01. 🌓Jakarta Oh Jakarta

3.1K 123 3
                                    

Siapa suruh datang Jakarta..siapa suruh datang Jakarta...bla..bla.. bla...

Aku mendengus mendengar sayup suara grup jadul koesplus dari warung gerobak pinggir jalan. Hah! Nyindir banget sih tu lagu! Tapi suwer deh, kalau sudah datang ke Ibu kota Indonesia Raya ini, jangan pernah mengeluh, apalagi menyesal. Tidak akan ada yang peduli! Yah! Siapa suruh datang ke Jakarte? Bahkan pemerintah provinsi yang padat dan pengap ini merazia bus-bus yang dipenuhi pemudik yang balik ke Jakarta setelah lebaran sambil bawa penduduk baru yang semakin mempurukkan Jakarta di bawah garis permukaan laut. Mereka beralasan di Jakarta lapangan pekerjaan luas. Emang mereka pikir lapangan bola? Mentang-mentang di Jakarta ada stadion sepak bola, stadion Bung Karno, gak berarti lapangan kerjaannya seluas lapangan bola itu juga keleeeusss. Tapi sungguh, niatku ke Jakarta bukan mencari kerja, tapi kuliah...awalnya...

Hai..perkenalkan aku yang sedang duduk nelangsa di depan alfa mart ini, namaku Rosalinda. Hehe...pasti yang dulu kecilnya suka nonton telenovela pernah dengar nama ini. Yap. Mamaku yang asli orang Medan menamaiku dengan artis telenovela Amerika latin itu. Katanya Rosalinda itu cantik, dan hatinya baik. "Mama ingin kau bernasib sama sepertinya, gadis biasa-biasa saja tapi mendapatkan pasangan hidup yang luar biasa kaya, ganteng, dan sayang sama kau.." kata mama waktu itu ketika ku tanya kenapa namaku Rosalinda.

"Mama..Mama, ketinggian ngayalnya!" Aku berdecak mengingat alasan mama menamaiku Rosalinda. Bagiku itu adalah dongeng pengantar tidur. Seorang gadis biasa mendapatkan jodoh yang kaya, ganteng, penyayang sama istri mendekati posesif..persis seperti cerita novel yang sering dibaca Nia teman se kost ku yang tidur sampai larut gara-gara baca wattpad. Mana mungkin gadis daerah- yang diluar pulau Jawa biasa di panggil anak daerah sama orang Jakarta- sepertiku mampu mendapatkan derajat kehidupan seperti yang diimpikan mama tersayangku. Ma..Ma...lihatlah anakmu ini...sudah dua tahun hidup ngekost di Jakarta, kuliah di salah satu kampus ternama, hidup prihatin dengan uang bulanan seadanya dari hasil mama berjualan sayur dari sebelum subuh di pasar tradisionla di Pekanbaru sana. Berjuang sendiri tanpa suami (Papa ku) yang memboyong mama ke Pekanbaru setelah mama menjadi Muallaf. Setelah aku lahir dan berumur dua tahun, Papaku berpulang. Otomatis mama membesarkanku seorang diri. Keluarga di Medan sudah memutuskan hubungan kekeluargaan dengan mama karena sudah keluar dari agama mereka secara turun temurun, dan mama tidak goyah oleh beban hidup untuk kembali ke keluarganya dan melepaskan keyakinan barunya, agama suaminya yang sudah meninggal. Mama selalu ingat pesan terakhir Papa agar mendidikku menjadi muslimah yang ta'at.

Ku teguk ludahku mencoba mengurangi rasa haus dan tercekat di tenggorokanku. Uang di dompet hanya tersisa selembar berwarna biru. Selembar uang yang bertahan setelah sebulan hidup prihatin. Mama hanya mengirimiku uang dua ratus ribu untuk semua keperluanku di Jakarta, dari sewa kost sampai makan harian. Cukup?? Ya jelas enggak! Tapi aku bisa apa? Protes sama mama? Big No! Tak pernah terlintas di pikiranku untuk memaki mama karena teganya membiarkanku hidup di Jakarta dengan bekal uang dua ratus ribu sebulan. Aku melakukan berbagai cara agar bisa bertahan. Makan sekali sehari dengan lauk ikan asin yang hanya ku gigit secuil untuk setiap suap nasi yang ku makan. Kadang seekor ikan asin ku cukupkan untuk dua hari. Asal ada beras saja! Lauknya terserah apa saja. Sewa kost menghabiskan bajet terbanyak, tujuh puluh ribu sebulan, berbagi kamar super sempit dengan Nia teman sekampusku. Ke Kampus? Aku olah raga setiap hari-menyamarkan istilah gak punya uang bayar angkot-. Aku sudah berusaha mencari kerja, tapi sangat susah mengingat jadwal kuliahku yang padat dan sarat tugas. Aku mau sih kerja apa saja asal halal, tapi belum ada yang cocok dengan jadwal kuliahku.

Saat ini libur panjang tahun ajaran baru. Waktu libur tiga bulan akan ku manfaatkan untuk mencari kerja. Dan itu sudah kulakukan seminggu. Hasilnya? Nihil. Tak ada lapangan pekerjaan seperti yang ku harapkan.

"Kamu kerja di klub malam aja Say..kaya aku..lumayan bulanannya." Nia mencoba memberikan solusi atas masalahku.

"Nia..bisa di goreng aku sama Mama aku kerja di sana.." melasku.

"Mamamu jangan sampai tahu...yang penting kita bisa jaga diri."

Aku menghembuskan nafas perlahan. Apakah kuterima saja tawaran Nia? Tapi rasanya aku tak tega membiarkan tubuhku memasuki tempat seperti itu. Aku ingat pengorbanan mamaku mewujudkan wasiat Papa. Papa ingin aku jadi muslimah yang ta'at, bukan pelaku maksiat.

"Maaf Nia, aku belum bisa menerima tawaranmu.." kataku lemah. Nia mengangguk mengerti.

...........................

Sorry, typo dimana-mana guys...moga terhibur ya baca ceritaku ini. Vote and komennya ditunggu. Senang deh kalau ada yang baca dan enjoy dengan story ini.

After The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang