Sheril POV
Seperti biasa Yusuf mengantarkan gue ke rumah sebelum jam 9 malam, jadi di malam Minggu seperti ini, disaat anak remaja seusia gue masih menikmati hiruk pikuk dunia malam, gue malah diem dikamar, gebuk-gebukin drum pemberian papa karena bingung mau ngapain.
Sedangkan dari sore papa tidak ada dirumah, entah kemana, mbok Martini juga tidak tahu papa kemana, yang jelas papa berdandan yang bikin gue heran kenapa papa keluar dimalam Minggu begini, papa tidak pernah keluar malam Minggu, selama gue hidup papa keluar dimalam Minggu saat bersama gue doang.
Gue mendengar suara sapaan satpam pada papa, pasti papa udah pulang, ya iya lah emang satpam nyapa siapa kalau bukan papa?
Gue langsung berlari menuju ruang tengah, gue udah kangen sama papa, pasalnya beberapa hari kemarin gue sama papa jarang ketemu, papa pulang pas gue udah tidur dan dia pergi sebelum gue bangun.
"Pap!" Seru gue, papa yang baru menyimpan kunci mobil di mangkok keramik ruang tamu langsung tersenyum lebar ke gue, ah papa gue emang ganteng maksimal diusianya yang sudah menginjak 33 tahun.
Dengan berlari kecil gue segera berhambur ke pelukannya, pelukan ternyaman yang selalu melindungi selama 16 tahun ini.
"Kangen papa?" Tanya papa, tapi fokus gue bukan pada papa, tapi pada wangi yang melekat pada badan papa, ini bukan parfum murni papa, tapi ada wangi campuran yang membuat dada gue sesak, wangi perempuan yang dulu gue sukai tapi sekarang gue benci, karena gue tau setelah kedatangannya semua berubah.
°
Gue mengalihkan pandangan gue kearah jendela, Yusuf sedang asik menyetir sambil dengerin lagu yang gue sendiri ga paham artinya, yep gue emang rada bego apalagi sama bahasa Inggris padahal gue sering banget keluar negeri, untungnya ada papa yang selalu dampingi gue disana, atau juga ada translator yang selalu temenin gue kemana-kemana.
Kalian tau gue lagi apa? Gue lagi nyusun rencana jahat untuk malam ini, dan semoga gue berhasil, jadi sebelum hidup gue dihancurkan, tidak ada salahnya dong gue menghancurkan dulu hidup seseorang?
"Kenapa?"
Gue menoleh setelah hampir setengah jam bersama, Yusuf baru nanya sama gue.
"Kenapa apanya a?"
"Kamu? Ada yang difikirin?"
"Ga ada a."
"Yakin?"
Gue menggigit bibir bagian bawah, Yusuf baik bahkan terlalu baik, kalau gue bilang dia pasti nasehatin gue dan rencana yang sudah gue pupuk seminggu ini hancur berantakan.
"Kalau kamu ada masalah, kamu bisa cerita sama aa, itu gunanya aa disamping kamu."
Ia mengulurkan tangan dan mengusap pipi gue, gue terharu, Yusuf sungguh manis, gue gak salah -entah sejak kapan- menjatuhkan hati gue sama dia.
°
Akhirnya gue sampai direstoran yang cukup mewah bergaya modern, Yusuf turun dan CR-V miliknya dan merapihkan badannya, sementara gue masih duduk didalam mobil sambil memperhatikan Yusuf, gue ngerasa takut dan bimbang, entahlah apa yang gue bimbangkan? Padahal setengah jam lalu gue masih merasa yakin bahkan sangat yakin.
Gue menoleh saat Yusuf membukakan pintu untuk gue, "kenapa sayang?"
Jantung gue berdetak lebih cepat saat mendengar panggilan Yusuf, demi tuhan ini panggilan sayang pertama darinya buat gue, melihat senyum Yusuf yang begitu tulus gue juga jadi ikut tersenyum dan mengulurkan tangan gue.
Gue tersentak kaget saat melihat ada Tante Intan dan om Disa disana, duduk bersama papa dan Tante itu, Tante Namira, perempuan yang cepat atau lambat akan merebut papa, merebut kasih sayang papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
the second
Romance#565 in romance 110818 Warning 17+ Aku sudah menerimanya, bila jalan hidupku memang begini, mengandalkan lekuk tubuhku untuk mencari perhatiannya. Menjadi istri kedua bukanlah hal yang mudah, cinta, harta dan cemburu melebur menjadi satu. Sangat sul...