-SEPULUH TAHUN KEMUDIAN-
"Selamat pagi dokter Sisca," sapa salah satu perawat.
"Pagi suster Rica," balas Sisca dengan senyum yang mengembang.
Hampir setahun ini Sisca bekerja di Rumah Sakit X yang ada di Yogyakarta. Setelah kejadian sepuluh tahun lalu Sisca memutuskan untuk pindah dan menetap di Yogyakarta. Bahkan Sisca menyelesaikan studinya di Yogyakarta. Di sini Sisca tinggal sendiri tanpa keluarganya, mereka memutuskan untuk tetap menetap di Jakarta. Kejadian sepuluh tahun lalu bukan sesuatu yang mudah untuk Sisca lupakan, itu menjadi trauma tersendiri baginya. Bahkan untuk kesembuhan Sisca, keluarganya mendatangkan psikiater. Jiwanya sangat terguncang kala itu, dimana saat semua orang menyalahkan nya karena meninggalkan pernikahan. Padahal kenyataannya bukan dia yang meninggalkan tapi ia yang ditinggalkan, hanya keluarga dan sahabat yang tau kenyataannya.
Sempat para sahabat Sisca datang ke Reza dan hampir menghajarnya, tapi karena mendapat perlindungan dari temannya Reza berhasil bebas. Amarah keluarga dan sahabat Sisca sangat tinggi terhadap Reza, tak taukah dia bahwa Sisca sangat tersakiti karena perlakuannya itu?
Beruntungnya Sisca adalah wanita kuat, dia berangsur-angsur membaik dan bisa dilihat sekarang Sisca berkerja sebagai dokter.
Kini Sisca telah memendam masa lalunya, dia sudah memaafkan kesalahan orang yang telah menyakitinya. Seharusnya Sisca dari awal sadar dia tak akan pernah bisa menggantikan orang yang sudah memiliki sepenuhnya hati Reza tapi ia tetap memaksa.
"Suster, pagi ini apakah saya memiliki kunjungan pasien?" tanya Sisca pada suster Ana.
Suster Ana adalah pendamping Sisca dalam menjalani setiap kegiatannya di rumah sakit, dia yang selalu dengan baik menjadwalkan kegiatan Sisca. Suster Ana merupakan suster yang baik, supel, dan ramah. Tak jarang dia bisa menaklukkan anak kecil yang takut diperiksa oleh dokter.
"Ada dokter, ada sekitar sepeluh pasien yang harus diperiksa dok," ucap suster Ana.
"Baik, kita jalan sekarang," Siska mengambil jas kedokterannya dan stetoskop ia simpan di kantong jasnya.
Siska melangkahkan kakinya keluar ruangan bersama dengan suster Ana.
"Siapa pasien pertama yang kita kunjungi suster?" tanya Sisca.
"Ada pak Aji Wiratmo dok,"
Sisca menganggukkan kepalanya. Tepat di depan kamar 201 Sisca berhenti dan mengetuk pintunya.
"Selamat pagi bapak Aji," ucap Sisca sembari senyum.
"Pagi dokter,"
"Saya periksa dulu ya bapak," ucap Sisca dijawab dengan anggukan kepala.
"Kapan saya boleh pulang dok? Saya sudah tidak betah disini?" tanya pak Aji.
"Untuk pagi ini hasilnya baik, untuk memastikan kapan bapak boleh pulang setelah pemeriksaan kedua nanti siang ya bapak," ucap Sisca ramah.
"Baik dok,"
"Jangan lupa makan dan diminum obatnya ya pak," ucap Sisca.
Pak Aji mengangguk mengerti, "kalau begitu saya pamit pak,"
Sisca melangkahkan kakinya keluar menuju kamar-kamar lain untuk memeriksa para pasiennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Tak Harus Memiliki
Ficção AdolescenteMaaf.. Aku telah jatuh cinta padamu. Dan maaf.. Karena ku takkan bisa berhenti mencintaimu. kini ku tau, kau telah memilihnya untuk mengisi hatimu. Tuhan, Kenapa kau berikan cinta yang tak bisa ku miliki? Cinta yang hanya menjadi bayangan semu d...