PART 7. QUESTION MARK

92 6 0
                                    

Aku tidak akan membiarkan dunia mentertawakan ku. Aku akan membuat diriku menjadi kebanggaan dunia. Ya... Dengan cara itulah, kebahagiaan akan datang kepada ku.

**********

Angin malam begitu menusuk sampai ke tulang rusuk siapa saja yang sedang berada diluar. Baunya hujan sudah tercium, tapi entah kenapa belum sampai juga disana, ditaman rumah sakit Secret.

Tidak... Hujan sudah turun disini, tepat disaat Anna melihat mata terluka Varron. Anna berjalan pelan hendak menghampiri Varron yang berdiri membelakanginya. Ia ingin menyentuh bahu lelah itu, tapi Anna takut dan hanya mampu menyentuh semunya saja. Anna berbalik, berniat membiarkan Varron untuk menenangkan dirinya sejenak.

Tapi pertanyaan yang dilayangkan oleh Varron sukses menghentikan langkah kaki Anna, "Kenapa kamu disini?" Cecar Varron. Anna pun lantas berlalu memutar kembali tubuhnya, hingga membuatnya kini berhadapan langsung dengan Varron yang terlihat jelas menyorotkan mata dinginnya.

"Tadi... Ehng... Tadi..." Ujar Anna tergaguk.

"Kamu mengikutiku! Siapa yang mengizinkanmu?" Sembur Varron mengeraskan suaranya, membuat Anna seketika saja tak mampu berkutik lebih banyak lagi. Anna terdiam, membeku bukan karena dinginnya angin malam, melainkan karena aura dingin Varron yang lebih dingin dari biasanya.

Varron pun lantas melangkahkan kakinya, pergi meninggalkan Anna yang masih membisu bersama dengan ketertegunannya.

Hems... Malam ini kian terasa dingin saja, dan sialnya titik-titik hujan pun mulai turun membasahi bumi. Anna yang masih membeku, hanya tampak berdiam diri saja menerima setitik demi setitik air langit yang berharap, mungkin saja bisa menghapus rasa bersalahnya malam itu. Tapi... Mobil SUV hitam Varron tiba-tiba saja berhenti tepat disisi kanan Anna. Terlihat Varron berlalu turun dari mobilnya, hingga membuat Anna mengerutkan dahinya sesaat Varron seketika saja menarik lengan Anna dan mengantarkannya ke kursi penumpang.

Setelah menutup rapat pintu penumpangnya kembali, Varron pun berlalu menuju pintu kemudinya lagi dan mobil pun kemudian melaju. Ya... Varron bukanlah seorang pria yang tega, yang akan membiarkan seorang wanita tinggal sendirian dimalam yang selarut ini, apalagi disaat hujan tiba-tiba saja turun seperti malam ini.

**********

Bumi pun berputar, pagi pun kembali menyapa. Aurora dan Anna sudah tiba dibandara untuk mengantar kepergian Ben.

"Saling jaga kalian disini" Nasihat Ben seraya menatap hangat kedua Adiknya itu.

"Siap boss" Seru Aurora berlaga hormat.

"Ya udah, Kakak harus masuk sekarang. Baik-baik ya... Sampai bertemu dua bulan lagi" Ben pun berlalu memeluk erat kedua saudaranya itu. Mungkin akan ada kerinduan nantinya. Tapi semua harus dilalui Aurora, memantapkan diri untuk meraih sarjananya.

"Bye-bye" Ben pun lantas melangkahkan kakinya, meninggalkan Anna yang tampak menyadari ada sorot kesedihan dimata indah Aurora. Aurora memang tidak pernah berpisah jauh dari Ben, baru-baru ini saja mereka berpisah. Ya... Mau bagaimana lagi, mereka sama-sama sedang berjuang sekarang.

**********

"Kamu semalam kemana, Na?" Tanya Aurora yang saat itu ia dan Anna sudah berada dikantin kampus. Anna pun tampak sejenak terdiam, ia memilih menyeruput choco milknya sejenak seraya berusaha memutar otaknya untuk menciptakan sebuah alasan yang logis.

"Aku... Ehng, duduk ditaman asrama Kak Semalam" Jawab Anna apa adanya.

"Sampai larut malam? Ngapain aja?"

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang