PART 5. PAPER HEART

104 5 0
                                    

Mading terlihat ramai hari ini. Sayup terdengar, sepertinya para mahasiswa Kampus Merpati sedang memuji tulisan kreatif Adhitya. Memang setiap mahasiswa Sastra Universitas Merpati diharuskan mengisi mading. Tapi tidak terkecuali pula untuk mahasiswa jurusan lainnya.

Tepat disana, terlihat juga Anna dan Aurora yang tampak tengah berusaha menerobos kerumunan ramai itu, hingga akhirnya mereka pun berhasil mencapai barisan terdepan. Mereka lantas terpaku saat menatapi lekat selembar kertas berwarna coklat tua yang tertempel manis dimading kampus itu bertuliskan,

Ia juga ingin mengungkapkannya dengan air mata
Ia juga ingin ikut larut dalam tangisan
Tapi hatinya selalu berkata "Jika kamu ikut menangis, lalu siapa yang akan menenangkan mereka? Siapa yang akan berdiri tegak menjadi dinding mereka?"

Tertegunlah Aurora dan Anna membacanya. Mengapa makna tulisan Adhitya begitu menusuk hati yang bahkan hanya dirinya sendirilah yang bisa merasakannya? Ia hanya sedang berkreatifitas, atau memang sedang merasakan kepedihan di dalam hatinya? Hanya Adhitya dan Tuhan yang tahu.

**********

"Kita mau jemput siapa sih Kak?" Tanya Anna yang mengikuti langkah cepat Aurora dibandara kota.

"Kak Ben" Jawab Aurora singkat, namun sukses membuat Anna membisu mendengarnya.

"Kak Ben? Loh Kak Ben kesini ya? Kok aku enggak dapet kabar?" Belum sempat Anna mendengar jawaban atas pertayaannya itu, Aurora tiba-tiba saja sudah berteriak selaras melambaikan tangannya memanggil Ben. Cowok yang memiliki perawakan maskulin itu pun lantas tersenyum hangat menyambutnya.

"Lama ya nunggunya? Maaf ya, kita telat jemputnya" Ujar Aurora seketika saja memeluk manja tubuh jakung Ben.

Usia Aurora dan Ben hanya terpaut satu tahun saja. Mereka begitu akrab, sampai-sampai banyak orang yang mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih, bukan Adik Kakak kandung. Kehidupan keluarga Aurora dan Ben sangat sederhana, Aurora bisa mengambil kuliahnya ditahun ini karena berkat Kak Ben yang sudah mendapatkan pekerjaannya untuk membiayai kuliah Adiknya yang begitu ia manjakan itu.

"Hai... Anna" Sapa Kak Ben, lantas menerima senyuman manis Anna.

"Ya udah, kita langsung ke kampus aja gimana?" Usul Aurora.

**********

Tepat pukul 11.30, matahari pun terasa kian terik saja. Tepat dipelataran taman Kampus Merpati, terlihat Ben, Aurora dan Anna baru saja tiba disana. banyak juga orang-orang yang menyapa akrab kedatangan Ben. Ya... Ben memang populer karena statusnya yang sempat menjadi ketua dikeanggotaan HIMA Manajemen Informatika, selain itu juga... Tentu saja karena ia berteman baik pula dengan Adhitya dan Varron, dua pria populer di Kampus Merpati itu.

"Oohh... Jadi cewek yang digangguin Adhitya dikantin waktu itu, ternyata Adiknya Kak Ben" Seru Gilang yang berdiri bersama beberapa teman akrabnya, saat memandangi Ben dari teras gedung utama Kampus Merpati.

"Ada apaan nih?" Tiba-tiba saja terdengar suara hangat Adhitya yang lantas membuyarkan kerumunan para komplotannya itu, terlihat Varron pula disana.

"Lo kok enggak bilang-bilang ke kita, kalau cewek yang lo gangguin dikantin waktu itu Adiknya Kak Ben?"

"O'Iya gue lupa, sorry. Iya namanya Aurora, dia Adiknya Kak Ben. Tapi tunggu sebentar, Lo tahu dari mana Lang?"

"Noh... Ada Kak Ben" Tunjuk Gilang dengan congornya, sontak saja membuat Adhitya dan Varron langsung mengalihkan titik fokusnya kearah taman kampus.

Betapa terkejutnya Adhitya dan Varron, saat benar-benar mereka dapati keberadaan Ben disana. Adhitya dan Varron pun lantas mengambil langkah seribu mereka, bergegas untuk menghampiri Ben yang saat itu tampak menghentikan langkah kakinya bersama Aurora dan Anna dibawah tiang lampu taman kampus karena Ibu Daisy yang hadir menyapanya.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang