49.

5.8K 182 7
                                    

"Egois kamu bilang? Silahkan anda berkaca siapa yang egois," ucapku lalu pergi meninggalkannya.

**
"Assalamualaikum," salamku masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam," ucap mamah.

"Udah selesai sayang?" tanyanya.

Aku mengangguk lalu merebahkan badanku diatas sofa.

"Reza mana?"

"Aku gak pulang bareng mah, katanya dia ada urusan," ucapku singkat.

"Oh, kamu mau makan apa? Hari ini mamah gak masak, jadi ini mamah pesenin makanan aja ya sayang,"

"Apa aja deh mah,"

"Oh iya, mulai hari ini kamu di rumah. Gak boleh kemana mana, gak boleh ketemu Reza. Mamah pingit kamu,"

"Hah? Bosenin dong mah di rumah doang, kirain boleh keluar main gitu."

"Udah sih nurut aja, eh dek mau mamah kasih tau gak?"

"Apa mah?"

Mamah mendekatkan dirinya padaku, "tadi kak Kelvin pulang bawa pacar loh, cantik."

Mendengar penuturan mamah aku langsung bersemangat.

"Serius mah? Siapa? Aku kenal gak? Bisa kali ya aku ajak pingit di rumah?"

"Kamu kenal kok, kenal deket deket malah."

"Siapa?"

"Itu si Aisya, sahabat kamu."

"Hah! Seriusan mah? Kapan deketnya coba? Kok aku gak tau,"

"Tanya kakak kamu aja deh,"

"Kakak sekarang dimana?"

"Keluar nganterin Aisya tadi,"

"Yaaahhhh,"

Ting.

Ada pesan masuk ke dalam handphone ku. Segera aku membukanya, berasal dari nomer yang tak ku kenal.

081212xxxxxx
Dateng ke alamat jalan kumbang no 9, evil residence.

"Siapa nih gak jelas banget," batinku.

081212xxxxxx
Kalau gak dateng nyesel.

Pesan ini sangat membuatku penasaran, aku memutuskan untuk ke alamat tersebut. Mungkin memang ada hal yang penting disana.

"Mah, Sisca ijin keluar ya. Bye bye," ucapku lalu meninggalkan mamah yang belum menjawab.

"Sayang, mamah udah pesen makanan. Makanannya gimana?"

"Mamah makan aja ya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam,"

Aku mengambil kunci mobilku di laci, lalu berjalan ke bagasi dan mengendarai mobil menuju alamat si pengirim gak jelas itu.

Membutuhkan waktu satu jam untuk sampai di alamat ini. Aku memarkirkan mobilku di depan rumah ini. Saat ingin memencet bel rumah tersebut, pagar rumah ini terbuka dan muncul seorang laki-laki mengenakan seragam satpam.

"Nona, sudah ditunggu di dalam," ucap laki-laki itu.

Aku mengangguk dan berjalan memasuki rumah ini, mataku menatap satu mobil yang sepertinya ku kenal. "Ah mungkin bukan," batinku.

Rumah ini memiliki tangga untuk menuju pintu utama, satu demi satu kakiku melangkahi tangga itu. Sampai di depan pintu, pintu tersebut terbuka.

Ketika mendengar suara seseorang aku mengurungkan niatku untuk masuk, aku hanya melihat dari balik pintu yang tidak tertutup ini.

Ketika Cinta Tak Harus MemilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang