Aku menunduk lesu. Baru saja Ibas membatalkan rencana pertemuan kami siang ini.
"Bos besar mendadak ngadain pertemuan ,Ros." Itu alasannya di telpon tadi. Bos besar? Berarti papaku kan? Aku berusaha memaklumi kesibukan papa dan para pimpinan anak cabang perusahaannya, termasuk Ibas.
Hape di atas meja berbunyi. Nama mama tertera disitu. Aku segera meraihnya.
"Ya,Ma? Makan siang bareng? Oh, oke, Ros meluncur kesana," kututup telpon dari mama. Batal janjian dengan Ibas aku malah makan siang dengan mama. Senang sih, karena sudah lama aku tak makan berdua saja dengan mama. Makan dengan melupakan segala table manner ala-ala orang kaya yang harus kami ikuti karena nyatanya aku dan mama masuk ke lingkaran orang-orang kaya itu. Kalau makan berdua kami akan makan ala orang kampung. Kadang makan di warung tenda pinggir jalan sambil ngobrol dan ketawa terbahak-bahak. Tak peduli kami jadi pusat perhatian. Dua wanita bertampilan sosialita ibu kota makan-makan ria di warung tenda. Tapi kali ini mama mengajakku makan di restoran mahal. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan.
Kuhampiri resepsionis restoran mewah ini. Aku menanyakan keberadaan tamu atas nama Ibu Hasnah, mereka langsung membawaku naik ke lantai dua, ruangan VIP yang cukup luas. Apa mama makan siang dengan banyak orang? Dugaanku ternyata benar. Di ruangan ini sudah dipenuhi oleh beberapa orang. Kulihat papa disana. Papa tersenyum padaku dan menyuruhku duduk di bangku kosong di sisi kirinya.
Tunggu! Kalau disini ada papa berarti ada Ibas juga kan? Kuedarkan pandangku ke beberapa pria berjaz rapi yang memandangku penuh rasa ingin tahu. Binar mata mereka menunjukkkan hal itu. Aku mengulum senyum agar terlihat sopan sembari mataku diam-diam dan tak kentara memindai keberadaan Ibas diantara mereka, dan yap! Aku melihatnya duduk berjarak tiga kursi di sisi kiriku.
Meja makan di ruang vip ini berbentuk memanjang hingga mampu menampung sepuluh orang di setiap sisi panjangnya. Sementara di sisi lainnya bisa memuat tiga kursi. Diposisi inilah aku dan orang tuaku duduk. Papa di tengah, mama di sisi kanan dan aku di sisi kirinya.
"Bapak-Bapak, sebelum makan siang kita mulai saya ingin memperkenalkan gadis cantik yang baru datang ini." suara papa menghentikan aksi lirik-lirik penasaran tamu-tamu pria papaku. Aku menahan malu dan semburat merah di pipi ketika papa membahasakanku gadis cantik. Jelas saja para lelaki yang rata-rata seumuran dengan Ibas menaruh lebih banyak atensi padaku.
"Ini Rosalinda, putri saya dari pernikahan kedua, maksudnya putri cantik ini adalah anak Nyonya Hasnah yang cantik ini. Ketika saya menikahinya otomatis anaknya menjadi anak saya juga." senyum papa menular ke bibir para penghuni ruangan, bahkan pelayan yang setia menunggu untuk melayani di pinggir ruang juga ikut tersenyum walau samar.
"Ayo, Ros disapa Bapak-bapak gagah dan luar biasa ini," perintah papa. Aku berdiri dengan canggung, terutama karena Ibas ada di ruangan ini dan sedang manatapku dengan pandangan yang membingungkanku. Entahlah, akupun tak mau menyimpulkan mengingat aku tak bisa melihatnya dengan kentara dan leluasa.
"Hai, perkenalkan namaku Rosalinda, bisa dipanggil Ros." Kataku ramah. Seseorang yang tidak ku kenali namun kuakui cukup gagah mengacungkan tangan. Atensi semua orang beralih padanya.
"Ya,Pak Indra? ada yang ingin ditanyakan?" papa bertindak bak moderator. Si pria berjaz abu-abu gelap itu tersenyum. Matanya tertuju padaku dengan senyum yang kunilai sarat godaan.
"Statusnya available atau tidak,Ros?" Nah kan? Apa kubilang? Lelaki ini penggoda. Aku tak bisa menjawab karena malu. Beberapa orang dan ku yakin lebih separoh penghuni ruang ini terkekeh geli bahkan ada yang bersiul kecil. Kulirik papa yang juga ikut tersenyum, tak berusaha marah atau menegur anak buahnya yang lancang itu.
"Begini Pak Indra dan Bapak-bapak yang lain, salah satu tujuan makan siang kita hari ini adalah untuk memperkenalkan putriku yang masih available ini." suara papa menghentikan kekehan dan siulan kecil para pria gagah di depanku. Mendengar kata-kata papa yang seolah menjawab pertanyaan pria bernama Indra membuat mereka memberikan lebih dan lebih banyak lagi atensi padaku. Kulirik Ibas sekilas, dia satu-satunya yang tidak bereaksi berlebihan. Dia diam saja, menjadi pengamat aksi tamu-tamu pria lainnya.
"Ros, mereka yang Papa undang ini adalah pimpinan cabang beberapa perusahaan Papa, sebagiannya lagi menejer dan sekretaris perusahaan. Sebagai catatan penting untukmu mereka semua masih lajang alias belum beristri. Jadi silahkan kamu mengenal mereka dengan cara yang baik, begitu pula ketika mereka mau berkenalan, cobalah terbuka, siapa tahu salah satu dari mereka adalah jodohmu. Calon suamimu." Jelas papa. Aku menjatuhkan sendok yang tadi kupegang untuk meredakan kegugupan. Mama mengelus lengan atasku. Aku menoleh padanya.
"Gimana? Mereka keren-keren kan? Papa dan Mama tidak akan mempermasalahkan pilihanmu, tapi coba pertimbangkan mereka. Mereka pimpinan cabang terbaik dan manajer serta sekretaris terbaik yang sangat ahli dan berpengalaman mengurus perusahaan. Jadi Papa tidak repot-repot lagi menyuruhmu kuliah bisnis atau menjadikanmu direktur utama perusahaan."
"Jadi ini semacam ajang cari jodoh itu,Ma?" bisikku pada mama.
"Hus, gak gitu la, Papa dan Mama hanya memberi rekomendasi, pilihannya kau yang tentukan." Aku mengangguk mendengar perkataan mama. Setidaknya aku sedikit lega mengingat mereka tidak akan melakukan perang tanding untuk mendapatkanku, tapi cukup dengan kata hatiku saja. Jadi mau tak mau mereka harus pandai mengambil hatiku. Tapi satu yang tidak mereka tahu, hatiku itu sudah diambil oleh seseorang yang kini malah terlihat seolah tak peduli di kursinya, dan itu menggangguku.
Apdet-apdeeet, senang kan ada teman ngisi long weekend nya. Semoga suka, vote and comment di terima dengan hati riang. selamat membaca. Ohya, Maid anti mainstream dan cerita2 lainnya boleh cek n ricek di wall aku ya..anggap aja cemilan dan jus timun serut ketika kalian main di ruang tamuku. hepi riding semuaaa. salam semangaaat!
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Dark
RomanceRosalinda mencintai Ibas yang buta penglihatannya . Tak pernah diungkapkan, hanya dibuktikan dengan melayani Ibas sepenuh hati dan segenap tabah. Ibas mencintai Rosa dalam kegelapan penglihatan yang melingkupinya. Dia percaya Rosa adalah cintanya wa...