📓36 - Tertuju Padanya

6.3K 686 81
                                    

Cowok tercipta bejibun. Tetapi jika hati sudah tertaut pada satu hati. Hanyalah menunggu agar dapat melunturkan rasa.

. . .

"Mending kita pergi aja yuk!"

Sienna menggenggam tanganku sedangkan aku hanya mengikutinya melewati Monic. Jujur saja badanku sudah panas dingin.

"Mau ke mana, pengecut?"

Langkah kami terhenti. Jantungku berdetak kencang. Genggaman tangan Sienna merenggang.

"Apa lu bilang?"

Sienna sudah menoleh ke belakang, sedangkan aku tak berani untuk melirik sedikitpun.

"Aku bilang PE-NGE-CUT!"

"BANGSAT!"

Sienna tidak lagi memegangku. Aku panik melihat Sienna sudah mencengkram baju Monic. Namun Monic terlihat tak gentar walau sendiri.

"Eh, aku nggak nyari masalah sama kamu ya. Jangan sok jadi jagoan!"

Orang-orang beserta petugas yang berada di kafe tersebut meleraikan Sienna dan Monic, begitupun aku. Aku terus memegang erat seperti memeluk Sienna.

"Dia yang nyerang saya dulu, Pak." Monic menunjuk tegas ke arah Sienna, membuatku menelan ludah kasar. Napas Sienna terdengar memburu.

"Maaf, kalau Mbak ada masalah, silakan diselesaikan di luar."

Petugas itu mengoceh hingga menyulut emosi Sienna. "Saya memang mau keluar!"

Kalau Sienna udah ngamuk, aku tidak bisa membantu mengamankannya. Dia terlalu ganas.

Sienna mendelik. "Pinter banget lu sandiwara. Awas lu kalau ketemu lagi!"

Sienna menunjuk ke arah Monic. Bukan Monic namanya kalau memperdulikan orang lain. Dia malah mengambil tangan Sienna dan meletakkannya perlahan.

"Santai aja, nggak usah pake otot," ucapnya sembari memberikan senyuman palsunya.

Queen of drama for the real!

Berulang kali juga aku membisik agar Sienna untuk tetap tenang. Aku hanya tidak mau dia mencari ribut dan membuat restoran ini berantakan. Apalagi kini kami sedang menjadi pusat perhatian. Perlahan kurasakan emosi Sienna sedikit berkurang.

"Iya, tadi aku kesulut emosi," bisiknya pelan.

Aku melega. Kulihat Monic mendecak dan menatapku sinis. Kemudian dia melangkahkan kaki ke arahku.

"Kalau aku lihat kamu deketin Daffa lagi, habis kamu ya."

Aku meliriknya dan dia terus menyorotku tajam. Sampai Sienna sedikit mendorong bahunya.

Setelah itu, dia pergi meninggalkan kafe terlebih dahulu.

"Apa lihat-lihat! Kalian kira kita tontonan."

Pandangan Sienna menyapu ke sekeliling. Kemudian dia menyambar tanganku dan membawaku keluar dari kafe. Tentunya setelah meletakkan beberapa lembar uang di atas meja.

. . .

"Duh, kesal banget!" serunya ketika kami sudah keluar kafe. Saat ini kami sudah berada di kafe lain.

Deru napas Sienna terdengar tak beraturan. Berulang kali aku mengelus punggungnya agar sahabatku itu tenang.

"Udah, nggak usah dipikirin."

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang