PART 22. EXTROVERT BOYFRIEND

50 5 0
                                    

Dia yang akan selalu membuatmu tertawa, dia yang penuh dengan keceriaan. Canda-canda yang ia ucapkan, kau akan merindukannya jika kau jauh darinya. Akan terasa sepi jika ia menghilang. Ya... Dia makhluk extrovert ku.

**********

"Kita mau kemana?" Tanya Aurora sesaat ia dan Adhitya sudah turun bersama dari mobil.

"Gue pegang tangan lo ya?" Ujar Adhitya meminta izin, tak berniat menggubris pertanyaan Aurora terlebih dahulu. Aurora pun lantas menatap lekat Adhitya, "Kenapa Adhitya harus meminta izin? Sikap Adhitya terlalu sopan untuk sifat tengilnya itu" Gerutuk Aurora didalam hatinya.

"Ya udah" Jawab Aurora enteng. Adhitya pun berlalu menggenggam erat jari-jemari Aurora. Ia dan Aurora pun kemudian melangkahkan kaki mereka bersama, membuat jejak-jejak indah yang menjadi harapan Adhitya sejak dulu.

"Gue ajak lo kesini, enggak pa-pa kan? Biar kita bisa pacaran beneran" Konyol Adhitya berkata sesaat ia dan Aurora menghentikan langkah kakinya tepat diatas rerumputan sebuah taman.

"Ha... Lo itu kalau ngomong emang enggak bisa serius ya"

"Kalau gue serius, pasti kita bakalan kaku" Yap... Perkataan Adhitya ada benarnya juga. "Gue seneng banget bisa jalan bareng sama lo, pegangan tangan kayak gini. Lo tahu enggak, gue sempat berpikir kalau lo bakalan nolak gue?" Celoteh Adhitya panjang, Aurora hanya tampak membisu mendengar cerita kekasihnya itu.

"Ya... Tapi kenyataannya enggak kan?" Tungkas Aurora.

"Iya, kenyataannya memang enggak. Buktinya aja, gue jalan bareng sama lo hari ini. Makasih ya Aurora, gue akan berusaha jadi pria terbaik untuk lo" Tutur Adhitya berjanji seraya mengelus-elus lembut puncak kepala Aurora, membuat Aurora seketika saja tertegun karenanya.

"Apaan sih? Lo bilang gituan, kayak bukan lo banget" Ujar Aurora cepat-cepat membuang jauh ketertegunannya, lucunya Adhitya hanya tampak menarik manis senyum bulan sabitnya.

"Ayo kita lanjut jalan lagi" Ajak Adhitya berlalu mempererat genggaman tangannya ke Aurora.

"Skripsi lo, gimana?" Tanya Aurora.

"Aman Ra, tenang aja. Lo itu percaya aja sama pacar pinter lo ini"

"Iya, pinter gombal"

"Haha... Tapi lo suka nungguin kan kegombalan gue?"

"Enggak..."

"Iya deh enggak. Mmm... Ngomong-ngomong, lo kenapa sih suka geli gitu kalau digombalin?" Tanya Adhitya nampak penasaran.

Sejenak menghela tenang nafasnya, Aurora pun lantas menjawab, "Jantung gue itu selalu deg-degan kalau digombalin, geli tahu"

"Oh... Jadi selama ini gue berhasil dong, buat lo jatuh hati ke gue?" Percaya diri Adhitya, membuat Aurora tersenyum sinis mendengarnya.

"Menurut lo Adhitya Dathan?"

"Menurut gue, iya Aurora Nana" Angkuh Adhitya. "Mmm... Besok siang kita makan bareng yok" Ajak Adhitya lanjut, Aurora sontak saja tertegun. Aurora tentu saja tidak akan menolaknya, tapi mau bagaimana lagi? Ia sudah memiliki janji untuk menemui Gea di Cafe besok siang.

"Hei..." Tegur Adhitya membuat Aurora seketika saja tersadar dari lamunannya. "Kok melamun gitu? Lo mikirin apaan?" Tanya Adhitya heran.

"Ehng... Enggak. Mmm... Besok gue enggak bisa, gue ada janji" Jawab Aurora cepat. Secepat kilat yang berhasil menyambar hati Adhitya yang nampak menyorotkan mata tajamnya ke Aurora.

"Sama siapa?" Tanya Adhitya kritis.

"Ehng... Sama teman gue lah" Jawab Aurora gaguk. Wah... Sebenarnya Aurora malas sekali, harus mengakuh kepada Adhitya bahwa teman yang ia maksud adalah Gea. "Ha... Teman apaan coba!!!"

"Oh, ya udah" Tungkas Adhitya nampak tak ingin berdebat panjang. Begitu baiknya Adhitya yang tak ingin menciptakan pertengkaran diantara dirinya dan juga Aurora.

"Mmm... Lo enggak marah kan?"

"Enggak Ra, yang penting lo udah jujur ke gue" Ujar Adhitya tenang. "Jujur? Hems... Maafin gue Adhitya, Gue cuma setengah jujur" Tutur batin Aurora. Entahlah, Aurora hanya tidak ingin membuat Adhitya mengkhawatirkannya. Mungkin seperti inilah rasanya kalau sudah cinta.

"Kita kesana yok" Ajak Adhitya kembali.

Layaknya Anna dan Varron hari ini, Aurora dan Adhitya pun juga tampak menikmati kebersamaan mereka ditaman hari ini. Aurora memang masih merasa asing dengan sikap romantis Adhitya yang sebelumnya terbilang gombal, tapi nyatanya kegombalannya itu sekarang terbilang seperti memang Adhitya adalah pria yang romantis.

Hems... Aurora benar-benar tidak menyangka kalau ia akan berpacaran dengan senyawa tengil yang selalu membuatnya kesal ini. Takdir memang penuh teka-teki, ya... Aurora mempercayainya sekarang. Seharusnya sejak dulu ia tidak perlu muluk-muluk ingin memiliki pria sedingin Varron, cukup dia yang selalu buat kesal seperti Adhitya sudah luar biasa tengilnya membuat jantung selalu berdebar tak karuan saja.

"Udah jam makan malam, lo mau gue ajak makan malam dimana?" Tanya Adhitya kepada Aurora. Aurora sejenak terdiam, berpikir keras memilah-milah tempat makan yang ingin ia kunjungi.

"Strowberry House" Tutur Aurora.

"Iya deh yang cinta banget sama strowberry, kira-kira cintanya lo ke gue sebesar itu enggak ya? Cemburu nih gue"

"Apaan sih? Udah, ayo buruan"

"Iya cantiknya gue" Putus Adhitya. Hems... Betapa manisnya Adhitya yang menuruti saja semua kemauan Aurora. Mereka pun kemudian berlalu menuju Strowberry House yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Kampus Merpati. Lumayanlah, bisa sekalian pulang ke asrama nanti.

**********

"Lo enggak pa-pa? Kalau enggak ada yang lo mau disini, kita makan di tempat lain enggak pa-pa kok" Tanya Aurora kepada Adhitya. Ia hanya merasa tidak adil saja, jika Adhitya menuruti saja pilihannya tanpa memikirkan kemauannya sendiri.

"Jangan perhatian gitu ah, gue kan jadi malu" Canda Adhitya seperti biasa.

"Iihh... Gue serius Adhit"

"Hehe... Iya-iya, maaf... Udah sih kita makan disini aja, yang penting kamu suka. Makan yang banyak ya"

"Serius nih?"

"Iya Aurora"

"Ya udah, tapi lo juga makan yang banyak ya"

"Oke, siap malaikat penyelamatnya gue"

**********

Tanpa terasa malam pun kian larut, Adhitya dan Aurora sudah terlihat melangkahkan bersama kaki mereka di taman asrama kampus. Sudah sepi, wajar saja... Karena jam sudah menunjukkan pukul 9 lewat 30 malam. Jangankan para penghuni asrama, Anna dan Varron pun pasti juga sudah mengurung diri didalam kamar asrama mereka masing-masing.

"Makasih ya untuk hari ini" Ucap Aurora seraya tersenyum.

"Makasih ya untuk tawa dan senyumnya hari ini" Balas Adhitya ikut tersenyum pula. "Tidur yang nyenyak, jangan lupa mimpiin spiderman"

"Mimpiin spiderman?"

"Iya. Biar lo selalu ingat, kalau gue jatuh cinta sama lo semenjak kejadian miniatur spiderman itu. Biar lo selalu ingat juga, kalau pertemuan takdir kita dimulai dihari itu juga" Tutur Adhitya, membuat Aurora seketika saja terkekeh mendengarnya. "Selamat malam Aurora" Ucap Adhitya kembali mengelus lembut puncak kepala Aurora.

"Malam Adhitya" Akhir Aurora.

Mereka pun lantas berpisah dijalan luas taman asrama kampus. Jalan luas yang memisahkan antara asrama laki-laki dan asrama perempuan Kampus Merpati. Adhitya pun tampak menatap lekat langkah Aurora, memastikan bahwa Aurora benar-benar sampai dengan selamat masuk ke asramanya. Sejenak menghela lega nafasnya, Adhitya pun akhirnya berlalu memutar langkahnya menuju asrama laki-laki pula.

Biarkan Tuhan yang mengatur tempatnya, dan kita akan mengatur suasananya. Kalau sudah adanya 'kita' percaya saja semua akan terasa indah.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang