38.

5.7K 188 6
                                    

Setelah itu aku langsung memasukkannya kedalam tasku, dan kembali memperhatikan dokter. Karena aku tak sanggup menatap layar handphone itu lama-lama. Rasanya hati ini tak percaya bahwa Rina mampu membuat kak Reza tersenyum bahkan sampai lupa dengan aku.

****
"Sering berlatih jalan menggunakan tongkat ya, saya liat perkembangan kamu sangat pesat mungkin kamu akan sembuh dalam waktu singkat," ditengah penjelasan dokter kak Reza kembali.

"Baiklah, sekian dulu hari ini kita akan bertemu lagi minggu depan,"

Setelah itu aku dan kak Reza berpamitan kepada dokter.

"Habis ini kita ke taman, mau gak?" tanya kak Reza.

"Boleh," ucapku sekenanya.

"Gimana tadi? Kondisi kamu makin baik kan?"

"Baik,"

"Kamu laper gak? Kalo laper kita mampir makan dulu baru ke taman," ucapnya berusaha mencairkan suasana.

"Enggak, langsung ke taman aja," jawabku singkat.

"Kamu kenapa sih sayang?"

"Gak papa,"

"Ya udah,"

"Kita langsung pulang aja, aku capek mau istirahat," ucapku berubah pikiran.

"Kita gak jadi ke taman nih? Kamu kenapa sih?"

"Kenapa apanya!" ucapku mulai menaikkan nada satu oktaf.

"Berubah pikiran gitu, tadi udah iya mau ke taman. Sekarang malah ngajak pulang,"

"Gak papa, pokoknya aku mau pulang! titik!"

"Iya aja deh,"

Selama diperjalanan kami saling diam, tidak ada yang membuka pembicaraan satupun. Bahkan baru kali ini perjalanan terasa begitu lama bersama kak Reza.

Sebentar lagi mobil kak Reza akan memasuki perumahanku, dan dalam waktu beberapa menit kemudian telah sampai di pelataran rumahku.

Aku langsung membuka pintu mobil, namun sebelumnya aku mengambil sesuatu di dalam tas ku. Setelah mendapatkannya aku langsung memberikannya pada kak Reza.

"Nih, handphone kamu. Tadi kamu tinggalin di meja dokter aja," ucapku lalu menyodorkan handphone nya.

"Makasih," ucapnya langsung mengambil handphonenya.

"Ya udah, aku masuk dulu ya. Kamu langsung pulang aja, aku capek. Makasih udah temenin aku,"

Belum sempat kak Reza membalas ucapanku, aku langsung keluar mobil. Belum sempat aku menurunkan kakiku, kak Reza menahannya.

"Aku bantu," ucapnya.

"Gak usah, aku bisa sendiri,"

"Kamu kenapa sih sayang? Dari tadi ketus terus sama aku, aku salah apa sama kamu hmm?" tanyanya.

"Gak papa, ya udah aku masuk,"

Aku langsung menurunkan kakiku, dan menegakkan alat bantu jalanku. Setelah itu aku langsung masuk ke dalam rumah.

Dia tak mengejarku, untuk bertanya alasan mengapa aku marahpun tidak. Dia langsung memutar mobilnya dan keluar dari pelataran rumahku.

Berbeda. Ya. Berbeda. Dia bukan kak Reza yang ku kenal.

**
Di dalam rumah aku langsung masuk ke kamar kak Kelvin, aku ingin menanyakan sesuatu padanya.

"Kak," panggilku dan mengetuk pintu kamarnya.

Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan memunculkan kak Kelvin dibaliknya.

"Kenapa sis?"

"Boleh gue masuk?" pintaku.

"Silahkan,"

Setelah itu aku masuk dan langsung duduk disisi ranjang kak Kelvin.

"Kak, gue boleh tanya sesuatu gak" tanyaku.

"Boleh, mau tanya apa?"

"Kak, kemungkinan cowok balik sama mantan itu berapa besar sih?" tanyaku.

"Tergantung sih, kemungkinannya selalu ada. Karena apa? Karena mantan itu pernah mengisi hati. Kalo memang mantan yang terindah kemungkinan balikan ya 70% sih dari pandangan gue sebagai cowok, tapi kalo mantan yang menyakitkan gak bakal balik sama sekali mungkin," jawab kak Kelvin.

"Kalo dia mantan terindah sekaligus menyakitkan apa kemungkinannya 50%?"

"Tergantung dari sudut pandang dek, kalo mantannya memang yang terbaik bakal balikan kalo kagak ya kagak. Ngapain lo tanya kayak gini?" ucap kak Kelvin menunjukkan wajah khawatir.

"Gak papa kok," ucapku tersenyum getir.

"Jangan bilang Reza mau balikan sama mantannya? Lo bilang sama gue! Reza mau balikan sama mantannya! Kalo iya, bakal gue bunuh sekarang," ucap kak Kelvin.

"Gue mau samperin dia sekarang, berani-beraninya dia nyakitin adek gue. Gak terima gue," kak Kelvin langsung mengenakan jaketnya dan mengambil kunci mobil.

"Kak, please jangan," cegahku.

"Gak bisa dek, gue bakal hajar tuh anak,"

Kak Kelvin menuju pintu, namun aku langsung berlari kearah pintu dan mencegahnya, "kak jangan please, ahh" aku merintih karena kakiku sakit aku paksakan berlari untuk mencegah kak Kelvin.

"Dek, lo gak papa? Kenapa sih lo cegah gue buat hajar Reza, gue gak tega lo sakit gara gara dia," ucap kak Kelvin lalu mengangkat ku dan meletakkanku di ranjangnya.

"Kak, please. Jangan lakuin itu, gue belum tau pasti gimana dia sama mantannya itu. Buat kebelum pastian itu, please jangan hajar dia. Karena gue sayang dia," ucap ku lalu memeluk kak Kelvin.

----------------------------------------------------
Hay😊
Kalian pasti rindu aku ya?
Maaf nih updatenya agak sedikit lama, karena belakangan ini lagi sibuk.
Selamat menikmati ya😉

Ketika Cinta Tak Harus MemilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang