PART 6. TALK ABOUT REALITY

89 4 0
                                    

Jadwal kuliah Anna pagi ini lagi-lagi harus mempertemukannya dengan Varron. Lucunya, tebakan para Mahasiswa perempuan tentang Varron yang akan duduk dibarisan ke-5 nyatanya salah lagi. Varron kembali ke barisan pertama dan pastinya bersebelahan lagi dengan Anna.

Anna masih menunjukkan sikap tidak nyamannya, bukannya bermaksud tidak suka karena Varron duduk disampingnya, tapi terlebih karena ia takut membuat semua pengagum Varron akan berpikiran yang tidak-tidak kepadanya. Di dalam keheningannya, Anna pun tampak curi-curi pandang kearah Varron dan ke sekelilingnya. Dalam hatinya pun lantas terucap, "Tuhan, hilangin gue sebentar. Please..." Pinta Anna membatin.

"Aku hanya duduk dengan orang-orang yang memfokuskan dirinya ke papan tulis kelas" Ujar Varron tiba-tiba membuat degup jantung Anna bergema tak karuan seketika.

Ya... Anna mengerti, Varron hanya tidak ingin duduk dengan mereka yang terus-terusan saja memandanginya, hingga membuat fokus belajarnya terganggu. Makanya ia lebih memilih duduk bersama dengan kaum pria atau tidak berdampingan langsung dengan orang-orang yang tidak terlalu mempedulikannya.

Anna yang masih terdiam pun lantas menatap lekat Varron, namun seperdetik kemudian... Anna dibuat terkejut kembali oleh Varron, saat Varron tiba-tiba saja berbalik menatapnya. Haha... Langsung saja Anna membuang jauh pandangannya ke papan putih kelas yang nyatanya masih kosong itu.

"Selamat pagi" Akhirnya terdengar pula suara lembut dari seorang Dosen pria, yang tampak tenang memasuki ruang kelas. Wajahnya terlihat masih muda, kemungkinan... Beliau juga termasuk salah satu Dosen favorit para Mahasiswa perempuan Kampus Merpati.

Tak hanya Mahasiswa perempuan lainnya yang tampak sejenak melupakan ketampanan Varron dan menitikfokuskan pandangan mereka ke Bapak Dosen yang memiliki nama Gibran itu, tapi Anna seketika saja dibuat terbius pula dengan ketampanan wajah ceria Pak Gibran. Anehnya, Varron yang menyadari kejanggalan itu pun terlihat berlalu menatap Anna dan Pak Gibran secara bergantian. Entah apa yang sedang dipikirkan Varron sekarang? Apa mungkin ia merasa kesal?

"Bapak tidak bisa mengajar kalian hari ini. Tapi... Bapak punya tugas untuk kalian" Ujar Pak Gibran sukses menciptakan harmonisasi bernada lirih dari kekecewaan para penghuni kelas, begitu juga Anna yang menunjukkan wajah tidak terimanya kalau Pak Gibran hanya memberikan tugas tanpa mengajar dikelas terlebih dahulu.

"Tugas ini tugas kelompok. Satu kelompok berisi dua orang. Mmm... Kalian bebas ingin berkelompok dengan siapa saja, asalkan hatinya ikhlas mau diajak berkelompok dengan kalian" Canda Pak Gibran sejenak mengundang gelak tawa.

"Tugasnya meresensi buku Psikologi. Bapak membataskan tiga buku saja, dan minggu depan sudah harus dikumpulkan. Tapi... Ada tapinya nih. Tapi... Bapak tidak mau ya kalau kalian meresensi buku yang sudah ada diperpustakaan kampus tercinta kita ini. Bapak maunya kalian cari literatur diluar perpustakaan kampus kita. Kalian mengerti?" Terang Pak Gibran, semua Mahasiswa pun lantas menganggukkan kepalanya.

"Oke... Sekarang Bapak kasih waktu untuk kalian yang ingin bertanya mengenai tugas yang telah Bapak berikan. Apakah ada yang ingin bertanya?" Sambung Pak Gibran seraya mengangkat tangan kanannya.

"Pak..."

"Iya Jaery?"

"Tugasnya dikumpulkan dalam bantuk softcopy atau hardcopy ya Pak?" Tanya seorang Mahasiswa pria bernama Jaery yang memiliki tahi lalat tipis tepat dibatang hidungnya.

"Pertanyaan bagus Jaery. Oke... Tugasnya dikumpulkan dalam bentuk Hardcopy ya" Jawab Pak Gibran singkat. "Baik, apa ada yang ingin bertanya lagi?" Tanya ulang Pak Gibran. Tapi kali ini Mahasiswa yang berada di dalam kelas tampak saling lirik satu sama lain, seakan menegaskan... Sepertinya tidak ada lagi yang ingin mengudarakan pertanyaannya.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang