Lebih kurang setahun yang lalu aku menghadiri pernikahan mewah yang dihadiri banyak tamu. Pakaian pengantinnya dirancang oleh desainer ternama, diadakan di ballroom hotel mewah. Itu adalah pernikahan mama dan papa baruku. Hari ini kejadian yang hampir sama terjadi. Akulah yang menjadi pemeran utamanya kali ini. Disampingku Baskoro Jayadiningrat sedang tersenyum sumringah menikmati kebahagiaannya, menjadi pengantin pria pilihanku. hehe.
"Rosa sayang, Papa ngundang berapa ribu tamu sih? Aku sudah gak sabar," bisik Ibas di telingaku. Ya kali dibibirku, gak denger dong- abaikan.
"Kalo gak salah tiga ribu, Mas Ibas." jawabku santai. Matanya melotot.
"Astaga." dia menepuk dahi, aku menahan tawa ketika rombongan panjang tamu kembali menaiki panggung pengantin untuk bersalaman. Di samping kami berdua ada papa dan mama serta tante Diana alias mama Ibas dan sekarang menjadi mamaku juga tersenyum tak kenal lelah menyambut salam dan ucapan selamat para tamu yang kebanyakan rekan bisnis mereka. Teman-teman dan karyawan Ibas juga banyak yang diundang. Berapa banyak aku tak ingat. Sedang temanku sendiri boleh dihitung dengan jari-jariku dan ditambah beberapa jari-jari lainnya. Aku memang tak punya banyak teman.
"Mas, teman-teman akrabmu pada datang tuh," bisikku di telinga Ibas kala kulihat rombongan Zaki, Gege, Rara, Dilla dan satu lagi yang aku lupa namanya turut antri menaiki panggung. Ibas tersenyum bahagia.
"Tapi,Mas Mba Dilla kayanya belum ikhlas , mukanya masih ditekuk,"
"Jangan mikir macam-macam,Ros. Aku dan Dilla tak ada kisah istimewa." nada suara Ibas terlihat tak senang. Ternyata dia belum bisa melupakan perbuatan Dilla padaku dulu.
"Selamat,Bro, akhirnya hepi ending," Gege merangkul Ibas.
"Thank,Bro. Makasi do'anya. Do'ain cepat punya momongan ya," kata Ibas. Zaki dan Gege yang memang sedang berangkulan akrab tertawa terbahak. Aku manyun sekejap. Masih subuh oiii, udah ngomongin anak.
"Selamat Rosa, semoga bahagia selalu ya," do'a Rara. Aku tersenyum dan mengucap terimakasih. Ketika tiba giliran Dilla dia menjabat tanganku erat. Matanya memandangku dengan sorot tak menyenangkan.
"Kali ini kau menang,Ros. Nikmati bahagiamu sekarang ya," ujarnya judes seperti biasa. Aku membalasnya dengan tersenyum manis.
"Makasi do'anya Mba Dilla, cepat nyusul ya." Dia hanya merengut samar dan beranjak ke Ibas. Ibas nampak biasa saja. Menyambut uluran tangan Dilla sambil tubuhnya dirapatkan ke tubuhku.
"Cepat nyusul juga ya,Dilla. Zaki masih menunggu," mata Ibas mengedip ke Zaki. Yang dikedipin mengangkat bahu. Aku tak tahu apa maknanya. Setelah rombongan teman akrab Ibas turun aku bernapas pelan. Walau hatiku pernah disakiti Dilla tapi aku tetap berharap dia menemukan kebahagiaannya bersama laki-laki yang mencintainya.
Menjelang jam sebelas malam acara baru benar-benar usai. Aku dan Ibas dipersilahkan menuju kamar hotel yang sudah disewa. Sementara para Mama dan Papa pulang ke rumah.
Kamar hotel mewah bertabur kelopak mawar merah khas kamar pengantin menyambut langkah kaki ketika pintu di buka. Wow, romantis sekali. Ibas memegang tanganku di depan pintu setelah pintu itu tertutup. Lalu tanpa peringatan tubuhku berpindah ke gendongan tangan Ibas yang tanpa kesulitan membawaku ke tempat tidur. Dia tak peduli pekikan kaget yang keluar dari mulutku.
"Mas Ibas, iihh, Rosa kan kaget,"gerutuku sambil melingkarkan tangan ke lehernya. Ibas tersenyum manis.
"Gak sabar pingin bawa kamu ke tempat tidur," katanya mesum. Aku merona.
"Harus malam ini ya,Mas?" tanyaku polos. Ibas meletakkan tubuhku dengan lembut di pinggir ranjang ukuran king ini. Dadaku berdebar. Aku memposisikan diriku duduk menghadap Ibas yang juga duduk di sampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Dark
RomanceRosalinda mencintai Ibas yang buta penglihatannya . Tak pernah diungkapkan, hanya dibuktikan dengan melayani Ibas sepenuh hati dan segenap tabah. Ibas mencintai Rosa dalam kegelapan penglihatan yang melingkupinya. Dia percaya Rosa adalah cintanya wa...