Pak Iyus!

5.8K 281 1
                                    

Demi apa aku seneng banget, aku baru banget gabung WP dan cerita abal ini udah ada yang berkenan baca.
Terima kasih.

Salam sayang.

°

Aku memijit kakiku, rasanya kakiku mati rasa, hari ini Tania absen, jadi aku harus bekerja sendirian, sebenernya tidak Masalah jika bigbos Dirga tidak datang, tetapi tiba-tiba saja dia datang untuk bertemu pak Iyus.

"Namira.." aku mendongak dan mendapati Dirga berdiri di hadapanku, tapi aku tidak melihat pak Iyus biasanya jika bigbos dikantor pak Iyus selalu mengikutinya kemanapun.

"Ya ga? Eh.. pak." Jawabku gugup, ini kantor jadi aku harus pura-pura menghormati dia.

Dirga memijit pelipisnya, "temani saya makan malam."

Aku melotot saat dia tiba-tiba berbalik dan keluar dari kantor, eh aku bukannya belum jawab?

°

Deretan mobil yang terkena kemacetan menjadi pemandangan malam ini, kami terjebak kemacetan karena ada bus yang terbakar, mengakibatkan kemacetan parah dan kami sudah tidak bisa kemana-mana.

"Nam?" Aku menoleh saat Dirga sudah melepaskan sabuk pengaman dan duduk menyerong kearahku, aku masih diam, bingung harus berkata apa, karna tiba-tiba saja tatapan Dirga melembut.

"Ada yang mau saya ceritakan tentang Sheril."

Aku langsung antusias, "ada apa ga?" Tanyaku pada akhirnya.

"Sheril anak saya Nam, anak kandung saya."

Terus? Masalah buat gue?

Hoho tenang Namira tidak sejahat itu kok, bicara demikian.

"Sheril lahir saat usia saya belum genap 17 tahun, saya dan pacar saya berhubungan terlalu jauh, sehingga ia terpaksa mengandung dan melahirkan diusia yang belia juga kandungan yang masih di 7bulan."

"Saya dan ibu Sheril tidak pernah menikah, setelah melahirkan Sheril, pengacaranya datang membawa seberkas surat perjanjian, salah satunya ia memberikan Sheril pada saya, dia tidak peduli apakah Sheril akan diberikan ke panti asuhan atau bagaimana, padahal saat itu usia Sheril masih 2hari, dan ia harus masuk ICU."

Kok aku mendadak sedih ya?

"Saat itu saya masih terlalu muda, saya masih kelas 2 SMA, tapi saya harus memikul beban yang sangat berat, dengan terpaksa saya berhenti sekolah, sekolah tau dan saya dikeluarkan, orang tua saya menghukum saya, mereka menerima Sheril tapi dengan syarat saya harus bekerja untuk menghidupi anak saya, tanggung jawab saya."

"Terpaksa saya sekolah di sekolah pinggiran, juga bekerja saat pulang sekolah, apapun saya lakukan dari mulai menjadi kenek sampai kuli bangunan, semua demi Sheril."

Tanpa sadar kini dudukku sudah sepenuhnya menghadap pada Dirga, aku penasaran dengan kelanjutan ceritanya.

"Begitu pula saat kuliah, saya kuliah dengan program beasiswa dikampus saya jualan dan melakukan usaha apapun, yang penting halal dan menghasilkan banyak uang, hingga suatu hari kesuksesan menghampiri saya, diusia saya 33 tahun saya sudah sukses dan memiliki anak berusia 16tahun."

Demi tuhan, ditengah cerita sedihnya ia masih bisa berbangga diri.

"Kamu mungkin heran mengapa saya bicara seperti ini, saya hanya ingin semua orang yang dekat dengan Sheril tau bagaimana kondisi dia, dia tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu, dia yang lahir tanpa ikatan pernikahan."

"Apa Sheril tau?"

"Diusia 7 tahun Sheril sering menangis, ia sering diolok-olok oleh temannya karena tidak memiliki ibu, saya tau itu berat tapi dia harus menerima kenyataan, saya bicara apa adanya pada bocah itu, hingga tumbuhlah Sheril seperti sekarang."

the secondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang