Author pov
Ibas membuka pintu pagar terburu sore itu. Tapi dia mendesah berat ketika tak menemukan istri cantiknya tak berada di rumah. Kesal dia kembali menelpon.
"Kamu dimana? " tanyanya tak sabar ketika panggilannya tersambung.
"Masih di jalan, macet, Mas. " Ibas menyugar rambutnya resah. Rosalinda yang mendengarkan lewat telpon mengernyit heran.
"Mas Ibas kenapa sih? Ada masalah? "
"Gak, kamu cepat aja pulangnya."
"Adek beliin apa gitu sebelum pulang? "
"Gak, gak, kamu langsung pulang, jangan mampir kemana-kemana."jawab Ibas cepat.
Risalinda mengangguk pasrah. Katanya tak ada masalah, tapi dari lagaknya seperti punya masalah berat.
"Udah dimana sih kamu? Kok gak nyampe-nyampe? " lagi-lagi Ibas bertanya tak sabar.
"Ini Pak Agung lagi usaha cari jalan tikus. Oh ya, adek boleh jemput si endut dulu ke penitipan? "
"Udah Mas jemput, udah diantar juga ke rumah Eyangnya."
"Kenapa ke rumah Eyang? Weekend kan waktunya quality time sama enduut."
"Ya, nanti kita jemput lagi. Kamu cepat nyampe. Mas tunggu. " Lalu telpon dimatikan. Gusar Ibas masuk kamar dan membuka bajunya yang membuatnya gerah. Menggantinya dengan baju kaos oblong dan celana bokser yg tertutup separohnya oleh baju. Ibas nampak gelisah. Minuman dingin yang baru diteguknya tak berhasil membuatnya tenang. lagi-lagi rambut hitam cepak itu disugarnya sambil menengadah. Lalu nafasnya berembus berat.
"Ck, lama banget sih." tangannya mengepal. Lalu pintu kamarnya terbuka. Rosalinda berdiri disana dengan nafas terengah tanda dia habis lari -lari.
"Maaas, kamu kenapa? " dia langsung menghampiri suami yang tersenyum manis menyambutnya. Ibas memeluk erat istrinya. Rosalinda pasrah walau banyak tanya bersarang di kepalanya. Lalu ketika Ibas mulai nakal mengendus lehernya Rosalinda mulai gerah.
"Maaass, Adek ganti baju dulu. " dia melepaskan diri. Ibas memandang seluruh tubuh istrinya. Lalu tangannya dengan trampil dan tergesa membantu membuka kancing2 kemeja Rosalinda. Sang istri pasrah walau wajahnya bersemu merah. Aiih biasanya dia buka baju sendiri. Sekarang giliran rok Rosalinda yang melorot ke mata kaki. Tinggallah istrinya yang makin montok itu hanya memakai bra dan celana dalam. Mata Ibas menggelap. Rosalinda memerah hampir meleleh menerima pelototan penuh hasrat suami. Astaga ini baru jam lima sore.
"Maassh, " desah menggoda keluar ketika Ibas kembali memeluknya. Dibalik punggung tangan Ibas trampil membuka kait bra. Dan benda bewarna coklat muda itu luruh ke lantai. Rosalinda pasrah dengan apa yang bakal terjadi.
"Kok tumben minta sore-sore, Mas? " tanyanya sambil meloloskan kaus Ibas dari kepala.
"Udah ku tahan dari siang. " desah Ibas ketika dengan sengaja lehernya diendus istri ketika kepalanya masih tertutup kaosnya. Rosalinda melempar kaos itu ke pojok.
"Ada apa? Perasaan baru 2 hari lalu dapat jatah." goda Rosalinda. Kali ini tangannya turun ke bawah. Ibas jadi belingsatan. Nafasnya makin berat.
"Ada perempuan telanjang di ruanganku. Maksudku hampir telanjang. Belahan bajunya dimana-mana sampai tak ada rasanya anggota rahasianya yang tertutup."
"Hah? Siapa? Klien? Apa sekretaris Mas? "
"Bukan, dia Dilla. Aku gak nyangka dia bakal nekat gitu. " Rosalinda ternganga.
"Lalu apa yang dia lakukan? "
"Menggodaku dengan cara yang paling menjijikkan."
"Seperti? "
"Telentang di meja kerja dengan pakaian terbuka. " Rosalinda menutupi rasa kagetnya dengan meremas rambut Ibas.
"Dan apa yang Mas lakukan? " pelan dan berdebar dia bertanya. Dia menyiapkan hati mendengar jawaban suami seperti yang dilakukan lelaki kebanyakan.
"Sayangnya aku tak seperti kucing lapar disuguhi daging. Aku punya kamu tempatku menyalurkan segala hasrat. Aku tak butuh onggok daging lain seseksi apapun itu. " Rosalinda mengerjap takjub.
"Dilla? Apa reaksinya? "
"Dia sakit, jadi kupanggil rumah sakit jiwa. Dia butuh dirukyah juga sepertinya.
"Dan mereka datang membawanya? "
"Ya, karena mereka tahu yang nelpon suami Rosalinda."
"Lalu? Kenapa menelponku seperti orang yang paling gak punya stok sabar sedunia?" Ibas mengangkat tubuh yang hanya tertutup celana dalam itu ke atas ranjang.
"Karena aku butuh tempat pulang. Meluahkan segala rasa dan hasrat pada tempat yang tepat. " Bibir mereka saling memagut hingga tak terdengar lagi suara-suara yang tersusun dari konsonan dan vocal. Yang terdengar hanya penggalan-penggalan hurup tak lengkap dan tak beraturan. Seperti hhhh, ssssshs, mftmft, Aaaaah. Seperti itu pemirsah. Yuk kita menyingkir dulu.Gimana pemirsah? Kita akhiri aja kisah ATD ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Dark
RomanceRosalinda mencintai Ibas yang buta penglihatannya . Tak pernah diungkapkan, hanya dibuktikan dengan melayani Ibas sepenuh hati dan segenap tabah. Ibas mencintai Rosa dalam kegelapan penglihatan yang melingkupinya. Dia percaya Rosa adalah cintanya wa...