09. 🌓Salahkan Rasa Ini

1.2K 92 3
                                    

Aku merasa dunia sangat berpihak padaku saat ini. Uang kuliah sudah kubayar, uang kos juga sudah, walaupun aku dua bulan ini tinggal di rumah Ibas. Apalagi ya? Oya, hape lamaku rusak. Ku lihat tadi sisa isi ATM ku masih cukup membeli sebuah hape yang sedikit lebih mahal dari hape lamaku. Tante Diana dan Om Pras mentransfer uang sangat banyak menurutku, emang berapa sih gaji pembantu? Eh, aku kan bukan sembarang pembantu. Hus! Aku menepis pikiran gak penting dari kepalaku. Aku yakin Tante Diana ingin menepati janjinya untuk membayar uang kuliah dan keperluanku selama aku merawat puteranya.

Hape merek Oppa sudah kukantongi, kumasukkan kartu sim lamaku yang sudah dua minggu tak berfungsi karena induk semangnya alias hape Nokira lamaku rusak. Aku rindu ingin mendengar suara Mama di Pekanbaru. Segera kuaktifkan paket bicara hemat dan menghubungi nomor mama. Dering pertama langsung diangkat. Mama terdengar sangat antusias mendengar suaraku.

"Kemana saja kau dua minggu ini, Ros? Khawatir mamamu ini."

"Maaf,Ma, hape Ros rusak, nih baru bisa beli gantinya. Mama apa kabar?" tanyaku penuh rindu.

"Mama biasa, yang penting kau, masih kerja di rumah orang kaya marga panjaitan itu, Kau?" Aku meringis mendengar logat batak mama yang tak pernah bisa dihilangkannya."

"Masih,Ma,"

"Rosa, bisa tidak Kau minta izin pulang, Mama rindu, lagian ada yang mau Mama bicarakan."

"Ros juga rindu, Ma. Mama mau bicara apa sih? Langsung aja kenapa? Ros kan penasaran." Lama mama baru menjawab tanyaku.

"Begini, Mama minta izin Ros, Mama ingin menikah lagi, bukan berarti Mama tak sayang Papa Kau lagi tapi Mama ingin merubah nasib kita."

"Apa? Mama mau menikah?" seruku kaget. Beberapa orang di konter hape memandangku aneh. Aku nyengir sambil meminta maaf lewat anggukan kepalaku lalu cepat-cepat menyingkir dari sana. Kini aku duduk di halte transjakarta menunggu Bus yang akan membawaku pulang ke rumah Ibas.

"Iya, Ros, tapi itu kalau Kau mengizinkan, kalau tidak biarlah kita hidup seperti ini saja."

"Ih, Mama, bukan begitu. Rosa gak keberatan kok Mama nikah, toh sudah belasan tahun Mama hidup sendiri, tapi Ros perlu tahu siapa calon Papa baru Ros itu."

"Benar Kau ngasih izin?" terdengar Mama sangat bahagia. Hatiku menghangat jadinya.

"Iya, Ma, sekarang ceritakan gimana caranya Mama ketemu calon Papa tiri Rosa itu."

"Dia kakak kelas Mama waktu di SMA, dulu dia suka sama Mama, tapi karena Mama takut dimarahi orang tua Mama menolaknya. Tamat SMA dia lanjut sekolah di luar negeri, gak tahu lagi Mama kabarnya setelah itu." Mama terdiam sejenak. Aku terbengong menyadari Mama akan menikah dengan orang yang dulu suka padanya tapi malah di tolak, kaya di novel aja. Aku senyum-senyum sendiri.

"Habis lebaran idul fitri kemaren Mama diajak reuni sama teman Mama yang tinggal di Pekanbaru. Karena Mama kesepian tak ada Kau di rumah Mama ikut teman mama itu. Naik mobil pribadi dia. Nah, disitu Mama ketemu calon Papamu." Hening sejenak, aku masih setia menyimak kisah asmara mama tersayangku.

"Lalu kami cerita-cerita kisah hidup masing-masing, dia kaget ketika mama cerita Mama pindah kepercayaan. Dia bilang kenapa gak sejak SMA aja Mama pindah agama biar dia bisa menjadikan Mama pacar dan sekaligus calon istrinya."

"Hah? Trus Mama jawab apa?" aku semakin tertarik.

"Ya Mama jawab aja, belum jodoh kali." Aku tertawa, ternyata Mama gaul juga.

"Lalu gimana ceritanya sampai dia mau nikah sama Mama?

"Waktu reuni itu istrinya baru meninggal. Teman mama ngasih tahu dia bahwa Mama janda, trus dijodoh-jodohin gitu, di bilang mungkin kami jodoh yang tertunda, mama sih ketawa saja tak anggap serius. Eh dua minggu yang lalu dia nelpon, ngajak mama nikah."

After The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang