Saya Pria Dewasa

6.8K 366 3
                                    

Kalau ada yang masih inget bab 1, aku mengambil sedikit adegan dari bab 1, cuma untuk jadi perbandingan aja, dulu bagaimana saat ini bagaimana. Ya pokoknya gitu lah ya..

Selamat membaca.

°

Aku membuka mata, mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhku, suara dengkuran halus membuat aku menoleh, seorang pria tampan sedang memeluk perutku posesif, tertidur setelah permohonanku agar dia tetap disini.

Jangan tanyakan apakah aku polos? Apakah aku merasa pegal? Apakah aku kesakitan? Apakah bajuku telah tanggal?

Akan ku jawab : tidak!

Kami tidak melakukan apapun, tetapi aku sangat menikmatinya, sangat, sekali lagi.. amat sangat! saat tangan besarnya memelukku posesif seakan melindungi dan membuatku nyaman.

Dertttt...

Getaran ponselku membuat aku menoleh pada nakas, dengan sebelah tangan aku ambil ponsel, disana tertera pesan yang menumpuk dari grup WA kantorku, aku menaruh kembali ponselku.

Aku tersenyum melihat dirinya dengan muka polos layaknya bayi saat tertidur, menambah berkali-kali lipat ketampanannya, aku belum pernah bilang jika ia tampan?

Ya dia memang tampan dan berkarisma, membuat siapa saja segan saat melihatnya kecuali aku, dia tidak memiliki rambut disekitaran tulang pipinya, namun rahangnya tegas, bibirnya tebal dan kulitnya gelap terawat, tubuhnya tinggi, tak heran bila Sheril juga mencapai 170cm diusianya yang belum genap 17tahun, huh aku yang 165cm bisa apa?

Loh? Kenapa aku jadi memuja dirinya seperti ini?

Aku menaruh tangannya disamping dan menyelimutinya, ada keinginanku untuk mengusap wajahnya, menikmati setiap inci kulit wajahnya namun aku urungkan karena takut mengganggunya.

Setelahnya segera aku keluar kamar, menuju kamar Sheril dan mengambil tasku.

"Mbak!"

"Ibu!" Seruku kaget.

"Makan siang dulu mbak?"

Bu Martini tersenyum penuh arti kearahku, membuat aku menjadi malu, ya tuhan ini sudah pukul 1 siang ternyata.

"Saya makan dirumah saja Bu." Tolakku halus, padahal aku sudah lapar, hanya saja aku merasa malu bila harus bertemu Dirga kembali.

"Tidak menunggu bapak bangun mbak? Atau tidak dibangunkan saja?"

"Ga usah Bu, saya pulang sekarang saja."

Aku memeluk singkat Bu Martini sebelum beranjak, tetepi ia malah terkekeh pelan.

"Kenapa Bu?" Tanyaku heran.

"Mbak wangi bapak."

Matilah aku!

°

Tania Kesarina
Cek saldo Nam
Hari ini kita gajian.
Kok ga masuk?
Kata pak Iyus lagi ada acara?

Namira Tristian
Serius? Gue nanti cek saldo deh
Iya gue ga enak badan

Tania Kesarina
Cepet sembuh Nam
Gak ada temen gosip gue

Namira Tristian
Sampai ketemu hari Senin
Gue juga kangen sama Lo
Sekalian bawa nasi goreng ya!

Tania Kesarina
Hm!

Aku terkekeh, memang satu bulan ini Tania menjadi teman dekatku, ia sering membawakan makanan untukku, ibunya yang memasak dan menyiapkan makanannya, jenis masakan rumahan yang membuat aku ketagihan.

Namun ponselku bergetar kembali, membuat aku menegakan tubuhku.

Dirgantara Abimana
Kenapa tidak membangunkan saya?

Namira Tristian
Seperti nya kamu tidur nyenyak

Dirgantara Abimana
Saya mencari kamu Namira

Ngapain Dirga nyariin?

Aku mengabaikan pesan Dirga, duh aku langsung dibuat tidak enak diam karenanya, jujur alasan aku pergi begitu saja karena malu, malu karena sudah tertidur nyenyak dipelukannya, apakah aku ngiler tadi? Oh tidak!

Aku menekan wajahku pada bantal pasti aku sudah seperti kepiting rebus sekarang, merah!

°

Aku keluar dari ATM setelah menarik beberapa ratus ribu, gajiku baru keluar dan ada kepuasan yang menjalar didalam tubuhku, aku menoleh pada Jeep putih yang terparkir disana. Aku tidak mengerti dengan sistem otakku, setengah 4 tadi aku menghubungi Dirga, mengatakan bahwa aku baru gajian dan aku akan traktir dia.

Saat sambungan ku sudah terjawab oleh Dirga barulah aku menyesal, karena teringat pelukan hangat tadi pagi. Tapi Dirga layak kecipratan kebahagiaanku.

Ya.. aku memang ingin sekali membagi kebahagiaanku ini, aku ingin sekali seseorang ikut menikmati jerih payahku, tapi.. sekali lagi kenapa harus Dirga yang tadi aku hubungi?

"Sudah?" Tanya Dirga saat aku sampai dimobilnya, aku tersenyum dan mengangguk. Dia menjalankan mobilnya ketempat tujuan yang aku ucapkan saat ia menjemputku tadi.

Selang 20 menit kami sudah sampai ditaman, ditaman ini dijajakan berbagai jenis kuliner, mulai dari tradisional sampai modern, mulai dari yang kering sampai yang pedas.

Akhirnya setelah kami memilih memakan ketoprak dan teh susu, dengan catatan aku yang mentraktir, kami duduk disekitaran taman, cukup jauh dari para penjual makanan, kami menikmati suasana sore hari ditemani para muda mudi yang berkencan, duh jadi ingin muda lagi!

"Anak-anak sekarang, kalau sendiri ngeluh kalau pacaran berantem Mulu."

Aku menoleh pada Dirga lalu bergerak mengikuti arah pandangannya, disana ada sepasang muda mudi yang terlihat seperti bertengkar, karena si perempuan melipat tangannya depan dada dan laki-lakinya seperti menjelaskan sesuatu.

"Itu bumbu cinta Ga."

"Oh begitu?" Dirga tersenyum hangat padaku, sehangat senja berwarna keorenan karena aku memasuki malam.

Aku terkesiap sangat, lagi-lagi aku merasa degdegan, sialan betul pesona Dirgantara!

"Menurut mu?"

Dirga terkekeh, ia bergeser mendekat ke arahku, oh ya kami duduk dirumput, pastinya rumputnya bersih ya karena rumput sintesis.

"Kamu gak ingin seperti mereka Namira?"

"Maksudnya Ga?"

"Ya pacaran seperti mereka? Memangnya tipe pria seperti apa yang kamu inginkan?"

Aku tertawa keras, jarang sekali aku dan Dirga mengobrol santai seperti ini.

"Cukup dia yang dewasa dan..."

"Saya pria dewasa kalau gitu kita pacaran!"

Lagi, aku tertawa keras, Dirga mengangkat tanganku dan mencium punggungnya, membuat aku semakin tertawa.

Kami bangkit lalu berpandangan, kami berdua tertawa dengan tangan yang saling bertautan, didukung oleh matahari yang sudah mulai tenggelam, menghangatkan.

Kami bangkit lalu berpandangan, kami berdua tertawa dengan tangan yang saling bertautan, didukung oleh matahari yang sudah mulai tenggelam, menghangatkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dasar lelaki ini ada-ada saja bercandanya.

°

Ini dikit banget, habis aku kesel ada yang baca tapi engga ninggalin jejak, plak! Ngarep!






the secondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang