ingin aku menjadi tantenya, ia hanya menganggapku karyawan dari papanya, ya! Aku harus tau diri.

"Saya antar.." Dirga sudah berdiri namun aku menahannya.

"Maaf pak, saya bisa pulang sendiri, maaf mengganggu makan malamnya, terima kasih."

Aku pergi begitu saja tanpa berpamitan pada Disa dan Intan.

"Biar Namira tenang dulu Ga." Sayup-sayup aku mendengar ucapan Disa tapi aku tidak peduli, yang aku pedulikan sekarang hanya perasaanku, rasa takut kehilangan yang kini menjadi kenyataan.

°

Author POV

Satu Minggu sudah Namira dan Dirga merentang jarak, Dirga sudah beberapa kali membuka jalur komunikasi, bahkan ia sampai datang ke rumah, namun Namira mengabaikannya, ia hanya tak ingin goyah karena melihat Dirga kembali, ia sudah memutuskan semuanya, memutuskan berhenti memperjuangkan Dirga.

Hahaha berjuang? Ini belum apa-apa, belum ada perjuangan yang dilakukan Namira dan Dirga, keduanya seakan pasrah menerima keputusan dari Sheril.

Malam ini, Namira merasakan hatinya semakin sepi, ia membutuhkan pelarian, setidaknya ia perlu sedikit melepaskan penat, dibongkarnya lemari yang sudah lama tidak ia sentuh, semenjak bersama Dirga, Namira lebih menjaga penampilannya, lemari itu berisi baju-baju masa lalunya, baju seksi hingga kelewat seksi.

Ia mengambil salah satu baju, menggunakan make up dan lipstick berwarna merah menyala.

Segera ia mengambil handphone dan memencet salah satu nomor yang berada disana, sekali lagi, ia butuh pelarian.

°

"Gila lo Namira!" Sambut Tania saat menaiki lili, Yap, Namira menghubungi Tania untuk menemaninya ke club, bodohnya 2 wanita itu belum pernah masuk ke tempat seperti itu, tapi demi sahabatnya yang patah hati Tania rela menggunakan baju seseksi ini.

Namira menggunakan dress ketat tanpa lengan yang panjangnya hanya setengah dari pahanya, sedangkan Tania menggunakan dress putih diatas lutut, mereka sendiri tidak yakin apakah penampilan mereka sama cocok atau tidak.

"Gue pusing!" Tania merapatkan diri pada Namira saat mereka memasuki club, melihat begitu banyak orang yang berjoget joget ria seperti tidak ada beban.

Dengan keahlian pura-pura mengerti Namira memesan 2 gelas minuman, ia langsung meneguknya, Namira menegang saat ia merasakan panas di tenggorokannya dan badannya serasa ringan, sedangkan Tania yang langsung kaget melihat perubahan Namira mengurungkan niat untuk minum.

"Gue mau ini." Namira segera mengambil gelas milik Tania dan meneguknya sampai habis, Tania jadi panik sendiri saat tiba-tiba Namira berjalan kearah dance floor.

"Namira!" Ah sialan Namira sedang mabuk dan Tania paham ia harus bergerak, dengan cepat Tania menyambar tubuh Namira yang sedang bergoyang, ia mengambil tas milik Namira, dan mengirimkan pesan pada Dirgantara.

the secondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang