PART 11. TRANSFER

71 7 0
                                    

Sekarang, tepatnya masih disini dimana Adhitya masih memasang raut kesalnya karena sikap acuh Varron yang benar-benar tampak tidak peduli dengan kisah Anna dan Adhira anak transferan itu.

"Varron, lo dipanggil Rektor tuh" Teriak seorang pria berperawakan sangar sesaat melewati Adhitya dan Varron.

"Makasih. Aku ke ruang Rektor dulu Kak" Ujar Varron dan kemudian berlalu melangkahkan kakinya meninggalkan Adhitya yang dimana seluruh alam pun meyakini bahwa dirinya kini semakin gondok saja dibuatnya.

Adhitya melipat kedua tangannya didepan dada. Matanya kini berkeliaran ke setiap ruas koridor utama kampus. Fokusnya kini tertuju kepada Adhira yang terlihat baru saja menginjak kubin-kubin padat kampus. Mata Adhitya membulat sempurna, mengisyaratkan kebencian yang luar biasa. Ya... Sorot mata yang sama saat ia melihat Gea.

"Ngelihatinnya gitu amat? Suka ya lo sama dia? Lumayan ganteng sih" Tutur Aurora seketika saja membuyarkan sorot mata tajam Adhitya.

"Gua bukan gen homo. Dan apa kata lo tadi? Dia ganteng? ENGGAK SAMA SEKALI!!!" Tegas Adhitya murka membuat Aurora kaget mendengarnya.

"Kenapa lo? Dia musuh lo dikampus ya? Sewot amat!"

"Awas aja lo bilang dia ganteng didepan gue lagi dan awas aja lo berani-beraninya jatuh cinta sama dia"

"Kenapa? Apa urusan lo? Suka-suka gue lah"

"Gue cemburu. Bye..." Tuntas Adhitya dan berlalu melangkahkan kakinya. Aurora tampak terdiam, matanya menatap sendu punggung Adhitya. "Dasar cowok tengil gila!" Desit Aurora dalam batinnya.

**********

"Pagi semuanya" Sapa seorang wanita tua, dilihat dari penampilannya sudah jelas sekali bahwa ia adalah seorang Guru.

"Pagi Bu" Sahut semua siswa dikelas, mungkin ada 30an anak disana.

"Mmm... Hari ini Ibu membawa teman baru untuk kalian. Ehng... Venus, ayo masuk nak" Ujar Ibu Guru itu memanggil Venus yang sejak tadi sudah menunggu didepan pintu masuk kelas bersama Bi Iyah. Bi Iyah pun mendorong pelan kursi roda Venus dan berlalu melangkah keluar kembali setelah benar-benar menempatkan Venus didekat meja mengajar kelas.

"Ayo Venus, perkenalkan diri kamu nak" Lanjut Ibu Guru itu berkata. Venus tampak terdiam menatap mereka yang mungkin saja mau berteman dengannya dan mereka yang mungkin saja juga mau menerima kondisinya. Ketegangan jelas terlukis diraut wajah Venus, ini memang tidak mudah bagi Venus.

"Ayo... Enggak pa-pa, jangan malu" Semangat Ibu Guru itu, meyakinkan Venus.

Venus pun sejenak menghela nafasnya, ia lantas menutup kedua matanya. Tiba-tiba saja terdengar suara Anna dibatinnya, "Kalau mau punya banyak teman, kamu harus mandiri" Ya... Kata-kata itu masih teringat jelas dimemori Venus dan tampaknya telah berhasil menumbuhkan rasa percaya didirinya. Venus pun perlahan membuka matanya, sorotnya yang tadinya terlihat lemah, kini tampak tegas menatap teman-teman barunya yang ada di kelas.

"Perkenalkan, nama saya Venus Arrum. Kalian bisa panggil saya Venus. Terima kasih" Ucap Venus memperkenalkan singkat dirinya. Kelas masih terbilang senyap, sejak tadi pun ada beberapa anak yang menatap lekat keanehan Venus yang duduk diatas kursi roda. Hingga akhirnya seorang siswa laki-laki bergigi ompong menanyakan pula perihal, kenapa Venus duduk diatas kursi roda itu?

Tentu, ada sepercik kesedihan disorot mata Venus, membuat Bi Iyah ikut menatap sedih pula kearah anak asuhnya itu, begitu juga Ibu Guru yang merasa tak enak hati untuk menjawab pertanyaan dari anak muridnya itu.

"Gini, Venus ini mengalami kecelakaan dua tahun yang lalu. Jadi karena Venus kehilangan gerak langkahnya, makanya sekolahnya juga tertinggal" Jelas Ibu Guru seadanya, namun lantas saja tertegun disaat Venus tiba-tiba saja mengeluarkan suaranya kembali.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang