Kata orang, kalau ada seseorang yang menghadapi segala sesuatu hal dengan tenang, maka dia adalah tipikal orang yang bisa memahami segalanya.
**********
"Tidak harus menjadi yang terbaik. Disukai banyak orang pun, manusia pantasnya bersyukur" Tutur Varron seraya menatap tegas Anna. lucunya Anna pun lantas terburu-buru membuang jauh pandangannya.
"Tapi... Tetap saja, itu kesalahan aku. Kamu yang meresensi dua buku saja, bisa kok dua-duanya bagus" Sesal Anna lagi.
Tapi tanpa Anna sadari, Varron yang masih menatap tenang Anna tampak menampilkan senyum manisnya, dan kemudian berlalu memudarkannya sesaat setelah ia memilih untuk beranjak dari tempat duduknya. Anna pun hanya menatap bingung kearah Kakak tingkatnya itu.
"Aku duluan" Ujar Varron. Tanpa berkata banyak lagi. Varron pun lantas melangkahkan kakinya menuju asrama laki-laki, meninggalkan Anna yang tertegun dalam diamnya.
**********
Kembali ke stan lukis Aurora, yang sudah dibongkar rapi dan disusun dengan baik oleh Aurora dan pastinya dibantu oleh Adhitya pula disana. Ternyata sejak tadi, Aurora tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya, hingga membuat Adhitya benar-benar bingung harus bertingkah apa.
"Berapa harga lukisannya?" Tanya Adhitya mengarah ke lukisan abstrak milik Aurora. Aurora pun seketika saja menghentikan aktivitasnya dan berlalu menatap dingin Adhitya. "Gue serius, gue beneran mau beli lukisan lo yang ini" Sambung Adhitya, namun Aurora masih memilih diamnya seraya melanjutkan kembali aktivitas beres-beresnya.
"Kalau merasa enggak enak hati, jangan terpaksa beli lukisannya" Gerutuk Aurora, akhirnya bersuara juga. Adhitya sebenarnya sedikit kaget dengan kata-kata Aurora, tapi ia berusaha bersikap tenang dan berlalu melangkahkan kakinya menuju kehadapan Aurora.
"Gue enggak terpaksa Aurora. Gue memang udah tertarik kok dari awal lihat lukisan lo" Ungkap Adhitya apa adanya, Aurora pun tampak menghela kesal nafasnya. Seraya berdiri tegap dihadapan Adhitya, Aurora pun lantas berkata, "Ambil aja kalau lo mau, itu tanda terima kasih gue karena lo udah bantuin gue hari ini"
"Enggak-Enggak, gue enggak mau gratisan. Lagian, siapa juga yang bantuin lo?"
"Ngomongnya enggak usah sewot, bisa?"
"Hehe... Maaf ya cantik, gue cuma kebawa emosi aja, karena belum mandi sore kali ya??"
"Enggak nyambung! Udah... Bawa pulang aja itu lukisan. Lagian... Lukisan abstrak gue enggak ada yang mau beli juga, karena lo bilang lo yang mau belinya"
"Yakin?"
"Iya, gue yakin!!!"
"Ya udah, gue bawa pulang ya. Ehng... Pelukisnya boleh enggak gue bawa pulang juga?" Canda Adhitya lagi-lagi menggombal.
"Sudah malam Adhitya. Pergi mandi sana!"
"Iya, iya. Gue bantuin lo beres-beres dulu ya, mana tegalah gue tinggalin malaikat penyelamat gue sendirian disini"
"TERSERAH ELO!!!" Ketus Aurora bersamaan dengan kekesalannya.
*********
Malam pun semakin larut, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Beberapa orang mungkin sudah memeluk erat gulingnya, tapi masih ada beberapa orang pula yang terbangun untuk menyelesaikan tugasnya.
"Woi... Ngapain malam-malam disini?" Tegur Adhitya kepada Varron yang berdiri seraya menatap langit malam dibawah balkon kamar asrama mereka, Varron hanya tampak menyorotkan mata teduhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA
Teen FictionAda kisah yang harus diceritakan, ada hati yang harus diungkapkan. Andai hidup bisa memilih, maka siapa yang tak ingin memiliki kisah hidup yang bahagia? Dunia ini memang menegangkan, tapi teki-teki Tuhan lah yang lebih menegangkan.