PART 4. THEIR PROBLEM

110 5 0
                                    

Minggu pagi itu, sebuah mobil sedan mahal berwarna hitam masuk ke area parkir asrama. Seorang pria muda berjas hitam tampak melangkah keluar dari pintu kemudinya. Ia pun kemudian berlari cepat untuk membukakan pintu penumpang dikursi jok belakang. Pria yang berkisaran 40an lantas disambut penuh hormat oleh pengemudi muda itu. Namun, beberapa Mahasiswa Kampus Merpati yang melintasi mereka tampak tak begitu mempedulikannya, seakan sudah terbiasa dengan kehadiran pria itu disana.

Tepat dibawah teras asrama pria, terlihat Adhitya dan Varron yang nampak mengenakan pakaian santai mereka menghentikan langkah kakinya. "Papa..." Kaget Adhitya saat menyadari kedatangan Ayahnya itu. Ya... Pria berkelas itu nyatanya adalah Ayahnya Adhitya. Adhitya pun lantas melangkahkan dengan tenang kembali langkah kakinya untuk menghampiri Ayahnya bersamaan dengan Varron yang berjalan disisi kirinya.

"Apa kabar kamu Varron?" Tanya Ayah Adhitya ramah saat Adhitya dan Varron sudah sampai dihadapannya.

"Baik Om"

"Syukurlah. Adhitya, bagaimana prestasi kuliah mu?"

"Masih sama Pa" Jawab Adhitya seadanya dan berusaha bertindak sopan.

"Bagus... Bagus... Lihat, Papa pagi ini datang bersama siapa?" Ujar Ayah Adhitya berlalu menunjuk kearah pintu penumpang mobil mewahnya. Tampak seorang wanita kebarat-baratan melambaikan tangannya disana, tapi Adhitya malah mempertontonkan raut tidak sukanya.

"Gea, kemari nak" Panggil Ayah Adhitya. Ooo... Ternyata dialah gadis yang bernama Gea. Gea yang membawa senyuman menawannya pun tampak berlalu melangkahkan kakinya dengan anggun, seakan-akan berjalan diatas karpet merah saja, namun membuat Adhitya kian jijik melihatnya.

"Hai Adhitya, apa kabar? Mmm... Aku bawa oleh-oleh dari Amerika loh untuk kamu" Ujar Gea menyapa dengan nada manjanya seraya menggelayut seperti kera dilengan Adhitya.

"Makasih, lepasin tangan gue!" Ketus Adhitya sukses mengundang raut kemarahan diwajah Ayahnya. Varron yang menjadi saksi bisu peristiwa pagi itu hanya bisa diam, tak berniat untuk ikut campur dalam urusan keluarga orang lain.

"Kamu habis olahraga ya?" Tanya Gea lagi. Belum sempat menyentuh wajah Adhitya, tangan Gea tiba-tiba saja langsung ditepis cepat oleh tangan Adhitya, sampai-sampai membuat Gea menjerit kesakitan.

"Adhitya!!!!" Murka Ayah Adhitya, tak mampu membendung lagi kekesalannya. "Kamu ikut Papa" Ajak Ayah Adhitya kasar. Adhitya yang tidak berniat untuk melakukan perlawanan kepada Ayahnya pun hanya tampak mengikuti saja perintah Ayahnya itu.

Gea yang masih menampilkan raut sakitnya, terlihat kesal seraya melirik Varron yang saat itu meliriknya dingin. Varron hanya geleng-geleng heran melihat tingkah laku Gea, yang dianggapnya rendahan itu. Varron pun lantas berlalu melangkah pergi, tapi langkahnya seketika saja terhenti saat ia tanpa sengaja berpapasan dengan Anna dan Aurora yang saat itu baru saja pulang dari olahraga pagi mereka.

"Bukannya itu Adhitya? Sama siapa dia?" Kata Aurora saat melihat Adhitya dari kejauhan, yang sepertinya sedang cekcok mulut dengan Ayahnya.

"Dia Om Dathan, Ayahnya Kak Adhitya" Jawab Varron, lantas saja Aurora dan Anna menatap kaget Varron.

Pplllaakkk... Tapi suara tamparan tiba-tiba saja terdengar dari kejauhan. Karena terdengar begitu kerasnya, pasti wajah Adhitya benar-benar merasa kesakitan sekarang. Entah apa yang dilontarkan Adhitya sampai-sampai Ayahnya menampar anaknya sekasar itu? Adhitya pun tampak melangkahkan kakinya meninggalkan Ayahnya seraya memegangi pipinya yang mungkin sudah memerah. Sepintas ia melewati Varron, Aurora dan Anna, Adhitya hanya menyemburkan tatapan sendunya dan melanjutkan kembali langkah lirihnya itu.

"Kak Aurora" Panggil Anna saat hendak mengejar langkah Aurora yang mengejar langkah cepat Adhitya, tapi Varron berhasil menahannya.

Varron menggelengkan kepalanya, menegaskan agar Anna tidak perlu ikut campur. Anna pun hanya bisa menghela berat nafasnya, ia berlalu menatap dingin Gea dari kejauhan. Gea yang berlalu masuk ke dalam mobil, lantas pergi begitu saja bersama Ayahnya Adhitya, meninggalkan jejak-jejak yang penuh dengan tanda tanya diatas jalanan kasar asrama Kampus Merpati.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang