❝Dibalik takdir buruk pasti akan datang takdir baik. Asal yakin bahwa setiap keburukan pasti ada kebaikan. Karena hidup ini tidak akan luput dari ujian-ujian yang harus kita hadapi.❞
. . .
Usai pulang sekolah, Arlan sengaja nangkring di depan toko sambil mengunyah permen karet. Dia memang malas untuk pulang ke tempat yang disebut rumah.
Berkelahi dengan adik tirinya yang selalu memancing emosinya sudah cukup membuat dirinya muak. Apalagi harus melihat sang papa yang selalu membela tuyul itu ketimbang anaknya sendiri.
Rumah yang dulunya seperti surga kini menjadi neraka baginya
Arlan terus mengunyah permen karetnya sampai suara ribut membuatnya terusik. Dia mencari asal sumber suara. Sebuah pemandangan anak perempuan yang sedang diganggu beberapa anak-anak cowok.
Matanya memicing, melihat sosok yang tidak asing di matanya. Ketika dia mencoba untuk memfokuskan objek, matanya langsung membulat.
Zelin?
Dalam sekejap Arlan sudah beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju perempuan itu.
Anak-anak cowok itu melempari seorang anak perempuan dengan sepatu. Namun dengan sigap Arlan menangkapnya.
"Ngapain kalian ganggu cewek, woi!"
Arlan menolak satu per satu anak cowok yang menganggu Zelin.
"Siapa lo?"
Salah satu anak bergerak maju, menantang Arlan yang tiba-tiba saja ikut campur.
"Lo nggak perlu tahu siapa gue."
Temannya yang lain mendorong bahu Arlan sampai kakinya refleks mundur selangkah.
"Songong banget lo!"
Mereka benar-benar membuat emosi Arlan membuncah. Kepala Arlan mulai ditekuk kanan-kiri. Dia mulai muak dengan semua ini. Dia muak dengan orang-orang yang kerjaannya selalu menganggu orang lain.
"Aish, gue lagi emosi karena kalian ngeganggu ketenangan gue. Sebelum gue hajar kalian satu-satu," Arlan berjalan menunjuk mereka satu per satu dengan tatapan tajamnya, "LEBIH BAIK KALIAN MINGGAT DAN JANGAN GANGGU DIA LAGI!"
Mereka kaget dan langsung berlari terpontang-panting karena Arlan siap siaga ingin memberikan mereka sebuah bogeman. Arlan tersenyum sinis, bangga akan dirinya.
Kebanyakan orang memang terlihat sok berani. Namun ketika dibentak nyalinya langsung menciut.
"Lo nggak papa?"
Arlan baru tersadar bahwa di belakangnya ada anak cewek itu.
Dia menunduk sambil menggelengkan kepalanya. Arlan ingin melihat wajahnya, tetapi malah tertutupi oleh rambut panjangnya yang tebal.
"Mereka kenapa gangguin lo?"
Bukannya dijawab, anak itu malah pergi, berlari terseol-seol. Arlan tidak mengejar, hanya memperhatikan dari kejauhan dengan tatapan tak terdefinisikan.
Apa itu benar-benar Zelin? Kenapa dia jadi penakut seperti itu?
. . .
Keesokan harinya, Arlan menunggu di toko tempat yang dia tangkring semalam. Dia ingin memastikan apakah cewek yang ditolongnya semalam itu Zelin atau bukan.
Entah dari mana anak itu, Arlan baru terfokus dengan sesuatu yang sedang dibawanya.
Gorengan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of an Introvert (REPOST)✔
Fiksi RemajaFollow @ranikastory on Instagram. Diary Series [1]: Ini aku dan kisahku yang selalu dianggap berbeda hanya karena diriku seorang introvert yang hidup dalam dunia ekstrovert. Aku membenci diri dan hidupku hingga satu per satu kejadian menyadarkanku a...