📓41 - Hujan di Kala Senja

6.3K 684 104
                                    

Kita itu ibarat hujan di kala senja. Perbedaan yang ada membuat kita saling melengkapi satu sama lain. Layaknya hujan di kala senja yang memberi dua rasa yang berbeda dalam satu waktu.

—Penikmat hujan & Penikmat senja.

. . .

"Pasti belum mandi, kan?"

Aku kaget sekaligus melirik ke arahnya. Dia seperti cenayang saja.

"Abis tadi cepet-cepet nemuin kamu," sahutku cemberut.

"Keburu kangen ya?"

"Ih, nggak!"

Arlan mengacak-acak rambutku, membuatku sibuk membenarkan rambutku yang berserak dibuatnya. Kemudian Arlan mengambil posisi duduk kembali. Aku mengikuti gerakannya.

"Ke rumahku yuk, sekalian mandi. Jorok banget sih jadi cewek."

"Ya udah, nggak usah deket-deket."

Tanpa aba-aba, Arlan langsung memegang pergelangan tangan kananku. Aku tak tahu ke mana Arlan membawaku.

Kami sampai di samping sebuah Honda HRV. Arlan membukakan pintu mobil lalu aku masuk ke dalamnya. Beberapa menit menempuh perjalanan, aku sampai di rumah Arlan.

Ketika mulai memasuki rumahnya, pandanganku terpaku pada bunga-bunga iris yang tumbuh indah di taman bunganya. Aku jadi teringat sewaktu Arlan mengatakan suka kepadaku di sana.

Di tempat yang kusukai juga, taman. Ditambah lagi dikelilingi bunga iris.

"Ngapain bengong di situ? Ayo!"

Aku terkesiap. Buru-buru aku berjalan menghampirinya. Lagi-lagi aku kembali mengingat masa lalu.

Sudahlah, Zelin. Tidak usah mengharapkan apapun lagi dari hubungan ini. Lagipula aku yang memutuskannya, pasti dia sudah merasa sakit hati.

"Aku cuma punya baju kaos, tapi kayaknya kegedean di kamu. Nggak papa ya?"

"Nggak papa."

"Ya udah, mandi sana. Aku tunggu di luar."

Saat ini aku berada di kamarnya. Kulihat di sekeliling kamar yang dominan merah itu. Ternyata dia pecinta tim pesepakbola, Arsenal.

Setelah lama menyapu pandangan, segera aku berjalan menuju kamar mandi yang berada di kamar itu juga. Aku tidak mau Arlan terlalu lama menunggu.

Setelah mandi dan bersiap-siap, aku keluar dari kamar, mencari Arlan. Aku mendapati dirinya sedang duduk di sofa ruang tamu. Segera aku menghampirinya.

"Loh, kamu udah mandi?" Aku melihat Arlan yang sudah rapi dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Aku mau ke makam ibuku. Kamu mau ikut?"

Mataku membulat. "Dengan baju kayak gini?"

"Itu ada jaket sama selendang. Pake aja."

Aku memandang ke arah yang ditunjuk Arlan. Kemudian aku mengambilnya.

"Ayo!"

Di dalam mobil, aku mengenakan jaket dan selendang yang diberikan Arlan. Tunggu, kenapa di rumah Arlan ada selendang?

Aku melirik ke arahnya. Dia tampak fokus menyetir mobil. Aku jadi segan mau bertanya.

Keheningan menyelimuti. Sepertinya Arlan tidak berniat mengajakku bicara. Jadilah kami saling bungkam sampai ke tempat tujuan.

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang