"Rina," ucap kak Reza.
****
"Hay, boleh aku gabung?" tanya Rina.Siku kak Reza menyenggol tanganku, meminta izin untuk Rina bergabung.
"Silahkan," ucapku.
"Terimakasih,"
"Sedang apa kamu disini?" tanya kak Reza.
"Makan tentunya," ucap Rina.
"Sendiri?" tanyaku tak suka. Aku merasa Rina seperti penguntit disini.
"Hmm, sama cowok aku. Tenang aja Sis, aku gak ngikutin kalian kok," ucap Rina seperti mengetahui isi pikiranku.
Hati tak memercayai setiap kata yang diucapkan Rina, selalu berusaha ingin menyangkal dan menyudutkannya untuk mengakui maksud sebenarnya.
Tapi jika aku seperti itu, sudah pasti endingnya aku akan bertengkar dengan kak Reza. Aku yakin dia akan menganggapku childislah, aku yang egoislah.
Aku yakin kak Reza masih menyimpan rasa untuk Rina, maka dari itu aku paham sepaham pahamnya bagaimana jika aku menyudutkan Rina.
"Kamu sudah punya pacar Rin?" tanya kak Reza, ada nada tak rela saat kak Reza melontarkan pertanyaan itu.
"Iya Rez, kalian sedang apa disini?" tanya Rina.
"Menemani calon istriku belanja," ucap kak Reza.
"Jadi wanita ini yang sudah meluluhkan hatimu yang beku itu? Pasti dia wanita yang spesial. Selamat ya," ucap Rina dan mengulurkan tangannya untuk menyalamiku.
"Terimakasih,"
"Namaku Rina,"
Batinku berkata, "sudah tau bodoh."
"Sisca,"
"Cantik, seperti orangnya," ucap Rina.
"Terimakasih,"
"Permisi," ucap salah satu pria.
"Hay sayang, kenalkan ini Miko pacar baruku," ucap Rina dan memperkenalkan Miko.
Miko seperti terkejut mendengar penuturan Rina, seperti ada sesuatu yang ditutupi oleh Rina.
"Miko," ucapnya dan mengulurkan tangan padaku dan kak Reza.
"Sisca,"
"Reza,"
Kemudian pria itu duduk di sebelah Rina, dan pesanan kami datang.
Disitu kami membicarakan banyak hal, bukan kami. Lebih tepatnya Rina dan kak Reza. Mereka seperti sedang mengenang masa lalu mereka, membicarakan tentang makanan favorit mereka, restauran favorit mereka, apapun favorit mereka dulu.
Aku benci suasana ini. Rasanya aku dan Miko seperti pajangan usang yang sudah tak terawat dan terabaikan.
Aku memutuskan untuk ke kamar mandi, "permisi, saya izin ke toilet sebentar."
Semua mengangguk.
Rasanya ketika langkah kakiku semakin jauh, suasananya semakin hangat.
Sejujurnya aku tak berniat ke toilet sama sekali, aku hanya tak nyaman berada disana. Hanya diam. Dan tertawa hambar.
Aku bersembunyi di balik tembok, dan mataku masih bisa memandang mereka.
Selang beberapa menit, aku melihat Miko pamit kepada Rina dan kak Reza. Disana hanya tertinggal mereka berdua.
Wajah kak Reza menujukkan kebahagiaan disana. Bahkan aku sudah hampir bermenit-menit tak kembali, kak Reza tak peduli.
Jelas bukan? Bahwa hati kak Reza masih terdapat Rina disana. Kemudian aku membuka ponsel ku dan mengirim pesan kepada kak Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Tak Harus Memiliki
Teen FictionMaaf.. Aku telah jatuh cinta padamu. Dan maaf.. Karena ku takkan bisa berhenti mencintaimu. kini ku tau, kau telah memilihnya untuk mengisi hatimu. Tuhan, Kenapa kau berikan cinta yang tak bisa ku miliki? Cinta yang hanya menjadi bayangan semu d...