Akhir

5.2K 233 1
                                    

Sepertinya memang ada yang salah dalam otakku, saat aku tidur saja aku masih bisa mencium bau Dirgantara, ah ya! Kebetulan aku lagi dirumah sakit sebaiknya aku periksakan saja otakku yang kadang jalannya lambat ini.

Aku menggerakkan kepalaku mencari posisi ternyaman, tunggu dulu? Kenapa rasanya aku sesak nafas ya? Seperti ada sesuatu diatas tubuhku yang membuat aku kesulitan bergerak.

Aku membuka mataku dan melihat Dirga sedang memelukku erat, membuat aku segera menutup mataku kembali.

Melihat

Dirga

Yang

Memelukku?

Kesadaranku segera hadir dan mendorong Dirga dengan keras membuat lelaki itu terjaga dari tidurnya.

"Pagi Tante.. pagi pap!" Aku mendongak menatap Sheril dan Yusuf dihadapan kami.

"Sheril sudah boleh pulang om, biar saya yang antar Sheril, saya bawa mobil om."

Aku masih tidak dapat mencerna apa yang terjadi saat ini.

"Aku duluan ya Tante." Sheril tersenyum dan segera berlalu karena Yusuf mendorong kursi roda Sheril.

Setelah pintu ruangan tertutup, aku baru bisa berfikir, aku tidur berpelukan dengan Dirga, lalu Sheril dan Yusuf menonton kami? Ya Tuhan!

Aku menutup wajahku, entah mengapa aku ingin menangis mengingat keinginan Sheril untuk menjadikan aku ibunya, setelah ia menghempaskan perasaanku dan membuat semuanya menjadi sulit ia memintaku kembali.

"Nam.."

Aku semakin sesegukan saat mendengar suara Dirga, aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan, aku merasakan driga berlutut di hadapanku, ia hanya diam dan aku menikmati keterdiaman kami.

Cukup lama aku menangis, hatiku terasa begitu ngilu.

"Menangislah Nam, karena setelah ini aku ingin engkau bahagia bersamaku."

Tangisku semakin pecah, janji macam apa yang Dirga sodorkan untukku? Bahagia bersamanya?

"Biarkan saya membalas kesalahan saya Nam, ampuni saya, maafkan saya dan kembalilah pada saya, saya.."

Segera aku membuka tanganku agar dapat melihat wajahnya, "saya butuh kamu Nam."

the secondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang