Aku Namira, wanita paling beruntung dimuka bumi ini, tengah malam ini aku terbangun, lalu tersenyum melihat Dirga sedang bersujud, bersujud kepada sang pencipta atas berkah yang diberikan kepada dirinya, aku belum pernah sekalipun bercerita mengenai ibadahku, karena aku fikir ibadahku adalah rahasiaku dengan sang khalik, tetapi rasanya aku gatal ingin sedikit mengumbar.
Bukan! Bukan aku sombong atau pamer tapi aku lebih tidak menyangka, sesungguhnya setelah dekat dengan Dirga, aku menjadi sedikit religius, walau aku belum mengenakan hijab sedikit demi sedikit aku mulai taat beribadah, walau belum seperti Dirga yang rajin solat malam, aku sudah rutin melaksanakan kewajibanku.
Seperti saat ini, aku terbangun tengah malam dan melihat Dirga sedang tahajud, lagi aku merasa menjadi wanita paling beruntung, sudah lebih dari 10 hari aku menjadi istrinya dan rasanya aku baru mengenal bagaimana sosok Dirga, bagaimana bau Dirga saat buang gas, bagaimana kebiasaan dia yang kalau sarapan harus dengan nasi, bagaimana Dirga sering gelisah dalam tidurnya, bagaimana Dirga yang sering lupa membawa handuk saat mandi, bagaimana Dirga yang paling benci saat pakaian dalamnya dicuci kan oleh orang lain termasuk diriku sendiri.
Aku tersenyum kecil memandang foto pernikahan kami yang besar itu, darahku langsung berdesir mengingat perjuangan kami, bagaimana usaha Dirga menemukan orang tuaku.
Jadi, disela-sela persiapan pernikahan kami, Dirga mengajakku ke rumah, yang ternyata sudah berpindah tangan, aku sempat shock karena bingung harus kemana mencari mereka, demi apapun aku rindu pada mereka, namun janji Dirga membuat aku tenang, ia berkata bahwa akan menemukan orang tuaku dan akan menjadi wali dari pernikahanku.
Singkat cerita aku menemukan orang tuaku, pertemuan awal yang tak kusangka, aku fikir aku akan diusir tapi nyatanya orang tuaku justru memelukku, memelukku erat dan menggumamkan kata maaf, bahkan mereka juga menanyakan keberadaan anakku, anakku dengan si brengsek Roy, lelaki yang sudah bertunangan dengan mbak Lala namun nyatanya menikah dengan wanita lain karena wanita itu sudah hamil, akhirnya Mbak Lala depresi dan menikah pula dengan orang lain.
Dari situ keluargaku sadar bahwa uang brengsek itu Royan bukan aku, saat aku menceritakan semua kisah hidupku beserta kehidupanku saat aku menjadi istri simpanan, mama menangis tersedu-sedu merasa bersalah akan apa yang aku jalani malah beliau sampai pingsan, untungnya semua sudah kembali normal.
Hingga saat itu tiba, saat aku dimandikan oleh orang tuaku dalam upacara adat siraman, saat papa menjadi wali nikahku, saat aku sungkeman pada mama, semua terasa begitu indah dan kepedihan ku beberapa tahun terakhir ini menguap begitu saja.
aku bersandar pada ranjang king size milik Dirgantara dan menyandang status nyonya Dirga, ibu dari Sheril Melodi Dirgantara, walau sebatas ibu tiri.
"Loh.. kebangun?" Aku menatap Dirga yang sedang melipat sejadah lalu melepaskan peci yang ia kenakan, setelahnya ia membuka baju Koko beserta sarungnya, wajah tampan Dirga sepertinya memang faktor keturunan dan wajah bersinarnya faktor sering wudhu rupanya. Ah! Apakah karena aku mencintainya sehingga aku merasa. Dirga sempurna.
Dirga yang memakai celana pendek dan kaos putih polos segera naik keatas kasur dan duduk disebelahku, aku segera bergeser dan bersandar pada tubuh Dirga, lagi aku menyandarkan hidupku padanya, menggadaikan kebahagian dan kebebasan hidupku padanya.
"Rasanya rumah ini akan ramai bisa ila ada suara anak kecil." Perkataan Dirga yang tenang sambil mengusap keningku membuat pipiku panas, aku tahu maksudnya, aku paham maksudnya, kalian juga paham kan?
Sungguh aku juga ingin memiliki anak, apalagi anak dari seorang Dirgantara Abimana, Sheril saja bisa secantik itu, mungkin anakku kelak juga tidak akan jauh berbeda dengannya.
Pipiku semakin panas saat tangan Dirga mulai turun dan meremas dadaku, lalu perlahan menciumi pipiku, kini hidungku dikecupnya, lalu kemudian bibir kami menyatu, aku bisa merasakan manis bibirnya, ah aku sellau menggila saat Dirga seperti ini, padahal ini bukan kali pertama kami akan melakukannya.
"BUN!" Kami terlonjak kaget saat suara pintu diketuk dengan keras serta suara Sheril mengikutinya, Dirga mengacak rambutnya, aku meraba sesuatu yang menonjol diantara kedua pahanya membuat ia semakin frustrasi saja.
Aku tertawa keras kemudian segera membuka pintu, benar saja Sheril disana membawa pica -boneka kesayangan- pemberian Yusuf.
"Aku mimpi buruk Bun, aku mau tidur disini."
Lalu Sheril ngeloyor begitu saja, memposisikan diri antara aku dan Dirga.
Lagi aku tertawa, sedangkan Dirga menatapku seperti orang kesakitan.
"Bun peluk aku!"
Aku segera menyusul setan cilik itu, berbaring disebelahnya lalu memeluknya, namun tanganku aku sempatkan mengelus pelan tangan Dirga, memberinya ketenangan.
Saat mata kami bertemu, Dirga tersenyum manis, ia mengucapkan kata 'i love you' tanpa suara, tentu saja aku balas dengan kata yang sama, disertai kecupan untuk Sheril, karena seorang Namira Tristian tidak hanya menyayangi Dirgantara Abimana saja melainkan juga menyayangi Sheril Melodi Dirgantara.
-Selesai-
°
Cerita ini beneran selesai disini, tadinya aku gak akan bikin lanjutannya karena aku ingin kalian yang membuat cerita akhirnya sendiri, tapi kayaknya aku gak tega sama Namira kalau digantungkan kayak gitu.
Akhirnya disela-sela kesibukan aku kerja, aku coba nulis.
Semoga kalian suka dengan karyaku ini ❤
Aku bakalan buat cerita lain, cerita tentang Sheril Melodi Dirgantara.
Yap! Anaknya Dirgantara, rasanya aku gemes aja sama Sheril hingga akhirnya nyoba buat ceritanya.
Judulnya My Hidden Badboy, klasik banget emang, tapi cerita ini aku angkat dari beberapa curhat temen-temen aku yang aku olah menjadi MHB, semoga ada yang berkenan baca yaaa!
Salam sayang, -R ❤❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
the second
Romance#565 in romance 110818 Warning 17+ Aku sudah menerimanya, bila jalan hidupku memang begini, mengandalkan lekuk tubuhku untuk mencari perhatiannya. Menjadi istri kedua bukanlah hal yang mudah, cinta, harta dan cemburu melebur menjadi satu. Sangat sul...