35.

6.2K 186 11
                                    

Aku langsung memeluk kakiku sendiri, aku tak tahan menatap keluargaku. Aku menumpahkan semua apa yang aku rasakan selama ini, aku sudah tak kuat menahannya lagi.

**
Aku mendengar tangisan seseorang, dan mengenali suaranya. Aku yakin itu adalah tangisan mamahku.

Seketika aku merasakan ada yang menggenggam dan mengusap punggung tanganku.

"Sayang, hei. Lihat aku," ucap kak Reza.

Aku tak kuasa untuk mengangkat kepalaku, aku menggeleng tak bisa memenuhi permintaannya.

Kak Reza pun pasrah dan melanjutkan kalimatnya, "oke kalau kamu gak mau lihat aku, aku cuma mau bilang sedikit. Semalem kamu udah janji sama aku untuk gak bahas masalah ini lagi dan maafin keluarga kamu, tapi kenapa kamu ingkari janji kamu sendiri. Bahkan kamu udah berani bentak orang tua kamu sendiri, siapa yang ngajarin kamu kayak gitu? Aku gak pernah bikin kamu berani sama orang tua kamu, hormati dia seperti apa yang aku bilang. Mereka itu berarti buat kamu, sekarang kamu harus bisa selesaiin masalah kamu. Minta maaflah sama orang tua kamu."

Akupun mengingat kejadian semalam, dimana aku akan memaafkan keluargaku. Tapi kenapa sekarang mereka membuat luka baru? Tapi aku juga salah berkata kasar pada papah.

Akhirnya akupun mengangkat kepalaku, "pah."

"Iya sayang," papahku mendekat padaku dan kak Reza memberi ruang untuk kami.

"Boleh Sisca bicara sama papah, sama mamah sama kak Kelvin tentang apa yang Sisca inginkan selama ini?" tanyaku.

Papah mengangguk, "tentu."

"Sisca butuh papah, mamah dan Kak Kelvin. Aku kangen kehangatan diantara kita, kenapa papah sama mamah gak bisa luangkan waktu sedikit buat aku sama kak Kelvin? Apakah kita gak penting dihidup kalian? Dan kak Kelvin, kenapa kakak sekarang harus sama kayak papah dan mamah. Sibuk tanpa pernah luangkan waktu lagi buat aku, sampai waktu itu kakak berani tampar aku? Kakak tau betapa sakitnya mendapatkan tamparan dari kakak? Sisca cuma mau kita itu punya waktu bareng, enggak yang semuanya sibuk sama kesibukan masing-masing," ucapku tersedu-sedu lalu memeluk papah.

"Sisca kangen papah," ucapku.

"Papah juga kangen kamu nak, maafin papah selama ini terlalu sibuk sampai enggak pernah perhatiin kalian. Papah minta maaf, papah janji akan mengurangi kegiatan papah dan kumpul sama kalian lagi," ucap papah.

"Mamah juga," ucap mamah lalu memelukku.

"Dek," panggil kak Kelvin.

Akupun melepaskan pelukan papah dan mamah lalu menatap kak Kelvin.

"Maafin kakak udah berani tampar kamu waktu itu, kakak kalut waktu itu. Kakak gak bisa mikir karena kamu yang berubah menurut kakak, dan disaat itu perkataan kamu menyulut emosi kakak. Kakak gak bisa mikir dan kakak refleks nampar kamu, kakak minta maaf," ucap kak Kelvin.

Aku mengangguk, "Sisca udah maafin kok kak."

Kak Kelvin lalu memelukku, "maafin kakak dek, kakak janji lebih perhatiin kamu. Karena kamu itu bayi besar kakak,"

Mendengar ucapan kak Kelvin aku langsung mencubit perutnya, "dasar nyebelin! Aku udah gede tau," ucapku merengut.

"Iya-iya," kak Kelvin mengacak rambutku.

"Ekhem-ekhem!" Suara papah kak Reza menyita perhatian kami.

"Sekarang kita selesaikan masalah Reza dan Sisca," lanjutnya.

"Permisi, boleh Reza bicara,"

"Silahkan," ucap papah kak Reza.

"Pertama, Reza minta maaf udah melampaui batas sama Sisca tapi kami gak lakuin apapun. Kedua, Reza sayang sama Sisca dan Reza gak mau kehilangan Sisca. Ketiga, karena Reza gak mau kehilangan orang yang Reza sayang. Papah dan Om, bolehkah Reza mempersunting Sisca untuk menjadi pendamping hidup Reza?" ucap kak Reza.

Ketika Cinta Tak Harus MemilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang