PART 15. BE BACK

55 5 0
                                    

"Yang pasti karena pertemuan hari ini, Ibumu berhasil membuatku merindukan Ibuku"

Kata-kata Anna tadi siang terus terngiang-ngiang ditelinga Varron. "Sebenarnya Mama mengatakan apa kepada Anna, sampai-sampai membuat Anna teringat akan mediang Ibunya?" Gerutuk Varron saat duduk sendirian di kursi minimarket, matanya dingin menatap kaleng minuman yang tepat berada dihadapannya.

"Ada apa lagi dengan sahabat terbaik gue ini? Lo berantem lagi sama nyokap lo?" Tanya Adhitya seraya memilih duduknya dihadapan Varron.

"Tadi siang, Mama bertemu dengan Anna di rumah sakit"

"SERIUS!!!" Seru Adhitya tak percaya. "Terus, mereka bicara tentang apa? Mama lo enggak marah-marahin Anna kan?" Tanya Adhitya lanjut, tampak antusias.

"Aku enggak tahu Kak, waktu aku tanya ke Annanya langsung dia enggak mau cerita. Anna cuma bilang, kalau pertemuan dia dengan Mama hari ini buat dia rindu sama Ibunya. Kira-kira apa ya yang Mama katakan ke Anna?" Pikir Varron keras lagi.

"Mmm... Mungkin nyokap lo nangis didepan bokap lo pas banget waktu Anna ada disana, atau enggak... Ah.... Mungkin Tante Luna restuin hubungan lo dengan Anna" Spekulasi Adhitya. Bukannya membuat Varron termenung, Adhitya malah membuat Varron tampak geram mendengar perkataan Kakak tingkatnya itu. Mata Varron pun lantas menyorotkan tatapan dinginnya ke Adhitya, membuat Adhitya lucunya menambahkan akhiran dispekulasinya itu, "Gue kan bilang mungkin, Ron"

"Mama tipikal orang yang enggak akan pernah menangis didepan orang asing Kak" Tutur Varron, Adhitya pun terdiam sendu mendengarnya.

"Tanya aja Ibu lo Ron, kalau memang lo penasaran banget"

"Hems... Kakak kan tahu sendiri, gimana hubungan aku dengan Mama?"

"Lo itu kan anaknya, Ron" Sergap Adhitya kritis membuat Varron terhenyu. "Udah ah, kita pulang ke asrama yok. Udah malam juga, entar tuh pintu gerbang ditutup sama Kakeknya Gilang lagi"

"Kakeknya Gilang?"

"Iya, rambut Pak Gino kan sama keribonya tuh kayak Gilang. Secara enggak langsung mereka saudaraan tahu" Ujar Adhitya sekenanya, Varron hanya geleng-geleng kepala mendengar banyolan gila Kakak tingkatnya itu.

Adhitya dan Varron pun lantas berlalu melangkahkan kakinya, menapakkan satu-persatu jalanan gelap malam. Lucunya Adhitya yang bercerita ke Varron tentang kejadian hujan kemarin bersama Aurora, ia terlihat antusias sedangkan Varron hanya bertahan dengan ekspresi batunya.

Persahabatan mereka terkadang terlihat aneh, Varron yang seakan acuh dengan Adhitya, tapi Adhitya seakan tak mempedulikannya. Dan pada kenyataannya, persahabatan seperti merekalah yang terlihat begitu sangat akrab dan harmonis.

**********

Pagi menjelang, burung bersenandung meramaikan dunia. Wajah segar dan tubuh yang bugar sudah siap menerjang pintu menuju waktu demi waktu. Tepat di taman Kampus Merpati ya... Yang sudah lumayan banyak dilalui oleh para mahasiswa Merpati, terlihat Aurora berjalan bersama dengan Anna disana. Mereka terlihat asyik mengobrol, entah cerita lucu apa, sehingga membuat mereka tertawa terbahak-bahak seperti itu?

"Pagi malaikat penyelamatnya gue" Tiba-tiba saja terlihat Adhitya menyapa hangat Aurora, membuat Aurora seketika saja mengubah raut wajahnya menjadi dingin. Sedangkan Varron dan Anna hanya tampak saling lirik dalam diam mereka.

"Ayo Na, lanjut aja" Jutek Aurora seraya menarik lengan Anna, membuat Adhitya lantas saja tampak berlari kecil kehadapan Aurora, menghalang langkahnya. "Mau lo, apa?" Dingin Aurora menatap kesal Adhitya.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang