❝Kamu, adalah rinduku yang meredup. Sebentar lagi akan menghilang. Bagai cahaya keindahan senja.❞
. . .
Rabu adalah hari favoritku. Maksudku, biasanya hari ini aku tidak terlalu banyak mendapat masalah. Pelajaran yang dipelajari juga pelajaran favoritku, Biologi.
Materi sistem sirkulasi kupahami dengan seksama. Walaupun beberapa gangguan semisal makhluk belakangku mengangguku, kubuat cuek saja hingga proses pembelajaran selesai.
Baru saja Bu Varia keluar kelas, Dino mulai mengoceh lagi.
"Android gue rusak lagi. Padahal baru beli dua bulan yang lalu. Sial!"
"Kena tipuuuuu barang palsuuuuu~"
Elis mulai bertingkah lagi. Sepertinya sejak Dino putus dari Windi, mereka seringkali saling menyulut emosi satu sama lain. Aku melirik ke belakang dan melihat Dino tertawa sendiri. Aku malah jadi tersenyum. Walaupun mereka terlihat sering berantem aslinya mereka sama-sama senang karena bisa saling berinteraksi lagi. Hatiku mengatakan begitu.
"Zelin!"
Aku tercenung ketika cewek itu memanggilku. "Racha?"
Racha mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Gue mau kasih tahu sesuatu."
"Apa?"
"Nggak di sini."
Racha langsung berjalan keluar kelas. Aku mengikutinya menuju halaman depan kelas.
"Gue bakalan pindah." Tanpa berbasa-basi Racha langsung to the point.
"Kamu mau ke mana?"
"Skotlandia."
"Kamu mau pindah ke Skotlandia?" tanyaku meyakinkan pendengaranku lagi. Kenapa mendadak Racha mau pindah?
"Iya, grandma minta gue tinggal di sana. Aku baru bilang ini ke elo. Revi sama Elis belum tahu."
Pandangan Racha lurus ke depan. Aku mengikuti arah pandangnya. Beberapa orang yang saling bahagia menjalin pertemanan. Aku ingat pernah iri karena tidak bisa seperti itu. Tetapi sekarang, aku punya Racha, Elis dan Revi.
"Dari dulu, gue merasa nggak punya temen. Ke mana-mana sendirian. Mereka nggak suka temenan sama kutu buku. Gue udah tau risiko ketika lebih mementingkan akademik daripada yang lain. Gue sadar bahwa gue jadi nggak punya banyak waktu sama mereka."
Aku memandang Racha dalam, seolah ingin mendalami dirinya. Racha menatapku balik seraya tersenyum pahit.
"Gue seneng banget waktu Elis sama Revi datang membela saat orang-orang mem-bully gue. Sejak saat itu kami jadi deket."
Aku terdiam, sedikit kaget mendengar fakta tersebut.
"Sampai lo datang, gue ngerasa mereka lebih merhatiin elo."
Lidahku kelu. Aku sudah merasa bahwa Racha menghindar. Ternyata feeling-ku benar.
"Gue kesel ketika mereka nggak nyamperin gue di perpus. Biasanya walau males ke perpus, mereka bakal nyusul dan nanya kabar gue."
Ternyata itu alasannya. Aku mengerti.
"Gue orangnya blak-blakan. Gue nggak bisa baik terus. Jadi maafin gue kalau pernyataan gue ini menyinggung hati lo."
Aku mengambil tangan Racha lalu mengenggamnya. "Cha, manusia nggak selamanya baik. Dia punya emosi dalam dirinya. Dia bisa marah jika merasa terusik, kecewa dan sedih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of an Introvert (REPOST)✔
Ficção AdolescenteFollow @ranikastory on Instagram. Diary Series [1]: Ini aku dan kisahku yang selalu dianggap berbeda hanya karena diriku seorang introvert yang hidup dalam dunia ekstrovert. Aku membenci diri dan hidupku hingga satu per satu kejadian menyadarkanku a...