📓10 - Tiba-tiba Merindu

10.2K 1.1K 98
                                    

Rasanya waktu begitu singkat, baru juga kemarin dekat, sekarang sudah menjauh layaknya orang asing.

. . .

Seantero sekolahan sepertinya heboh dengan gosip aku dan Rifen berpacaran. Gosip itu sepertinya sudah gempar sampai ke seluruh oknum sekolahan. Aku berjalan cepat menuju kelas. Sepanjang koridor, tiada henti-hentinya aku mendengar namaku dan Rifen disebut-sebut.

"Ada yang nikung temennya sendiri nih," cebik salah seorang cewek yang bergerombolan ketika aku memasuki ruang eskul PMR.

Aku menundukkan kepala sambil mendekat ke Racha. "Cha." Aku memanggilnya pelan—sangat pelan.

"Gue nggak kenal sama lo!"

Rasanya aku ingin menangis mendengar Racha membentakku seperti itu di depan kelas ditambah dengan ditonton oleh banyak orang. Arlan melihatku seakan prihatin. Namun dia tak berkata apapun selain pergi keluar ruangan.

Aku melihat seluruh orang menatap jijik. Segera aku berlari keluar kelas. Masih terdengar ditelinga, mereka menyorakiku. Aku pergi ke arah toilet. Ketika sampai, aku langsung masuk dan terduduk di pintu toilet. Aku menangis sejadi-jadinya. Pertahananku runtuh.

Zelin harus kuat. Pao harus kuat. Aku bisa! Aku bisa melaluinya. Semua sudah terjadi dan aku harus menghadapinya.

Aku berdiri dan mendekat ke arah kaca. Aku mencoba tersenyum, memastikan diri bahwa aku pasti bisa melaluinya. Baru saja aku ingin keluar, aku dikejutkan dengan masuknya segerombolan cewek.

"Eh, elo pacar barunya Rifen, kan?" tanya seorang cewek yang tidak kukenal. Dia menatapku sini sambil menunjuk ke arahku.

"Kalau tahu dia yang di toilet, udah gue kunci kali."

"Ew!"

Mereka terbahak sambil melihatiku. Aku tergesa-gesa keluar dari toilet menuju kelas. Sepanjang aku melewati koridor, mereka melihatku sinis.

Aku kembali menjadi Zelin yang dulu. Zelin yang tidak berani menatap orang-orang. Zelin yang selalu mempunyai ketakutan dalam dirinya.

. . .

Eskul hari ini berlangsung lama. Aku memberanikan diri mengikuti dua eskul yang memang sudah kupilih yaitu PMR dan Padus. Beruntung jam ganti dua eskul tersebut berdekatan. Jadi aku tak perlu lama menunggu.

Saat eskul Padus, Elis terlihat diam sekali, tak seperti biasanya. Aku ingin mencoba berbicara, tetapi takut. Aku benar-benar merasa sendirian sekarang.

Ketika jam istirahat, Elis pun tidak mengajakku ke kantin, malah mengajak teman-temannya yang lain. Sebenarnya aku ingin di ruangan saja. Tetapi karena tidak banyak yang kukenal di ruangan ini sekaligus mereka yang melihatku sinis, aku pergi keluar ruangan Padus dan berjalan menuju kantin.

"Eh eh, ada Rifen tuh!"

Aku sedikit tersentak saat ada yang menyebut nama Rifen tepat di sebelahku. Kulihat Rifen datang sambil membawa buku tebal dengan gaya jalannya yang tegap.

"Tapi dia kok sama Racha datangnya ya? Bukannya Rifen udah punya pacar?" tanya orang yang berada di sebelahku.

Aku mengernyit. Apa Rifen sudah tahu alasan Racha membencinya? Aku juga ingin sekali tahu alasannya. Hanya saja ketika Elis atau Revi menyebut nama Rifen, Racha langsung badmood seketika. Aku jadi tak berani untuk bertanya.

"Katanya sih pacarnya culun gitu. Ew, ketos seleranya aneh ya."

"Padahal banyak cewek-cewek yang suka sama dia. Tapi doi malah milih yang culun."

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang