❝Dunia terasa indah ketika mengetahui fakta bahwa rasaku ternyata berbalas.❞
. . .
Seberkas cahaya mentari menelisik melalui jendela kamarku. Kulihat jam di ponsel telah menunjukkan pukul 07:00 WIB. Lagi-lagi salat subuhku tergadaikan.
"Zel, gue lupa bawa handuk. Boleh pinjem handuk nggak?"
"Itu di belakang pintu, pakai aja."
Aku agak kesal sebenarnya karena Racha tidak membangunkanku. Padahal aku sudah menyetel alarm berturut-turut dari jam 05:00 WIB, 05:05 WIB, 05:10 WIB, 05:15 WIB hingga 05:20 WIB.
"Kenapa nggak bangunin aku?"
"Lo tidur nyenyak banget sih. Gue nggak tega banguninnya."
Bibirku merengut. "Bangunin aja lagi. Aku tidur emang kayak kebo. Susah dibangunin."
"Pantesan lo nggak bangun-bangun, padahal alarm ponsel lo udah berisik banget sampai gue nggak bisa tidur lagi."
Terdengar nada kesal di setiap ucapan Racha. Aku terkekeh mendengar perkataannya.
"Bener-bener tidur mati ya lo?" Racha menggeleng sambil memperhatikanku. "Gue mandi dulu ya."
Aku memberikan kedua jempol kepada Racha. Selang tak lama Racha pergi, pintu kamarku diketok dari luar.
"Zel? Makan yuk. Ajak teman kamu juga."
"Iya, Bang. Duluan aja ke bawah," pekikku dari kamar.
"Oke," sahutnya lalu suara langkahnya semakin terdengar samar.
Aku berkernyit heran. Apa tadi dia tidak melihat Racha? Ah, bodo amatlah. Aku kembali melanjutkan membaca novel sembari menunggu Racha selesai mandi.
"Cha makan yuk!" ajakku ketika dia masuk ke dalam kamar dengan handuk yang melilit di atas kepalanya.
"Lo nggak mandi dulu?"
"Gosok gigi aja dulu, nanti baru mandi. Aku nggak enak kalau nggak makan bareng."
"Gue juga nggak enak numpang makan di sini. Mending kita makan di luar aja, gue traktir deh."
"Duh, gimana ya? Kita turun aja dulu yuk."
"Ya udah deh, bentar."
Racha menyisiri rambutnya lalu pergi keluar kamar disusul olehku. Saat berada di ruang makan, Om Willy yang baru datang, menatap heran ke arah Racha.
"Racha?" panggilnya.
Racha tampak pangling ketika Om Willy memanggil lalu menatapnya bingung. Refleks Racha berdiri. "Loh, ini rumah bapak?" tanyanya dengan wajah terkejut.
Om Willy tersenyum tipis. "Iya. Jadi kamu teman Pao yang nginap di sini?"
"Iya, Pak." Racha menunduk kemudian duduk kembali. Racha menatapku beringas, membuatku merinding.
"Ayo ayo makan bareng. Jangan malu-malu."
Racha merespon dengan senyuman segaris. Setelah Racha duduk, aku meminta izin ke toilet terlebih dahulu. Setelah itu, barulah bergabung bersama mereka.
"Kenapa nggak bilang sih kalau lo keponakan kepsek?" Racha berbisik saat aku baru saja duduk di sebelahnya.
"Lupa," bisikku. Lagipula memang tidak ada niatku untuk memberitahu.
Setelah selesai makan, aku dan Racha membereskan piring-piring. Setelah itu, aku menyuruh Racha untuk ke kamar terlebih dulu. Namun dia terlihat kesal saat aku terus-terusan menyuruhnya ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of an Introvert (REPOST)✔
Novela JuvenilFollow @ranikastory on Instagram. Diary Series [1]: Ini aku dan kisahku yang selalu dianggap berbeda hanya karena diriku seorang introvert yang hidup dalam dunia ekstrovert. Aku membenci diri dan hidupku hingga satu per satu kejadian menyadarkanku a...