❝Rindu ini menggerogoti hati. Kuingin hatiku mati, agar aku tak kenal merindu lagi.❞
. . .
Sepanjang minggu, aku kembali menonton film favoritku sepanjang masa, Harry Potter dari bagian pertama hingga ketujuh. Walaupun banyak yang menyukai tokoh utama, entah kenapa aku lebih menyukai tokoh antagonisnya, Draco Malfoy.
Ya, aku adalah seorang dramione shipper. Dulu sewaktu aku di Bandung, aku sering sekali menulis cerita fanfiction mereka. Tapi itu dulu, bahkan kalau membaca ulang cerita itu membuatku jijik. Ceritanya acakadul dan menurutku tidak pantas untuk dibaca.
Namun aku tidak menyesal. Karena dengan menulis, aku bisa membayangkan duniaku sendiri. Menurutku, menulis itu ... membebaskan.
"Nonton apaan?"
"Harry Potter." Aku menoleh lalu kembali menonton.
"Wih nggak ngajak-ngajak!"
Kak Zara menghempaskan bokongnya di sebelahku. Aku dan kakakku memang punya persamaan yaitu fanatik dengan Harry Potter. Sebelum virus drama korea mulai merasuk dalam hidupku.
Entah kenapa sekarang aku sedang malas menonton drakor, mungkin karena drakor kebanyakan bikin mewek.
"Oh iya Pao lupa nanya, kakak udah selesai skripsi?" tanyaku penasaran. Lagipula kehadiran Kak Zara di sini benar-benar aneh. Bukannya dia sibuk dengan kuliahnya?
"Awal tahun nanti keputusan sidang akhirnya, makanya mau liburan dulu."
"Bisa ya liburan dulu?"
"Bisalah," sahutnya sengak. "ya sambil belajar juga."
Aku ber-oh ria lalu kembali fokus menonton.
"Kamu baik-baik aja kan, Pao?"
Keningku bertautan menatap Kak Zara.
"Aku?" Kutunjuk diriku sendiri yang dibalas dengan anggukan. "Iya, Pao nggak papa."
Kak Zara terdiam sebelum melemparkan pertanyaan lagi padaku. "Tangan kamu gimana?"
Aku menatapnya lalu menunduk, mengangkat tangan kananku yang sudah terbalut oleh kain kasa. Kemudian kepalaku mendongak, menatap Kak Zara. Dia terlihat mengkhawatirkanku.
"Nggak papa kok. Pao udah biasa kayak gini," ucapku menenangkan.
Aku tersenyum kecut. Hanya Kak Zara yang tahu bahwa aku hobi cutting. Itupun karena aku kepergok dengannya ketika keluar usai seharian mengurung diri dalam kamar.
"Pao, kakak mohon jangan sakitin diri kamu lagi," ujarnya sambil memegang lenganku erat.
Aku membisu, memandang matanya yang terlihat takut.
"Iya," jawabku lesu. Sebenarnya aku tidak ingin berbuat seperti dulu. Lagipula kemarin itu aku hanya membuat benteng pertahanan agar tidak pingsan atau apapun.
"Ayo nonton lagi," tandasku mencairkan suasana.
Kami menghabiskan bagian kelima Harry Potter dengan seksama. Sampai Kak Zara kembali berbicara.
"Oh iya, nanti sore temenin kakak yuk!"
"Nanti sore?" Aku melihat jam yang ada di bawah taskbar laptop. "bentar lagi dong."
"Iya, mau ya?" Kak Zara mulai menjahili dengan menggelitikiku. Dia tahu aku pasti akan menolak permintaannya. Aku mulai sebal.
"Ah, kakak ganggu aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of an Introvert (REPOST)✔
Novela JuvenilFollow @ranikastory on Instagram. Diary Series [1]: Ini aku dan kisahku yang selalu dianggap berbeda hanya karena diriku seorang introvert yang hidup dalam dunia ekstrovert. Aku membenci diri dan hidupku hingga satu per satu kejadian menyadarkanku a...