PART 20. FIRST CONDITION

59 6 0
                                    

Jika aku bukan diciptakan sebagai tulang rusuknya nanti. Dengan segenap hati, aku akan menerimanya. Tak apa, tak masalah. Setidaknya aku pernah menjadi kandidat tulang rusuknya.

"Temuin gue di Cafe HD jam makan siang lusa nanti. Gea..." Pesan dari Gea tiba-tiba saja masuk ke ponsel Aurora. Aurora sudah mengira, ini pasti akan terjadi. Yang membuat Aurora kesal, hanya kenapa si perempuan bule ini masih saja mengganggu kehidupan pribadinya?

Aurora sejenak menghela nafasnya, ia mengingat kembali kata-kata motivasi yang pernah diucapkan Ibu Daisy kepadanya. "Aurora, lo harus kuat" Ya... Kata-kata itulah yang Aurora katakan untuk dirinya sendiri.

"Apa? Kakak ngomong apa barusan?" Tanya Anna yang baru saja keluar dari kamar mandi asrama.

"Eng-enggak. Kakak enggak bilang apa-apa? Salah dengar kamu" Ujar Aurora berbohong dan kemudian berlalu beranjak dari kursi belajarnya menuju ranjang tidurnya.

"Lo tadi siang, kemana?" Tanya Aurora membuat Anna seketika saja terdiam. Ia pun cepat-cepat membuyarkan ketermenungannya itu seraya mengoleskan lotion cream ke lengan kanan dan kirinya.

Masih dalam kebisuannya, Anna melangkahkan kakinya menuju ranjang tidurnya. Yang membuat posisinya dan posisi Aurora saling berhadapan sekarang. "Kak... Alasan Kakak terima Kak Adhitya, kenapa?" Tanya balik Anna, kali ini Aurora lah yang nampak terdiam.

"Kenapa lo nanya gitu?"

"Ya... Setahu aku, Kakak itu kan kesel banget sama Kak Adhitya. Kok bisa-bisanya Kakak terima cinta Kak Adhitya dengan mudahnya?"

"Na, lo enggak ingat apa?"

"Mmm... Tentang apa, Kak?" Untas Anna terlihat mengerutkan dahinya.

"Tentang lo yang bilang, kalau gue udah jatuh cinta sama Adhitya? Lo sendiri Na yang udah buat gue sadar akan hal itu. Gue terima Adhitya dengan mudahnya, bukan karena Adhitya pria yang begitu populer di kampus ini, dan bukan juga karena Adhitya anak dari seorang pembisnis kaya. Ya... Gue terima Adhitya karena bagi gue terlalu kekanak-kanakan aja kalau terus-terusan main kucing-kucingan sama hati sendiri. Lo maksud kan apa kata gue?" Jelas Aurora membuat Anna nampak termenung mendengarnya.

"Perkataan Kak Aurora ada benarnya juga" Desit Anna didalam hatinya. Lantas sebenarnya apa yang terjadi diantara Varron dan Anna siang tadi, setelah Varron mengungkapkan perasaan hatinya kepada Anna?

"Kamu serius suka sama aku?" Tanya Anna polos. Varron pun terpaku menatap Anna, tapi kemudian ia berlalu menyunggingkan senyumnya.

"Hati kamu itu baik, orang bodoh yang begitu relanya mau kehilangan orang seperti kamu. Dan aku bukan orang bodoh itu, bahkan aku enggak mau jadi orang bodoh itu" Tutur Varron. Degup jantung Anna semakin menjadi-jadi dibuatnya. Bagaimana bisa Varron si pria robot, si pria tanda tanya dan si pria es bisa berkata seperti itu? But, nothing is impossible.

Anna menenangkan emosinya, ia sejenak menutup matanya lalu membukanya kembali. Anna masih tidak percaya dengan semua pernyataan cinta tiba-tibanya Varron hari ini. Anna benar-benar tidak mengira, kalau Varron nyatanya memiliki perasaan yang sebegitu lebih untuknya.

Sejenak menarik damai nafasnya dan kemudian berlalu menatap teduh Varron. Anna pun entah kenapa tiba-tiba saja melengkungkan senyum manisnya, membuat Varron seketika saja mengernyitkan dahinya. Anna lantas saja menganggukkan kepalanya. Ya... Bagi Anna, ia tidak perlu berkata-kata panjang lagi? Lagian mereka berdua adalah Mahasiswa Psikologi, setidaknya pernah belajar mengenai ekspresi wajah.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang